You Are My Soft Spot - Bab 133 Jika Dia Bukanlah Tiffany, Siapakah Dia? (3)

"iya, bagus sekali!" Sekalipun hati Taylor sedikit kecewa, namun dia juga tidak tidak pelit untuk memujinya, kekeraskepalaannya, keberaniannya, adalah poin yang disukai oleh Taylor, sekalipun Tiffany tidak lagi membutuhkannya, Taylor juga tidak ingin membantah usaha Tiffany.

Sama seperti seekor elang yang menunggu anaknya tumbuh hingga tahap tertentu dan tidak akan memburu makanan lagi untuknya, melainkan membiarkannya belajar terbang sendiri, belajar untuk mencari makan.

Pengalaman Tiffany dari kecil hingga besar menakdirkannya tidak akan bergantung pada orang lain, jadi Taylor mencintainya maka seharusnya membantu Tiffany untuk menjadi seekor elang yang bisa terbang dan bersama dengannya terbang didunia ini.

Tiffany mendapatkan keyakinan dari Taylor, dia langsung tersenyum ceria, usahanya selama beberapa hari ini tidaklah sia-sia, dia datang kehadapan tangga, Taylor juga tidak membiarkannya jalan sendiri, ini terlalu bahaya.

Taylor mengambil tongkatnya dan memberikannya kepada pembantu yang mengikuti mereka dari belakang, dia lalu memeluk Tiffany dan melangkah turun tangga.

Setelah meletakkan Tiffany keatas kursi, diatas meja sudah penuh dengan masakan yang banyak, ada makanan chinese ada makanan barat, ada sushi dari jepang dan salmon, Tiffany harus mengakuinya bahwa kemampuan Angelina ini sudah melampauinya jauh sekali.

Angelina mengeluarkan masakan terakhirnya, dia sibuk hingga keringatan, dia lembut dan berkata, "Nona Tiffany, cobalah masakanku, Taylor mengatakan masakanku lumayan lho, siapa yang menikahiku akan beruntung."

Taylor mengangkat kepalanya dan menatapi Angelina lalu berkata, "Angelina, terima kasih, Tiffany cobalah, Angelina dengar kamu akan keluar dari rumah sakit dan sengaja membuatnya untukmu."

"Terima kasih, Nona Angelina." Sekalipun seberapa tidak puasnya Tiffany terhadap Angelina didalam hatinya, dia juga harus menahannya sekarang, jika tidak Angelina sudah sibuk dari pagi dan dirinya tidak menghormatinya, Taylor jika tidak tahu apa yang terjadi, dia pasti akan mengira Tiffany kekanak-kanakan, dengan begitu akan membuat Angelina berhasil, dia tidak akan melakukan hal yang merugikan orang lain dan tidak menguntungkan bagi dirinya sendiri.

Tiffany lalu mengambil sumpit dan mulai makan, rasa daging manis dan garing, seolah membuat lambungnya yang mati rasa kembali dibangunkan lagi, dia awalnya hanya ingin mencicipi saja, namun sekali makan dia langsung tidak bisa berhenti, tidak peduli lagi, sopan santun atau yang lainnya, semuanya tunggu dia kenyang dulu juga boleh.

"Masakan Nona Angelina memang bagus, Taylor, kamu cobalah daging ini." Tiffany menggunakan sumpit yang dimakannya dan langsung mengambil sepotong daging untuk Taylor, Taylor membuka mulut dan mengunyahnya, "Sedikit manis."

Taylor tidak suka makan makanan manis, Tiffany tahu dan dia tertawa, "Menurutku ini bagus."

Angelina duduk diseberang mereka, melihat mereka yang mesra seolah tidak ada orang lain, dia mengertakkan giginya, Taylor punya penyakit mysophobia, dia tidak pernah makan makanan yang pernah dimakan oleh orang lain, namun dia ternyata akan makan sumpit dari Tiffany, ini membuatnya merasa sangat terkejut dan juga tidak bisa menanggapinya.

Tiffany mengangkat kepalanya dan menatapi Angelina yang berekspresi kaku, "Nona Angelina, kamu juga makan, rasanya memang bagus lho."

Angelina ingin melemparkan semua makanan ini kelantai, semenjak Tiffany tinggal si Sunshine City, dia tidak pernah menang darinya, tidak boleh, dia harus bersabar, jika tidak bagaimana caranya dia mengusir Tiffany.

Angelina mengertakkan giginya dan berusaha menelan rasa tidak relanya ini, "Baguslah kalau cocok dengan selera Nona Tiffany."

"Masakan Nona Angelina sudah sebanding dengan koki besar dari restoran berkelas, bahkan lebih unggul." Tiffany melanjutkan makannya, dia sama sekali tidak terpengaruh oleh Angelina.

"Kalau begitu banyakan saja makannya." kata Angelina.

"Tentu saja, Taylor, cepat makan, lain kali akan susah untuk makan masakan dari Nona Angelina lagi." kata Tiffany.

Taylor melihatnya memang benar-benar suka makan, dia lalu berkata, "Jika kamu masih ingin makan, lain kali biarkan Angelina membuatnya lagi untukmu, apa susahnya ini?"

"Benarkah? Kalau begitu sungguh tidak enakan, bagaimanapun juga Nona Angelina adalah tamu, menyuruh tamu untuk memasak tidak terlalu baik." Tiffany merasa perkataan dirinya tadi sungguh palsu sekali hingga dirinya hampir muntah, sepertinya akting seperti ini tidaklah cocok untuk semua orang, dia terbukti tidak bisa melakukannya.

Angelina marah, kedua orang ini terus berbincang, seolah menganggapnya benar-benar seperti koki besar restoran, namun dihadapan Taylor, dia juga tidak boleh terlihat tidak senang, dia masih harus berlagak senang, "Nona Tiffany suka dengan masakan saya, itu adalah kehormatan bagiku, lagipula, aku menganggap Taylor sebagai kakakku sendiri, didalam hatiku, aku sudah menganggap kalian sebagai keluargaku, jika kalian menganggapku sebagai tamu, barulah aku benar-benar akan sakit hati."

Taylor menatapi Angelina, perasaan yang muncul dan sirna membuat Taylor sedikit menyayangkannya, dia tidak tahu apa yang dia lakukan waktu itu, bahkan diusir oleh Tuan Besar Lian, mungkin ini sudah waktunya dirinya mencari Tuan Besar Lian untuk mengobrol.

"Jika kamu berkata seperti itu, maka aku tidak sungkan-sungkan lagi." kata TIffany menuruti, dia sama sekali tidak sungkan, Angelina ingin bertampil bagus dihadapan Taylor, maka Tiffany akan mengabulkannya.

tangan Angelina yang diletakkan dibahu dikepalkan, hanya kali ini saja, dia dibully olehnya, kedepannya dia pasti akan mengembalikannya 10 kali lipat hingga 100 kali lipat kepadanya.

Tiffany menatapi Angelina, dia melihat tatapannya sedikit dendam, Tiffany mengangkat alisnya, dia benar-benar ingin menanyakannya apakah lelah atau tidak berakting seperti begini? Jelas-jelas tidak senang malah masih harus menahannya.

Sebenarnya dirinya juga sama, jelas-jelas tidak suka dengan Angelina, namun juga terus harus bersabar, siapa suruh dia pernah menolong Taylor.

Seusai makan, Taylor kembali ke kantor karena sebuah panggilan, Tiffany merasa didalam Villa sedikit bosan, dia mengambil tongkat dan berjalan keluar dari villa, Bibi Lan membuat sebuah tempat perternakan ayam dihalaman belakang, disamping itu masih ada perternakan bebek, bebek kecil berwarna kuning itu......lebih tepatnya sekarang adalah bebek kuning besar, sedang berjalan kesana kemari disamping perternakan bebek, bulunya yang berwarna kuning mulai tergantikan dengan warna lain, tidak lama kemudian, dia akan menjadi seekor bebek biasa.

Tiffany berdiri disamping perternakan bebek, dia mengambil beras dan melemparkannya kearah perternakan bebek, melihat bebek yang jadi bermalasan, Tiffany sedikit mengasihaninya, dia berkata, "Bebek kuning besar, kita sudah pulang, namun sepertinya lebih tidak mempunyai kebebasan lagi."

Dia dikunci oleh rumah besar ini, dan bebek ini dikunci oleh tempat perternakannya ini, mereka sama-sama tidak mempunyai kebebasan.

Dia berdiri sejenak di lantai bawah, lalu kembali ke villa, Angelina mengganti pakaian yang bagus dan turun dari lantai atas, tidak ada Taylor, dia bahkan malas untuk berakting, dia langsung lewat begitu saja dari samping Tiffany.

Tiffany melihatnya mengganti sepatu dan keluar, didalam hatinya ada sebuah rasa aneh, jelas-jelas saling tidak menyukai mengapa harus tinggal bersama? Jika dia punya sedikit nyali, seharusnya dia mengungkapkannya dihadapan Taylor, didalam villa ini jika ada Tiffany maka tidak ada Angelina, begitu juga sebaliknya.

Setelah kembali ke lantai atas, Tiffany terbaring diatas kasur, dia menatapi lampu dilangit-langit dan mulai melongo, dia seolah terpikiran sesuatu, dia bergegas bangun dan menelepon Bibi Lan, "Bibi Lan, koperku yang berada di Vanke City diambil dan diantarkan oleh siapa ke Sunshine City?"

"Olehku, Nona TIffany, ada apa?" jawab Bibi Lan.

"Apakah kamu ingat ada sebuah kotak perhiasan yang sangat tua, sekitar tahun 1940-50an begitu, apakah kamu ingat kamu menaruhnya dimana?" tanya Tiffany dengan panik.

Bibi Lan mendengar suaranya panik, dia lalu berkata, "Aku ingat ketika membereskan koper, aku melihatnya, namun aku lupa menaruhnya dimana, begini saja, aku naik untuk membantumu mencarinya."

"Baik, terima kasih Bibi Lan." TIffany mengakhiri panggilannya, dia teringat dengan mimpi dari neneknya serta kata dari Benjamin, hatinya lelah, jika hanya saja mimpi dari neneknya, dia akan merasa dirinya terluka parah dan terjadi halusinasi, namun perkataan Benjamin didengar dengan jelas olehnya, mereka tidak mempunyai hubungan darah.

Jika gadis kecil yang pergi bersama dengan nenek adalah Nini, maka siapakah dia?

Bibi Lan naik dengan cepat, dia mencari sekeliling rumah, dan berakta, "Aku ingat aku menaruhnya di ruang ganti, coba aku cari kesana."

Tiffany mengikutinya masuk keruang ganti, dan melihatnya mencari kesemua laci, namun tetap tidak menemukannya, Tiffany semakin panik, "Bibi Lan, kamu pikirkan baik-baik, dimana kamu meletakkannya.

"Nona Tiffany, kamu jangan panik, aku ingat aku membawanya pulang, biarkan aku pikir sebentar." Bibi Lan terus berpikir, dia teringat, "Oh iya, aku ingat."

Bibi Lan mencarikan sebuah tangga, dia memanjat keatas dan membuka sebuah lemari, didalam sana ada selimut, dan dia mengulurkan tangannya untuk mencarinya, lalu dia mengeluarkan sebuah kotak perhiasan dia memberikannya kepada Tiffany, "Ketika Tuan menyurhku memberekan kopermu, aku menemukan ini, aku lihat kotak perhiasan ini lumayan tua, sepertinya sangatlah bermakna bagimu, jadi aku tidak meletakkannya sembarangan, aku tidak membukanya, kamu lihat dulu apakah barangnya hilang atau tidak."

Tiffany mengambilnya dan bergegas membukanya, didalam sana ada beberapa foto, ada foto neneknya, dia dan seorang gadis kecil, namun karena kotak perhiasan ini sudah lama diletakkan disebuah tempat yang lembab, jadi tampang gadis itu sudah tidak jelas, hanya bisa melihat mereka mengenakan sebuah rok yang sama.

Dan dibelakang mereka sepertinya adalah sebuah tempat mirip tempat ibadah, nama yang tertera disana jugat tidak bisa dilihat dengan jelas.

Apa makna dari foto ini? mengapa nenek menyimpannya, apakah gadis lain dari foto ini adalah Nini? sebuah foto lainnya, Callista memeluk seorang bayi perempuan, dia tersenyum lembut kearah kamera.

Masih ada sebuah foto, yaitu nenek memeluk seorang gadis kecil berumur sekitar satu tahun, gadis itu tersenyum lebar, matanya berbentuk sabit, namun bukanlah mata phoenix.

Ketika Tiffany mendapatkan foto ini, dia tidak memperhatikan apakah gadis ini adalah orang yang sama atau tidak, namun sekarang setelah di lihat dengan jelas, dia menyadari bahwa gadis yang dipeluk oleh Callista dan neneknya sama-sama mempunyai alis tebal dan mata besar, dan foto setelahnya dimana dia dipeluk oleh Nenek itu sudah menjadi mata phoenix.

Dia tercengang, jika mau mengatakan bahwa anak kecil yang baru lahir, panca inderanya belum berkembang tetap, namun gadis kecil yang berada dipelukan nenek sudah berumur satu tahun, seharusnya sudah tetap, perbedaan mata besar dan mata phoenix sangatlah menonjol, waktu itu juga belum ada namanya photoshop, tidak mungkin bisa membuat mata besar menjadi mata phoenix.

Dengan begitu, hanya ada sebuah penjelasan, gadis kecil yang berada pada foto belakangan ini sudah bukanlah gadis kecil awalnya, sedangkan dia, bukanlah anak dari Callista! karena terlalu terkejut, dia bahkan tidak menyadari bahwa jerumbai berwarnanya sudah hilang.

"Nona Tiffany, apakah kamu baik-baik saja?" Bibi Lan berdiri disampingnya, dan melihat dia termenung, Bibi Lan sangatlah khawatir.

Tiffany baru menyadari bahwa Bibi Lan masih disamping, dia mengelengkan kepalanya dan berusaha untuk tenang, "Bibi Lan, aku tidak apa-apa, kamu keluar dulu, aku ingin tenang sendiri."

Setelah menyakinkan bahwa dia tidak apa-apa, barulah Bibi Lan keluar, dia berjalan kesamping pintu, dan menoleh, "Nona Tiffany, jika ada apa-apa, panggillah aku, aku ada dilantai bawah."

"Terima kasih Bibi Lan, aku tidak apa-apa." Tiffany melihat Bibi Lan pergi, dia tidak bisa berdiri lagi, dia duduk dilantai, telinganya seolah meledak, dia tidak bisa tenang.

Tidak bisa, dia harus pulang kerumah lamanya dulu, dia harus pergi mengkonfirmasi sebuah hal, jika dia bukanlah Tiffany, siapakah dia?

Novel Terkait

Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Siswi Yang Lembut

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu