You Are My Soft Spot - Bab 330 Jalan Buntu (2)

Cristian Yan menutup panggilan, melihat gumpalan asap yang terus melayang, begitu memilukan, kebakaran besar yang diakibatkan oleh ledakan telah mulai terkendali oleh tim pemadam kebakaran, sekarang sedang mencari seseorang, dia menelepon Taylor Shen, tapi panggilan selalu dalam keadaan sibuk.

Mobil Rolls-Royce yang berada di tempat parkiran khusus untuk Taylor Shen telah diledakkan, dia tidak berani membayangkan, jika Taylor Shen duduk di dalam mobil, saat ini pasti sudah mati tak menyisakan jasad.

Saat berpikir seperti ini, Cristian Yan spontan merinding, tidak berani berpikiran sembarangan lagi. Orang baik seperti CEO Shen pasti akan diberkati, pasti tidak terjadi apa-apa padanya, pasti. Sambil menenangkan diri sendiri sambil mencarinya, asap tebal menusuk matanya hingga tak mampu membuka mata. Dia menutup hidung, mencarinya di balik reruntuhan.

"Di sini ada orang!" Tiba-tiba ada orang yang berteriak keras, mata Cristian Yan berkilau, dengan perlahan membalikkan badan, berlari ke arah sana, saat tiba di sana, terlihat ada seseorang yang penuh dengan darah akibat terkena ledakan di angkat oleh pihak polisi, dia dengan teliti melihat pakaian orang itu, bukanlah CEO Shen, di saat bersamaan ketika dia menghela napas, hatinya kembali menegang.

Dibandingkan dengan tidak mengetahui dengan jelas apakah dia masih hidup atau tidak, dia lebih bersedia mengakui orang yang ada di depan mata ini adalah CEO Shen, setidaknya, orang itu masih bernyawa dan memiliki harapan hidup.

Vero He telah tiba di luar gedung Shen's Corp., Shen's Corp. telah disegel oleh pihak polisi, melihat lampu mobil pemadam kebakaran yang tak hentinya berputar, juga begitu banyak pihak media yang sedang memfoto situasi, ekspresinya menjadi murung, membuka pintu mobil, berjuang keras berlari ke dalam, baru saja tiba di depan pintu, langsung dihadang oleh pihak polisi, "Nona, telah terjadi ledakan di dalam, mohon kamu pergi."

"Tuan polisi, kumohon biarkanlah aku masuk, suamiku di dalam, aku ingin pergi mencarinya." Vero He merasa panik hingga air mata mendesak keluar, lalu terlihat ada pihak polisi yang mengangkat sebuah tandu, di atasnya terbaring seorang pria dengan keadaan penuh dengan darah, dia bergegas menghampirinya, menghadang tandunya, pandangan matanya sedikit buram, berkata dengan suara serak: "Taylor, benarkah ini kamu? Benarkah?"

"Nona, mohon minggir, kondisi korban sangat sekarat, harus segera mendapatkan perawatan darurat." Ada seseorang yang mendorongnya menjauh.

Dia melihat tangan kiri dari pria yang ada di atas tandu, tidak terdapat jam tangan dengan tali lebar, dia bukanlah Taylor Shen, Vero He dengan sempoyongan mundur ke belakang selangkah, berniat untuk kembali masuk ke gedung.

"Kumohon padamu, biarkan aku masuk, aku ingin pergi mencarinya." Vero He menangis, dia lebih bersedia menggantikan posisi Taylor Shen, seharusnya dirinya lah yang mendapatkan balasan, tapi kenapa malah Taylor Shen yang menanggungnya, dia begitu baik, jadi kenapa Tuhan membiarkannya menghadapi masalah seperti ini?

Ketua tim bodyguard berhasil mengejar, melihat Vero He menangis terisak, dia langsung pergi berdiskusi dengan polisi yang mencegat mereka, polisi itu baru bersedia membiarkannya masuk setelah tahu bahwa dia adalah bos wanita dari perusahaan ini, siapapun tidak berani memastikan, apakah masih akan terjadi ledakan susulan."

Tidak hanya pihak polisi yang bertindak, bahkan ahli penanggulangan bom pun datang, ledakan kali ini, terlihat jelas merupakan akibat dari bom, inilah kenapa mereka tidak membiarkan orang lain mendekat.

Vero He sangat berterima kasih, bergegas berlari ke dalam. Ledakan terjadi di tempat parkir, akibat yang ditimbulkan sangat besar, setengah dari ruangan parkiran mengalami kerusakan, dan pusat dari ledakan merupakan tempat parkir khusus untuk Taylor Shen.

Ini merupakan sebuah ledakan yang disengajakan, targetnya adalah Taylor Shen.

Vero He masuk ke tempat parkir lantai basement melalui tangga darurat, situasi di dalam yang parah membuatnya tertegun, dia berdiri di tempat, terlihat ada suster dan polisi yang membawa korban terluka keluar, setiap ada korban yang melintas, dia akan memastikannya apakah orang itu adalah Taylor Shen atau bukan sejenak.

Dan semua bukanlah Taylor Shen, Vero He sambil menghela napas lega, sambil merasa cemas, karena tidak mampu menghubunginya, makanya dia menjadi sangat takut, takut dia akan terluka, dan lebih takut bahwa sang pria telah binasa. Vero He dengan cepat berjalan ke depan, asap pekat menyerbu hidung, dia tersedak dan batuk, pandangan di depan begitu kabur, tidak mampu melihat jalan di depan dengan jelas, pikirannya hanya terfokus untuk mencari Taylor Shen, harus bisa menemukannya.

Vero He melintasi reruntuhan, berjalan menuju pusat ledakan, keadaan kebakaran di sana sudah terkendal, begitu banyak mobil mewah terbakar hingga gosong, ruangan parkiran basement terasa begitu panas bagaikan dalam panci, dalam waktu singkat dia berhasil menemukan Cristian Yan di tengah kerumunan.

Cristian Yan yang saat ini terlihat tak karuan, kemeja putihnya telah kotor, sepasang tangannya hitam kelam, sedang memindahkan balok kayu mencari orang. Saat melihat Vero He telah datang, dia bagaikan telah melihat seorang keluarga, air mata seketika langsung mengalir keluar, "Nyonya Shen, kamu jangan khawatir, orang baik seperti CEO Shen pasti diberkati, dia tidak akan kenapa-napa."

Saat Vero He mendengar dia berkata seperti ini, dia langsung tahu Cristian Yan masih belum menemukannya, Vero He sempoyongan, kalau bukan karena Kepala Bodyguard mengulurkan tangan membahunya, dia pasti telah merebah di tanah.

Sang wanita mehirup napas dalam, tidak membiarkan dirinya sendiri menangis, dia sekarang tidak boleh lemah, harus tegar, harus pergi mencarinya, Taylor Shen pernah berjanji ingin menikahinya sekali lagi, dirinya masih berhutang candle light malam pertama padanya, Taylor Shen tidak boleh pergi begitu saja, dia harus hidup, kalau tidak, dirinya seumur hidup ini tidak akan pernah memaafkan Taylor Shen.

"Aku tidak kenapa-napa, mari mencarinya." Vero He mulai mencarinya, tidak melalaikan setiap sudut yang ada, saat Cristian Yan melihat penampilannya yang tegar, dirinya langsung mengusap air mata, dan lanjut mencari orang.

Mereka telah mencari ke seluruh tempat di parkiran basement, tetap tidak mampu menemukan sosok bayangan Taylor Shen, semakin lama Vero He mencarinya, dia semakin merasa putus asa, kemudian polisi menemukan sebuah jam tangan yang terbakar, Vero He dalam sekejab langsung mampu mengenalinya, itu adalah jam tangan yang dipakai oleh Taylor Shen hari ini, di bagian belakang jam tangan, terpahat huruf TS, ini merupakan huruf awal dari namanya.

Vero He memegang jam tangan yang terbakar itu, menangis tersedu-sedu, semua harapan telah berubah menjadi putus asa saat melihat jam tangan ini. Jam tangan saja telah terbakar hingga tahap seperti ini, lalu bagaimana dengan pemiliknya?

Vero He tidak berani membayangkannya, menggelengkan kepala dengan sekuat tenaga, tidak bersedia menerima kenyataan, "Tidak, tidak mungkin, dia tidak akan pergi meninggalkanku, dia pernah berjanji padaku, akan menemaniku selamanya, dia tidak boleh mati, Taylor, kamu tidak boleh mati, dengar tidak?"

Raungannya yang memilukan membuat para pendengar merasa merana, Cristian Yan tak hentinya mengusap air mata, melihat Vero He yang berlutut di tanah tidak bersedia menerima kenyataan, dia juga ikut berlutut, berkata: "Nyonya Shen, saat ledakan terjadi, CEO Shen harusnya berada di parkiran basement, polisi mengatakan bom peledak dipasangkan di mobilnya, kemungkinannya mengalami kecelakaan lebih besar."

Vero He merasa sangat pilu, dia terus menggelengkan kepala, dengan erat menggenggam jam tangan yang terbakar, segala pertanda menyatakan kemungkinannya masih hidup sangat kecil, tapi dirinya tetap tidak bersedia menerimanya, "Tidak mungkin, tidak mungkin, aku tidak percaya."

Merasakan kepiluan hingga memuncak, dia sama sekali tidak mampu menanggungnya, ditambah lagi dengan kondisi kesehatannya yang buruk, akibat dari dua pukulan yang berat, dia langsung pingsan di tempat. Kepala bodyguard segera menangkap tubuhnya, melihat dia telah jatuh pingsan, langsung menggendongnya, berlari keluar.

Kabar terjadinya ledakan di Shen's Corp. dalam waktu singkat telah masuk ke berita, semua orang sudah mengetahui Shen's Corp. telah mengalami ledakan, dan menurut rekaman terakhir dari kamera CCTV, CEO dari Shen's Corp., Taylor Shen pada saat itu sedang berada di dalam mobil, berdasarkan pernyataan dari polisi, Taylor Shen tidaklah ditemukan saat proses penyelamatan. Seketika, hidup atau matinya Taylor Shen menjadi tidak jelas.

Setelah mengalami ledakan, Jordan Bo langsung turun tangan dalam waktu singkat, ingin menekan beritanya, tapi saat kejadian besar seperti ini terjadi, situasi sangat sukar untuk ditekan. Untung saja sekarang sedang berada di masa tahun baru, pasar saham sedang libur, makanya tidaklah menghasilkan kerugian besar terhadap perusahaan.

Berbagai siaran televisi secara berturut-turut memberitakan kasus ledakan yang terjadi di malam hari, setelah itu Jordan Bo turun tangan, meminta pihak polisi untuk mengajukan penyelidikan, dan harus berhasil memecah kasusnya dalam waktu 3 hari. Pagi hari di hari ketiga tahun baru, bagian dalam dari Shen's Corp. sangat kacau, Wayne Shen bergegas datang dari Kota Jiangning, berusaha keras menahan kesedihan untuk menangani situasi perusahaan.

Saat Vero He sadar, hari sudah keesokan harinya, dia membuka mata, melihat langit-langit berwarna putih yang begitu menusuk, tercium aroma antiseptik yang pekat, dia langsung tahu dia telah kembali masuk ke rumah sakit.

Setelah berkumpul bersama Taylor Shen, dia sepertinya sudah memiliki jodoh tak terputuskan dengan rumah sakit. Saat mengingat Taylor Shen, bola matanya langsung mengecil, otaknya dalam seketika telah bermunculan berbagai gambaran, setiap gambaran memperlihatkan bayangan kematian, lalu tiba-tiba seperti ada orang yang mencekiknya, membuat Vero He bangun dengan mendadak, "Taylor, Taylor di mana, aku ingin pergi mencarinya."

Nancy Xu dan Stella Han berjaga di samping, mendengar dia yang langsung memanggil nama Taylor Shen saat baru bangun, hati mereka berdua begitu nyeri hingga mengalirkan air mata, kaki Nancy Xu telah keseleo, semalam telah dipasangkan gips saat datang ke rumah sakit, sangat tidak leluasa, lalu Stella Han menekan bahunya Vero he, menarik napas, berkata: "Tiffany, kamu jangan panik, dokter mengatakan kesehatanmu tidak baik, tidak boleh panik."

Vero He melihat Stella Han bagaikan melihat seorang penyelamat, matanya memerah, dengan erat menggenggam tangannya, "Stella, mana Kakak Keempatmu? Di mana Kakak Keempatmu?"

Stella Han memalingkan kepala karena merasa sedih, satu patah kata untuk berbohong pun tak mampu dilontarkan keluar, "Tiffany, kamu harus baik-baik saja, Kakak Keempat, Kakak Keempat pasti akan sedih jika mengetahui keadaanmu ini, dia akan merasa bersalah."

Mata Vero He sangat merah, air mata mengalir melintasi pipi tanpa suara, "Dia tidak kenapa-napa bukan? Dia hanya sedang menakutiku saja kan? Dia sedang bersembunyi ya, sama seperti 7 tahun lalu saat terjadi sesuatu padaku, dia juga telah dibawa pergi oleh seseorang?"

"Tiffany." Air mata Stella Han mengalir deras, "Kamu rawatlah tubuhmu dengan baik dulu, polisi masih mencarinya, Jordan, Wayne, dan kakakmu, mereka semua sedang mencarinya."

Sebenarnya, Stella Han sangat tahu jelas, jika hasilnya benar-benar sama dengan yang diberitakan, dilihat dari rekaman CCTV, saat terjadinya ledakan, Taylor Shen sedang berada dalam mobil, mobilnya saja telah hancur, maka Taylor Shen mustahil masih hidup.

Mereka sekarang hanya sekedar sedang membohongi diri sendiri, harus melihat orangnya jika masih hidup, dan harus menemukan mayatnya jika sudah mati.

Tangan Vero He tergelincir jatuh tak bertenaga, dia dengan pendiam mengalirkan air mata, "Ini salahku, aku tidak mempercayainya, dia pasti sedang menghukumku, dia pernah berkata, tidak akan pernah meninggalkanku, dan ingin menikahiku, dia tidak boleh mengingkari janjinya."

Nancy Xu melihat putrinya begitu sedih seperti ini, hatinya juga ikut merasa sakit, matanya terasa perih juga bengkak, mendekat dan memeluk tubuhnya, "Vero, kalau merasa sedih, menangislah dalam pelukan Mama, jangan menahannya dalam hati."

Vero He bagaikan telah tersengat, dia bergegas mengangkat tangan mengusap air mata, berkata dengan tegar: "Aku tidak menangis, aku tidak boleh menangis, dia masih baik-baik saja, aku tidak boleh menangis, kalau tidak, dia akan merasa sedih saat penampilanku ini terlihat olehnya nanti."

Stella Han menangis terisak-isak, kenapa Tuhan harus menyiksa mereka seperti ini? Mereka jelas-jelas begitu saling mencintai, kenapa tidak boleh membiarkan mereka bahagia bersama? "Tiffany, kamu jangan seperti ini, kalau Kakak Keempat masih hidup......"

"Aku tidak mengizinkanmu mengutuknya, dia pasti masih hidup." Vero He melototinya, tidak memperbolehkannya mengatakan ucapan serupa sedikit pun, seakan-akan jika telah dikatakannya, dirinya tidak akan pernah bisa kembali menemukan Taylor Shen lagi.

Stella Han melongo, melihat ekspresinya yang aneh, dirinya tiba-tiba tidak tahu harus bagaimana, kalau Kakak Keempat benar-benar telah mati, dirinya tidak tahu Tiffany akan menjadi seperti apa nantinya.

7 Tahun lalu, Kakak Keempat membunuh diri dengan menyayat pergelangan tangan untuk ikut mati bersamanya, tapi terakhir aksi bunuh dirinya gagal, sampai jatuh sakit selama setengah tahun. Sekarang malah berubah menjadi dia yang menanggung rasa sakit karena kehilangan suami, memangnya Vero He mampu menghadapinya?

Nancy Xu dengan erat memegang tangannya, mengalirkan air mata dengan pendiam, dia mengkasihani putrinya, kenapa nasibnya penuh dengan cobaan? Kenapa Tuhan tidak menyiksa dirinya saja, kenapa harus menyiksa putrinya?

Seketika, hanya tersisa suara tangisan di dalam kamar pasien, Vero He mengusap air matanya, membuka selimut dan menuruni ranjang, Nancy Xu menghalanginya, "Vero, kamu ingin ke mana?"

"Aku ingin pulang, aku pernah berjanji padanya akan menunggunya pulang di rumah, kalau sampai dia tidak mampu melihatku saat telah pulang, dia pasti akan marah." Vero He mendorong tangan Nancy Xu, membungkukkan pinggang memakai sepatu. Semalam dia keluar dengan begitu mendadak, sama sekali tidak memakai jaket.

Nancy Xu melihatnya, langsung bergegas mengambil jaket dengan langkah kaki yang pincang, Vero He mulai menyadari kakinya telah terluka, kembali mengingat semalam saat dirinya mengendarai mobil, dia sepertinya telah jatuh ke tanah, hatinya merasa sangat pilu, bergegas ke sana mengambil jaket, "Maaf, Mama, aku tidak sengaja."

Nancy Xu kaget, tidak di sangka di saat seperti ini, dia masih bisa menyadari kakinya telah cedera, hatinya merasa senang, menepuk tangan Vero He, berkata: "Tidak apa, Mama telah tua, sudah tidak begitu sehat."

Hidung Vero He merasa nyeri, dan hampir meneteskan air mata, dia menarik napas dalam, "Aku ingin pulang, Mama, mari kita pulang."

Nancy Xu menganggukkan kepala, "Baik, mari kita pulang, mari kita pulang."

Novel Terkait

The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu