You Are My Soft Spot - Bab 267 Pada Hari Ketika Kamu “Wafat” Tujuh Tahun Lalu, Dia…… (2)

Setelah menikah, intensitas interaksi mereka jelas tidak sebanyak sebelumnya. Meski begitu, mereka masing sering berteleponan dan sesekali ketemu.

Kedudukan Vero He di hati Stella Han bukan lagi orang dekat, melainkan sudah mengalahkan orang dekat. Jadi, pada tahun-tahun ketika kehilangan dia, ia jadi sangat benci dengan Taylor Shen dan tidak bisa memaafkan Jordan Bo.

“Tiffany Song, aku memutuskan untuk bercerai dengan Jordan Bo.” Stella Han tidak menyangka dirinya bisa mengucapkan ini dengan rileks. Sejak pergi dari rumah kediaman keluarga Bo, ia jadi seperti lalat yang tdaik punya kepala. Misalnya, ketika menyetir, ia menyetir kesana-kemari tanpa mengetahui tempat apa yang ingin dituju. Ia merasa seolah tidak ada tempat yang bisa menaunginya lagi.

Ini sesuatu yang sudah Vero He tebak bakal terjadi dari dulu. Meski begitu, mendengar langsung Stella Han mengucapkan ini tetap membuatnya sedih. Ia berusaha membujuk, “Stella Han, kamu sudah berusaha sekuat tenaga mempertahankan pernikahanmu ini bertahun-tahun. Kok sekarang tiba-tiba mau cerai?”

“Aku dan dia bukan orang yang sejalan, jadi hubungan kami tidak akan bisa mulus. Daripada terus menunda dan menunda, lebih baik sekarang juga aku putuskan. Siapa tahu kami berdua nanti-nanti masih punya kesempatan untuk bersatu kembali,” jawab si sahabat pilu.

Stella Han tidak pernah menyangka kedudukan dirinya dalam hati Jordan Bo bisa serendah ini. Sekasar apa pun kata-kata yang pernah diucapkan para anggota keluarga Bo padanya, satu kalimat dari Jordan Bo waktu itu masih terdengar lebih menyakitkan. Kata-kata itu menyobek seluruh hatinya dan menimbulkan kepedihan yang sebelumnya belum pernah dialami.

“Stella Han, terus Evelyn bagaimana?” Vero He mematikan api kompor dan menutup panci. Ia menoleh ke si sahabat, “Kamu mau cerai begini sudah mempertimbangkan Evelyn belum? Anak itu yang paling kasihan loh kalau orangtuanya pisah!”

“Setelah kami cerai, keluarga Bo pasti akan mencarikan ibu tiri yang baik dan bisa punya hubungan yang lebih baik dengan Jordan Bo dan keluarga besar. Aku nanti bakal minta tolong pada si ibu tiri itu untuk jaga Evelyn sebaik mungkin,” jawab Stella Han dengan tertunduk. Para anggota keluarga Bo pada dasarnya sudah tidak sreg dengan dia. Selama ini, ia selalu berusaha menghindar dari mereka. Kalau bisa menghindar maka menghindar, kalau tidak bisa ya terpaksa menguatkan hati untuk siap menerima berbagai hujatan dan makian.

Dulu, demi Evelyn serta secercah harapan yang masih tersisa, Stella Han membiarkan saja semua perlakuan ini tanpa melawan sedikit pun. Tetapi, ia sekarang tidak mau bertahan lagi. Atas dasar apa ia harus diperlakukan begitu buruk oleh para anggota keluarga Bo? Pernikahan waktu itu jelas-jelas Jordan Bo yang paksakan. Setelah pernikahan, dirinyua malah hanya dijadikan partner bercinta semata dan bukan teman hidup.

Vero He mengernyitkan alis dengan agak risih, “Stella Han, kamu paham apa yang kamu katakan? Sejelek-jeleknya ibu kandung, ikatan emosional anak dengannya masih lebih kuat daripada dengan ibu tiri. Hatimu itu yakin untuk berpisah dengan Evelyn?”

Stella Han menggeretakkan gigi, “Kalau ini semua bisa mendatangkan kebebasan buatku, aku ikhlas!”

“……” Vero He tidak tahu harus menanggapi apa. Ia sendiri juga tidak tahu harus bagaimana lagi membujuknya.

Melihat wajah Stella Han agak kelelahan, hati Vero He jadi iba. Waktu membersihkan botol bir yang ada di ruang tamu, ia sempat menghitung jumlah botol bir lokalnya. Totalnya ada enam belas. Stella Han sebentar lagi pasti bakal sakit perut karena minum sebanyak itu, jadi Vero He menghentikan pembicaraan untuk sementara: “Aku sendokkan bubur dulu buatmu. Makan dulu, nanti kita baru bicara lagi.”

“Baik.” Stella Han memijat-mijat pelipisnya yang berdenyut. Sensasi habis mabuk berat sungguh tidak enak. Ia lalu pergi ke meja makan sambil membawa semangkuk bubur hangat.

Vero He kembali membuatkan dua makanan ringan, lalu mengangkat piringnya ke meja makan. Melihat Stella Han terduduk di sana dengan pikiran kosong, ia menarik nafas panjang. Ia menghampiri sahabatnya itu dan menaruh piring di sebelah buburnya, “Makanlah.”

Stella Han mengamati bubur tawar yang beruap di hadapannya. Matanya agak pedih karena terkena uap itu. Sesendok demi sesendok ia masukan ke mulut. Kehangatan yang mengisi perut dinginnya terasa sangat nyaman dan membuat suasana hatinya agak baikan.

Di suapan kelima, rasa sakit yang cukup parah memenuhi perut Stella Han. Wanita itu buru-buru bangkit berdiri dan berlari ke kamar mandi. Vero He ikutan di belakangnya. Ia melihat sahabatnya itu muntah di kloset.

Mata Vero He memendam kekhawatiran. Ia mendekat, mengambilkan beberapa lembar tisu, dan menyerahkan itu pada Stella Han. Si sahabat menerima sodoran itu dan membersihkan sudut mulut. Ketika menegakkan posisi berdiri, tubuh Stella Han sedikit bergoyang karena kakinya agak kaku.

Vero He dengan sigap menahan tubuh Stella Han biar kembali stabil. Ia lalu menasehati: “Stella Han, lain kali jangan menyiksa tubuhmu sendiri lagi.”

Yang dinasehati gigit-gigit bibir dan tersenyum tipis, “Kamu tahu aku dulu minum belasan gelas juga tidak bakal mabuk kan? Aku sendiri juga tidak menyangka kali ini minum sedikit langsung begini. Aku tidak apa-apa, keluar yuk.”

Vero He ingin berbicara sesuatu ketika melihat wajah Stella Han jadi lebih pucat dari tadi, namun kemudian mengurungkan niatnya itu. Ia akhirnya tidak bicara apa-apa.

Stella Han menuntaskan sarapan tanpa kembali muntah. Vero He kembali melanjutkan pembicaraan: “Kemarin aku bawa Evelyn ke rumah kediaman keluarga He. Dia menangis kencang sekali dan terus bertanya padaku apa kamu tidak menginginkannya lagi. Aku sangat iba mendengarnya.”

“Keluarga Bo tidak mengizinkanku membawa pergi dia, jadi aku juga tidak bisa apa-apa. Enam tahun ini, tiap aku minta cerai, Jordan Bo selalu mengancam dengan mengungkit-ungkit hak asuh. Aku selalu menuruti ancamannya dulu, tetapi sekarang tidak mau lagi.” Stella Han berucap sambil tertunduk seolah tidak ingin lawan bicara membaca isi pikirannya.

“Kalau Jordan Bo menyetujui permintaan ceraimu, kamu seumur hidup ini tidak akan bertemu Evelyn lagi. Apa kamu mau?” tanya Vero He.

Stella Han menutup wajah dengan kedua tangan. Berselang beberapa detik, ia baru memberi tanggapan: “Kalau dia setega itu, ya sudah lah. Mau bagaimana lagi?”

Vero He menyadari Stella Han masih kekeuh juga dengan keputusannya. Ia membuang nafas putus asa, “Stella Han, sebenarnya Jordan Bo salah apa sampai kamu sepenuh hati ingin bercerai? Karena dia menginap di hotel dengan wanita lain?”

“Bukan,” geleng si sahabat. Ia sulit menjelaskan alasan sebenarnya, jadi meminta pembicaraan disudahi, “Tiffany Song, tidak usah tanya-tanya lagi. Biarkan aku menenangkan diri.”

Vero He menggeleng tidak berdaya, “Raut wajahmu sangat tidak baik. Tidurlah dulu, nanti sepulang kerja aku kemari untuk menemanimu. Stella Han, janji padaku kamu tidak akan melakukan hal bodoh.”

Stella Han tersenyum kecut, “Aku bukan orang yang seperti itu. Tenang saja.”

Vero He berpesan beberapa hal lain, lalu berbalik badan dan pergi.

……

Vero He meninggalkan hotel dengan perasaan kacau. Ia bahkan berkali-kali bengong saat kerja. Semua urusan bertumpuk jadi satu, sungguh suatu hal yang menguras tenaga dan pikiran.

Dirinya dan Taylor Shen, Stella Han dan Jordan Bo…… Cinta diantara ia dan sahabatnya dengan pasangan masing-masing nampaknya sudah habis. Kedua cinta itu saat ini sudah seperti pakaian mahal yang kebesaran. Dijaga terus tidak ada gunanya, tetapi dibuang sayang.

Vero He pernah berpikir, salah satu dari dirinya dan Stella Han bahagia itu sudah cukup dan menenangkan. Sekarang, harapan yang sangat minimal itu nampaknya masih ketinggian.

Cinta memang begitu. Rasa cinta yang mendalam detik ini tidak menjamin cinta itu bakal terus bertahan tahun depan, bulan depan, bahkan minggu depan.

Setelah rapat sore, Vero He akan ikut sebuah pesta malam. Pesta itu diselenggarakan oleh Alike Organization yang berasal dari Kota Tong. Nama besar organisasi itu sudah lama ada di kota ini. Salah satu penopang utamanya adalah badan donasi yang didirikan khusus untuk membantu pengobatan anak-anak yang sakit parah.

Si wanita sudah ikut organisasi ini dari tahun lalu, namun tidak pernah menunjukkan batang hidung. Tahun ini, berhubung sudah menunjukkan muka di hadapan khayalak umum, ia sudah tidak punya alasan lagi untuk tidak ikut pesta malam. Acara itu lagipula dihadiri banyak petinggi pemerintahan, jadi ia bisa memperluas koneksi. Siapa tahu di kemudian hari ada bantuan yang ia perlukan……

Sudah diundang baik-baik, Vero He tidak boleh mengecewakan harapan organisasi.

Ketika minta pendapat Erin, si asisten menasehatinya untuk tidak ikut karena belakangan lagi diserang berbagai masalah. Erin cemas orang-orang yang tidak senang dengan bosnya bakal dapat kesempatan berbuat macam-macam lagi saat bosnya tampil di depan umum.

Tetapi, Vero He pada akhirnya tetap memutuskan hadir. Ia menelepon Stella Han dan bilang malam ini akan tiba agak malaman di tempatnya. Si sahabat hanya mengingatkan untuk hati-hati di jalan, lalu mematikan telepon.

Baru mematikan telepon, seorang sekretaris masuk ke ruang kerja Vero He sambil membawa sebuah kotak, “CEO He, ada orang mengantar kotak kado. Aku sudah mengecek kotak itu, isinya sebuah gaun.”

Vero He menatap kotak itu dengan bingung. Ia baru saja mau turun untuk pilih gaun, ini malah ada gaun baru yang datang. Siapa sebenarnya yang bisa bertindak sekebetulan ini? Erin menerima kotak itu dan menaruhnya di meja kerja Vero He. Waktu dibuka, isinya adalah sebuah gaun malam putih. Gaun itu memperlihatkan bagian punggung dan terbuat dari sutra. Di bagian perut, gaun itu memiliki beberapa permata yang berkilauan.

Sekretaris melotot kaget dan berdecak kagum: “Wah, ini gaun edisi khusus Valentino tahun depan. Cantik sekali!”

Sebagai pemimpin mall yang terkenal dengan pakaian-pakaian mewahnya, Vero He jelas juga mengenali dan mengagumi gaun ini. Yang jadi masalah, ia lebih suka gaun yang tidak ada permatanya dibanding yang ada. Saat dipakai jalan, gaun yang ada permata bakal berkilauan dan membuat orang silau.

Vero He tidak ingin menjadi pusat perhatian orang-orang. Sungguh, ia sangat malas ditatap dari depan, belakang, kiri, dan kanan.

“Siapa yang antar ini?” tanya Vero He. Kalau ini bukan pertama kalinya ikut acara pesta malam Alike Organization, ia sebenarnya mau-mau saja pakai gaun ini. Tetapi, berhubung ini adalah pertama kalinya, maka ia lebih memilih pakai gaun yang lebih biasa.

“Christian, si sekretaris CEO Shen,” jawab sekretaris.

Jari-jari Vero He yang tengah mengelus gaun terhenti. Orang itu ternyata masih mengirimnya gaun. Jadi dia belum menyerah ya? Entah mengapa, dalam hatinya muncul perasaan yang tidak bisa dijelaskan. Dari yang awalnya tidak berniat pakai gaun ini, Vero He jadi memutuskan untuk pakai.

Gaun yang ketat membungkus tubuh Vero He dengan sangat cocok. Erin lalu mengambilkan kalung untuk bosnya. Sama halnya dengan gaun, kalung itu juga berkilauan. Erin sangat yakin, sekalinya masuk ruang pesta, Vero He pasti akan jadi pusat perhatian semua hadirin.

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah tujuh malam seusai Vero He berdandan. Wanita itu mengenakan mantel, mengambil tas kecil, lalu masuk mobil.

Erin daritadi juga berdandan sebentar. Gaunnya jauh lebih sederhana dari gaun Vero He, namun kecantikannya tetap meningkat drastis. Keduanya terlihat seperti kakak dan adik dari ayah dan ibu yang punya gen super unggul saat duduk di mobil.

Bagian depan hotel ramai luar biasa oleh wartawan dan kamera mereka. Bentley berhenti di sana, lalu Erin buru-buru turun dan menahan pintu untuk mempersilahkan bosnya ikut turun.

Angin luar yang dingin membuat Vero He agak gemetar. Wanita itu menahan kencang-kencang mantelnya dan berdiri diam menungggu pintu mobil Erin tutup. Kilatan kamera langsung memenuhi seluruh sudut waktu Vero He melangkah pelan menaiki tangga.

Di tengah kehebohan, seseorang berteriak dengan nada tinggi, “Lihat, CEO Shen datang.”

Langkah Vero He terkena ujung tangga dan ia kehilangan keseimbangan. Untungnya, Erin berhasil menahan tangannya sebelum jatuh dan terporet kamera media dalam situasi memalukan. Ketika menoleh ke belakang, mereka berdua melihat sebuah Rollys-Royce berhenti di depan karpet merah yang tadi mereka injak. Seorang petugas hotel sedang membukakan kursi penumpang belakangnya.

Taylor Shen keluar dengan mengenakan jas hitam. Auranya kuat dan intimidatif sekali. Ia berjalan cepat menghampiri mereka tanpa canggung sama sekali dipotret media.

Melihat Taylor Shen makin lama makin dekat, Vero He kembali menaiki tangga dengan sangat cepat. Mungkin karena panik, langkahnya jadi agak kacau. Pada anak tangga keempat, ia tidak sengaja menginjak ujung gaunnya sendiri dan terjatuh ke depan.

Tidak seperti sebelumnya, Erin kali ini tidak keburu menahan. Ia hanya bisa mengamati bosnya jatuh ke anak tangga depan sambil berusaha menutupi sosoknya biar tidak terpotret.

Seornag pria dengan aroma yang khas berlari mendekat dan mengulurkan tangan. Untuk acara formal begini, Taylor Shen pasti bakal mengenakan parfum dengan semprotan yang lebih banyak. Parfumnya itu bukan parfum yang aromanya macam-macam, melainkan hanya beraroma segar yang melegakan saja.

Vero He bangkit berdiri sambil menarik bagian tangan jas Taylor Shen. Ia sama sekali tidak ingat pemilik jas ini bisa jadi Taylor Shen berhubung pria itu tadi berjarak sangat dekat dengannya. Erin sendiri mengambilkan tasnya yang jatuh di tangga. Melihat bosnya dan Taylor Shen beradegan begitu, ia berdiri di sebelah dan menunggu apa yang terjadi selanjutnya dengan sabar.

Taylor Shen menatap bagian tangan jasnya yang dicengkeram Vero He. Ia bertanya datar: “Nona He, pakaianku kamu tarik sampai lecek. Menurutmu, bagaimana solusinya?”

Vero He baru tersadar ia sudah menarik jas siapa. Ketika mendongak, memang benar ia langsung menemui wajah tampan Taylor Shen. Jantungnya seketika berdebar kencang. Setelah buru-buru melepaskan cengkeraman, Vero He berkata dengan tidak enak hati, “Maaf, terima kasih sudah membantuku berdiri.”

Novel Terkait

Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu