You Are My Soft Spot - Bab 20 Sensasinya Sungguh Luar Biasa

Selesai dengan urusan teleponnya, Taylor Shen kembali ke kamar. Pemandangan yang menyambutnya sungguh mengejutkan. Token tiga temannya semua sudah berkurang hingga setengah, sementara token Tiffany Song malah bertumpuk tinggi.

Ia mengernyitkan alis, jadi ini yang Tiffany Song bilang tidak bisa? Wanita itu sungguh terlalu rendah hati.

Freddy Bi melempar sepasang kartu raja yang Tiffany Song pegang. Ia lalu berkata dengan penuh kegembiraan: “Kakak Ipar Keempat, kamu sungguh orang dengan nasib paling mujur yang pernah aku kenal. Aku akhirnya bisa merasakan yang orang-orang bilang “petani desa tiba-tiba jadi direktur. Wah, sensasinya sungguh luar biasa.”

“……”

Tiffany Song benar-benar tidak bisa main, tetapi ia seorang pembelajar yang sangat cepat. Freddy Song hanya perlu mengajarkannya dua kali, dan ia langsung paham tentang tata cara dan trik permainannya. Nasibnya pada dasarnya juga mujur, dan kata-kata Taylor Shen barusan, yakni “kalau kalah anggap aku yang kalah, kalau menang anggap kamu yang menang” membuatnya bermain tanpa tekanan. Ia tidak menyangka bisa menang berkali-kali begini.

Ia menatap token ketiga lawannya dan jadi tidak enak hati. Ia menggeser token-tokennya mendekati ketiganya, lalu berkata: “Tuan-Tuan, nih ambil lagi dulu token-token kalian.”

Freddy Bi berteriak mencoba mencegah, “Kakak Ipar Keempat, tiga orang di hadapanmu orang super kaya. Mereka tidak kekurangan uang, jangan lah kamu kembalikan token mereka.”

Jordan Bo menatap Tiffany Song bingung. Ia mencoba menghindar dari kekalahannya, “Yang dikatakan Adik Kelima benar. Ini ucapan selamat datang kecil-kecilan dari kami, ambil saja, jangan sungkan.”

Dikatakan begini malah membuat Tiffany Song semakin tidak berani mengambil token-tokennya. Ia tetap ingin bertahan pada pendiriannya, namun tiba-tiba sofa di sebelahnya diduduki seseorang. Tiffany Song menoleh, dan ternyata Taylor Shen sudah duduk di sebelahnya. Jarak mereka berdua sangat dekat, Tiffany Song bahkan bisa merasakan panas tubuh pria itu.

Tiffany Song menelan ludah. Sekujur badannya agak kaku, ia bertahan menghadap depan tanpa menengok lagi.

Taylor Shen menaruh satu tangannya di punggung sofa belakang Tiffany Song, lalu satu tangannya lagi bertumpu di pinggir meja kartu. Ia terlihat seolah sedang mengecek hasil main Tiffany Song. Dari sudut pandang tiga pemain lain, Taylor Shen terlihat seperti sedang memeluk wanita itu.

Tiffany Song gugup hingga mau kehabisan nafas. Segenap konsentrasinya terarah pada nafas Taylor Shen yang duduk di sampingnya.

“Hasil mainmu boleh juga, kamu saja lah yang main terus.”

Mereka memulai ronde baru, dan kartu pun dibagikan. Tiffany Song tidak nyaman bermain seperti ini. Meski Taylor Shen tidak menempel terlalu erat dengan dirinya, tetapi ia terus merasa seolah pinggir pipinya ditiup seseorang. Panas-panas, agak gatal, dan beraroma rokok serta krim cukur pria.

Tiffany Song sungguh kesulitan berkonsentrasi. Ia gigit-gigit bibir, lalu menoleh ke Taylor Shen, “Kamu saja yang main, aku menonton di pinggir saja.”

“Kakak Ipar Keempat, kamu sajalah yang main, kamu kuras habis harta kekayaan mereka bertiga ini. Nanti kita lihat mereka keluar rumah pakai celana dalam, hahaha!” Freddy Bi tidak menyadari kesulitan Tiffany Song berkonsentrasi. Yang ia pikirkan hanya ingin membalas dendamnya pada tiga orang itu.

Tiffany Song menoleh menatap Taylor Shen. Poninya yang diikat tidak sengaja mengenai bibir pria itu. Dari jarak sedekat ini, ia baru sadar bibir pria itu punya lekukan sudut yang sangat seksi.

Taylor Shen balas menatapnya dalam-dalam, lalu berkata tenang: “Kamu mainlah baik-baik.”

Tiffany Song sungguh lelah, bagaimana bisa ia main baik-baik dalam keadaan seperti ini? Ia mengambil kartu dengan pikiran kacau, bahkan kartunya saja kinitidak tersusun rapi. Ia mengambil sepasang kartu kembar dan bersiap mengeluarkannya.

“Sepasang kartu ini keluarkannya nanti saja, sekarang keluarkan ini dulu.” Tiba-tiba sebuah tangan besar dengan jari-jari yang panjang memegangi kartu yang ingin ia keluarkan. Satu tangan lainnya buru-buru merapikan kartunya, lalu memegang tangan kecil Tiffany Song dan membantunya memegang kartu-kartu itu. Tangan itu tidak lepas-lepas juga setelahnya.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu