You Are My Soft Spot - Bab 416 Aku Lebih Baik Membuat Dunia Ini Menjadi Musuhku Daripada Kehilangan Erin (2)

Erin melihat wajahnya yang tampak lelah itu, tetapi sampai akhir dia masih tidak memberontak, melainkan bangkit berdiri dan pergi ke dapur. Ketika berdiri di dapur, dia memutuskan untuk membuat mie paling sederhana, agar menghindari dirinya menetap lebih lama disini serta rasa ketidakrelaan semakin mendalam.

James He bersandar di pintu dapur, melihat tubuh kurus itu sedang sibuk di dapur. Dia perlahan-lahan berjalan ke sana, melingkarkan tangannya di pinggangnya, lalu meletakkan dagunya di bahunya tanpa mempedulikan tubuhnya yang tersentak seketika. Dia dengan manja berkata, “Erin, aku merindukanmu."

Sekujur tubuh Erin menjadi kaku dan matanya kembali basah lagi. Dia mengatupkan bibirnya, menghentikan air matanya, dan berontak sejenak sambil berkata, "Kamu keluarlah dulu. Asap di dapur tebal."

"Apakah Bibi Yun baik-baik saja?" James He tetap tidak melepaskannya. Bibir tipisnya menggigit telinganya dan dia pun merasakan tubuh Erin bergetar dalam pelukannya. Lalu dia bertanya dengan suara seraknya. Awalnya, dia ingin pergi menjenguk Bibi Yun dulu, tetapi dia tidak menyangka begitu masuk ke Departemen Pasien, dia malah melihat adegan yang menyilaukan, saking silaunya sampai membuatnya melupakan segalanya.

Erin meletakkan pisau dapurnya, mengulurkan tangannya, melepaskan tangan yang merangkul pinggangnya. Namun, dia malah tidak bisa melepaskannya. Sebaliknya, James He tanpa malu memeluknya lebih erat, dimana membuatnya semakin tidak bisa bergerak. “Dia sudah keluar dari bahaya, tetapi telah menghirup gas dengan jumlah banyak, sehingga ada kemungkinan menderita sisa gejalanya," kata Erin.

"Maaf. Di saat kamu paling membutuhkanku, aku malah tidak menemani sisimu," kata James He bersalah.

“Ini bukan salahmu.” Erin menggelengkan kepalanya.

James He secara diam memeluknya. Jarak mereka berdua begitu dekat, tetapi keterasingan yang tak terlihat ini masih pelan-pelan bertambah di antara mereka. James He pun berkata, "Setelah selesai makan, aku dan kamu akan pergi ke rumah sakit menjenguk Bibi Yun. Jangan khawatir, aku akan mengundang dokter terbaik untuk mengobatinya agar dia dapat kembali sehat."

Erin dengan lembut memejamkan matanya. Meskipun James He selama beberapa hari ini tidak berada di Tiongkok, tetapi dia telah meminta Thomas Ji untuk membereskan semua masalahnya. Dia mengerti niat baik Erin, tapi saat ini dia juga tidak mampu menahannya lagi.

"Tidak perlu. Kamu baru saja pulang kembali dan di perusahaan masih ada banyak hal yang perlu kamu selesaikan."

"Semuanya itu tidak penting, yang penting itu kamu." James He takut jika mereka terus membicarakannya, maka akan kembali menyentuh topik sensitif itu lagi. Dia pun melepaska rangkulannya dan berkata, "kamu masaklah. Aku akan menunggu di keluar."

Dia pun pergi. Sekujur tubuh Erin seketika membeku. Dia tanpa sadar ingin menangkap sesuatu, tetapi yang ditangkapnya hanyalah gumpalan udara dingin. Dia melihat sosok belakang pria itu pergi keluar. Ketika air matanya menderas keluar, dia pun memalingkan wajahnya, mengambil pisau dapur dan lanjut memotong sayur.

Dua puluh menit kemudian, Erin keluar dengan membawa mie. James He sedang menonton TV di ruang tamu. Katanya memang menonton TV, tetapi pandangannya malah tidak tertuju pada TV, melainkan terbengong.

Erin berdiri di depan pintu masuk ruang makan, lalu dia berkata, "Ayo kemari dan makanlah."

James He tersadar kembali. Dia mengambil remot TV dan mematikan TV-nya. Kemudian dia berjalan ke hadapannya, menarik kursi dan duduk. Ketika melihat hanya ada semangkuk mie, James He pun mendongak menatapnya dan berkata, "Dimana punya denganmu?"

"Aku tidak lapar." Erin membalik tubuhnya, berjalan kembali ke dapur untuk membersihkan piring dan meninggalkan James He yang sedang terbengong menatap semangkuk mie itu. Beberapa saat kemudian, James He menghabiskan mie dan akan mengambil mangkuk ke dapur. Dia berdiri di samping dan menatapnya. Tatapan yang menusuk itu membuat Erin merasa sangat tidak nyaman.

Setelah mencuci piring, Erin mencuci tangannya dengan menggunakan sabun. Begitu mendapatkan James He masih menatapnya, dia pun berkata, "Sekarang, kita sudah bisa membicarakannya, bukan?"

James He tanpa berpikir juga sudah tahu apa yang ingin dibicarakannya. Dia pun menguap dan berkata, "Aku agak ngantuk. Ayo naik ke atas dan menemaniku tidur sebentar." Dalam sela perkataannya, dia meraih tangannya, menggenggam tangan Erin dan membawanya keluar dari dapur.

Ketika tiba di ruang tamu, Erin pun menolak untuk melangkah lebih jauh. Dia pun melihat punggung pria lembut itu. Setelah lama memikirkan perkataannya, Erin akhirnya tanpa berpikir panjang berkata, “James He, mari kita putus.”

Punggung James He kembali kaku. Dia sudah menunjukkan dengan begitu jelas, dan Erin masih ingin menyebutkan masalah ini untuk membuatnya marah?

James He mengatup erat bibir tipisnya, dan pelan-pelan menoleh ke arahnya. Dengan senyum berbahaya pada matanya, dia pun berkata, "Erin, kamu barusan ngomong apa? Aku tidak mendengarnya. Coba katakan sekali lagi."

Di dalam perkataannya, sudah terisi penuh dengan ancaman.

Keberanian yang tidak mudah dikeluarkan Erin pun sedikit lagi hampir akan berhasil. Dia mendongak kepalanya, menatap matanya yang gelap itu. Di dalam sana seakan terdapat dua pusaran air berbahaya yang akan menyedotnya ke dalam dan kemudian membuat tubuhnya hancur berkeping-keping. Erin pun berkata, "Selama beberapa hari ini, aku tidak menjawab teleponmu. Aku selalu memikirkan satu hal, mungkinkah Tuhan tidak bisa melihatnya lagi, makanya dia memberiku sedikit hukuman dan membiarkanku menerima kenyataannya."

James He melepaskan tangan Erin, lalu melipat kedua tangan di depan dada, menatap lurus matanya, dan menunjukkan ekspresi dimana menyuruhnya untuk lanjut perkataannya.

“Kamu mengetahuinya. Ibuku bukannya memiliki penyakit parah, melainkan membunuh diri dengan membuka tabung gas agar dapat menghentikanku untuk terus bersamamu. Maafkan aku. James He, aku tidak bisa tahan lagi. Hari itu, setelah aku bergegas pulang ke Kota Tong, di luar Unit Perawatan Intensif, aku mendengar dokter bilang sedikit lagi aku hampir akan berpisah dengannya untuk selamanya. Aku pun tahu aku sudah kalah. Aku tidak memiliki hati sekejamnya, dan aku tidak bisa melihatnya mati."

"Jadi kamu mau melepaskanku?" Suara James He terdengar datar, tetapi hatinya terasa pahit dan penuh dengan amarah, dan hanya dia sendiri yang mengetahuinya.

"Betul. Aku akan melepaskanmu, jadi mari kita putus." Kelopak mata Erin terkulai. Saking sakitnya, dia tidak berani melihat amarah yang tertera pada matanya.

"Prak" Erin menanggapi suara vas antik pecah yang terletak di atas rak, dimana serpihan-serpihan porselen itu telah terbang di sekitarnya. James He memelototinya dengan amarah. Dia memegang pundak Erin dengan kedua tangan, sepasang matanya terlihat membara-bara dan suaranya terdengar penuh dengan amarah. “Erin, aku tidak akan mengizinkannya, kamu dengar tidak?"

James He sudah memiliki firasat begitu Erin tidak mengangkat teleponnya. Pada saat ini, Ketika Erin benaran menyebutkannya keluar, dia pun baru tahu betapa panik dan betapa takut dirinya. Mereka boleh tidak menikah, boleh menyembunyikan hubungan cinta mereka, tetapi James He tidak akan membiarkan Erin putus dengannya.

James He menggoyang bahunya Erin, dimana membuatnya terasa pusing. Erin tidak berani menatapnya. Bahkan jika hatinya sudah sangat sakit, dia tetap memalingkan wajahnya. Saking sakitnya, dia dengan suara bergetar berkata, "Maaf!"

"Aku tidak mengizinkanmu untuk berkata maaf!" seru James He marah. Lalu dia menarik Erin ke dalam pelukannya, memeluknya erat-erat, seakan seperti anak yang tersesat. Dia pun meletakkan harga dirinya dan memohon kepadanya. “Erin, mari kita berjuang bersama-sama. Tolong jangan menyerah semudah ini."

Air mata Erin menderas ke bawah. Sakit hati yang dirasakannya sudah sangat dalam. Dia pun menggelengkan kepalanya dan berkata, "Maaf. Aku tidak bisa melakukannya."

James He menjadi panik dan ketakutan. Dia sudah berusaha keras untuk menangkap sesuatu, tetapi semakin erat genggamannya, semakin cepat barang itu lepas. Ini pertama kalinya dia merasakan ketidakberdayaan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ketidakberdayaan itu telah menyiksanya, membuatnya merasa nasibnya lebih buruk dari kematian. James He tiba-tiba menggendongnya dan dengan cepat berjalan ke atas. Pria ingin membuktikan bahwa wanita ini masih ada di sisinya, membuktikan bahwa wanita ini tidak akan bisa meninggalkan dia.

Erin juga menjadi panik, karena tindakan James He yang tiba-tiba ini. Erin mendongak kepalanya, melihat emosi yang tertera di matanya. Dia tiba-tiba menggelengkan kepalanya dan berkata, "James He, lepaskan aku. Turunkan aku."

"Erin, kamu adalah milikku. Aku tidak akan membiarkanmu pergi." Mata James He sekilas menunjukkan betapa keras kepala dirinya. Tidak ada seorang pun yang bisa menghentikan tekadnya. Bahkan jika Bibi Yun menggunakan nyawanya untuk memisah mereka, dia tetap tidak akan melepaskannya!

Dalam sekejap mata, James He sudah menggendongnya sampai di luar kamar utama. Dia menendang buka pintunya dan masuk sambil menggendongnya. Dia bahkan tidak sempat menutup pintu dan berjalan menuju ranjang besarnya.

Erin dilempar James He ke ranjang. Dia sangat ketakutan dan membolak-balik tubuhnya, ingin turun dari ranjang. Tetapi pergelangan kakinya malah dicengkeram James He dan ditarik hingga ke bawah tubuhnya. Dia pun menjatuhkan ciuman di segala arah dan Erin berusaha mati-matian menghindarinya, tetapi dia tidak bisa lepas dari obsesinya.

Setiap tempat yang diciumnya akan ditinggalkan tanda yang dalam, kemudian dia berkata, "Di sini milikku. Di sini juga milikku. Di sini masih milikku. Kamu mau membawa tubuh yang merupakan milikku ini kemana, ya?”

Erin sangat ketakutan. Dia tidak pernah melihat James He yang seperti ini. Dia pun mati-matian melawannya, sebaliknya malah ditekan secara paksa olehnya. Tangannya Erin diikat dengan dasi ke kepala ranjang. Saking cemasnya, air mata Erin tidak berhenti mengalir ke bawah. “James He, kumohon padamu, tolong jangan lakukan ini padaku.”

Pria itu pun menatapnya. Matanya terlihat merah dan dia dengan putus asa bertanya, "Jadi kamu bisa melakukan ini padaku? Erin, aku bukanlah hotel, yang bisa kamu datang dan pergi sesuka hatimu.”

Erin menangis terisak-isak. Sebelumnya, jika dia meneteskan air mata, James He pasti akan mengasihaninya. Dirinya yang hari ini sudah sangat marah, dan air matanya hanya akan membuatnya semakin marah. Tidak bisakah wanita ini melihat bahwa James He telah merendahkan dirinya demi dia?

Erin tidak berhenti menangis, tetapi James He malah tidak menghentikan gerakkannya. Pada saat penyelesaian terakhir, Erin sudah jatuh pingsan. James He juga menangis di dadanya, dan suaranya pun terdengar serak serta putus asa. “Erin, tolong jangan melepaskanku. Kumohon!"

Hanya saja permohonannya ini sama sekali tidak didengarkan Erin.

……

Ketika Erin terbangun kembali, cahaya redup pada malam hari menyinari di balik jendela. Dia membuka matanya dan tertegun menatap langit-langit yang dikenalinya ini. Mengingat kekejaman James He pada sore hari, matanya pun menjadi panas. Dia menggerakkan tubuhnya dan saking sakitnya dia hanya bisa menghembus napasnya.

Kemungkinan besar dia benaran marah. Dia menggunakan tenaganya dan setiap kali benar-benar hal yang memalukan. Erin menoleh kepalanya, mendapatkan ranjang di sampingnya dalam keadaan berantakan dan James He tidak ada di ranjang. Erin pun menghela napas pelan. Jika dia tidak ada juga tidak apa-apa, setidaknya dia tidak perlu berpikir harus bagaimana menghadapinya.

Dia duduk dengan memegang selimutnya. Tubuhnya tidak ditutupi seutas benang pun. Aliran panas telah keluar dari tubuhnya. Wajahnya memerah dan putih. Dia berjuang dengan ketidaknyamanannya, bangkit dari ranjang, pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya, kemudian mengganti pakaiannya dan berjalan ke depan pintu kamar. Ketika dia memegang pegangan pintu dan mencoba untuk membuka, pintunya malah telah terkunci dari luar.

Dia dengan sekuat tenaga menarik beberapa kali dan tetap tidak terbuka. Saat ini, dia baru menyadari perkataan James He yang sebelumnya. Dia sedang tidak bercanda, melainkan serius. Dia mengatakan bahwa bahkan jika dia harus mengikat, dia akan mengikatnya ke sisinya.

Erin pun menjadi panik. Jika ibunya tidak melihatnya pada malam hari, mungkin saja dia akan berpikir sembarangan lagi. Dia menarik pintu dengan sekuat tenaganya, tetapi tetap sia-sia. Pintu ini jauh lebih kuat dari yang dibayangkannya.

Dia segera membalik badannya, mengambil pakaian, lalu mencoba untuk mencari ponselnya. Tetapi dia baru menyadari bahwa ponselnya tidak ada di dalam tasnya. Dia pun bergegas ke telepon rumah dan mengambil gagang telepon, tetapi telepon rumahnya juga tidak bisa digunakan. James He ingin membuatnya putus hubungan dengan dunia luar.

Erin merosot dari samping ranjang dan terduduk di atas lantai. Bagaimana bisa dia tega melakukannya?

Pada saat ini, James He membawa keranjang buah dan produk nutrisi ke rumah sakit untuk menjenguk Bibi Yun. Wajahnya terlihat sangat serius. Dia tidak bisa menggerakkan hati calon ibu mertuanya dan dia pun menjadi sangat pusing.

Ketika tiba di luar bangsal, James He mengangkat tangannya, mengetuk pintu, lalu menunggu tiga detik untuk mendorong buka pintunya. Bibi Yun duduk bersandar ke kepala ranjang, sedang memakan makan malam yang disiapkan oleh pengasuh. Erin tidak datang pada malam hari, tidak mengirimkan kabar apakah dia akan kembali atau tidak dan di telepon pun juga tidak ada yang mengangkat teleponnya. Bibi Yun juga sudah tidak bisa menahan laparnya, makanya dia baru meminta sang pengasuh untuk turun dan membelikan bubur.

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu