You Are My Soft Spot - Bab 244 Dia Bisa Jadi Hanya Ingin Membunuhmu (2)

Taylor Shen terhenyak. Ini pertama kalinya Vero He terang-terangan bilang tidak percaya dirinya! Dengan suara serak, Taylor Shen memanggil: “Tiffany Song……”

“Aku pulang dulu.” Vero He membuang muka dan tidak menyadari wajah Taylor Shen yang putus asa. Wanita itu melepaskan sabuk dan turun dari mobil.

Taylor Shen tidak bisa menjelaskan suasana hatinya saat ini. Tadi pagi mereka masih sama-sama, tetapi sekarang Vero He bilang tidak percaya pada dirinya. Pria itu melepaskan sabuk pengaman dan buru-buru turun dari mobil. Taylor Shen mengejar Vero He dan menahan tangannya. Ia mendekap si wanita dalam pelukan, lalu bertanya lirih, “Mengapa? Mengapa tidak percaya padaku?”

Vero He tidak melawan. Ia mendongak menatap Taylor Shen dengan tatapan dingin. Tatapannya sekarang jauh beda dengan tatapan hangat tadi pagi. Aliran darah Taylor Shen terasa membeku dan pria itu pun relfeks melemahkan kekuatan pegangannya.

Vero He mundur untuk menjaga jarak. Ia berkata: “Aku akan membebaskan kakakku dengan usahaku sendiri. Aku tidak butuh bantuanmu. Sampai jumpa!”

Taylor Shen mengamati bayangan tubuh Vero He yang menjauh. Ia merasa ada sesuatu yang tidak beres dengannya. Tadi pagi saat mereka masih bermesraan, ekspresi Vero He datar. Meski wajahnya merah, namun matanya tidak terlihat bersemangat dan bergairah.

Taylor Shen memiliki tubuh Vero He, tetapi hati mereka berjauhan.

Sebenarnya apa yang bermasalah? Mengapa tubuh dan hati Vero He bisa berlawans sejauh ini? Taylor Shen memijat-mijat pelipis yang berdenyut. Bayangan tubuh Vero He sudah sangat jauh, lalu akhirnya lenyap di balik pintu vila. Teringat sesuatu, Taylor Shen merogoh ponsel dan menelepon sebuah nomor.

“Shadow, aku ingin bertemu kamu.”

Setengah jam kemudian, di tepi bendungan, dua mobil mewah terparkir berdekatan. Taylor Shen berdiri di sebuah batu yang ada di sana. Di sebelahnya, berdiri seorang pria berjaket, bertopi, dan berkacamata serba hitam.

Pria itu adalah Shadow, orang yang terus membuntuti Vero He diam-diam. Ia paling pandai dalam urusan mata-mata begini. Semalam, ia pula lah yang mengikuti ke mana pun Vero He pergi.

Taylor Shen menyalakan sepuntung rokok. Angin bendungan meniup kerah kemejanya sedikit-sedikit. Ia menatap ujung bendungan nan jauh di sana. Sembari menghembuskan asap dan menjepit rokok dengan dua jari, ia bertanya, “Kemarin bagaimana bisa Vero He lepas dari pengawasanmu?”

Shadow batuk-batuk terkena asap rokok. Setelah bisa kembali bernafas dengan tenang, ia bertanya: “Bisakah tidak membicarakan ini? Ini hal paling memalukan sepanjang hidupku.”

Taylor Shen menatap Shadow dingin.

Pria itu tiba-tiba bertanya lagi: “Tuan Muda Keempat Shen, aku lihat kamu sepertinya sudah meniatkan hati untuk menghabiskan sisa hidup dengan wanita ini. Kamu memang yakin dia masih sama dengan Tiffany Song versi tujuh tahun yang lalu? Kamu yakin dia masih mencintaimu?”

Dua pertanyaan yang diajukan Shadow seketika membuat Taylor Shen gerah. Tiffany Song benci dirinya, ia tahu itu. Shadow bilang dia bakal mati di tangan Vero He, dia sendiri merasa bodoh amat. Apa yang harus ditakutan dari kematian sih? Ia lebih takut tiap pagi terbangun sambil teringat dirinya sudah memutuskan menjauh dari Vero He. Itu akan menimbulkan kekosongan hati yang sangat menyakitkan.

“Ini urusanku, kamu tidak usah mendebatnya,” debat Taylor Sshen. Ia menghirup rokok lagi untuk menenangkan hatinya sendiri. Di benaknya terlintas tatapan mata Vero He ketika melihatnya.

Itu bukan tatapan mata yang diberikan seorang wanita pada pria yang dikasihi.

“Gila!” Shadow keheranan, “Aku tuh tidak paham, wanita di dunia kan semua punya lubang, bentuk dan fungsinya pun sama. Mengapa kamu bersikeras pada satu wanita saja?”

Taylor Shen geleng-geleng saja. Ia seperti tengah mengatakan Shadow orang rendahan yang tidak paham cinta-cintaan.

Shadow melipat dahi dan bercerita: “Kemarin aku mengikuti mobil mereka. Waktu mau sampai di Jembatan Barat, alat penyadap suara mendengar Vero He mau mengelak dari pengawal-pengawal pribadinya. Kamu tidak lihat gerakan istrimu itu. Dia melompat begitu saja keluar dari toilet. Gerakannya sangat natural, bisa dikatakan dia pemanjat tembok kelas profesional……”

“Bicara poin pentingnya!” potong Taylor Shen. Ia berdiri menahan udara dingin di sini bukan untuk mendengarkan omong kosong.

“……” Shadow menggerutu, lalu kembaali menjelaskan: “Dia meninggalkan ponselnya, jadi alat penyadap suaraku pun tidak berguna lagi. Aku tidak punya pilihan lain selain terus membuntutinya. Ia berputar-putar di kota, lalu di sebuah plaza dia sadar keberadaanku. Dia pun menghindar dariku dan aku kehilangan jejak. Tuan Muda Keempat Shen, istrimu itu sungguh tidak sederhana. Orang biasa tidak akan bisa menghindari buntutanku.”

“Ya itu tandanya kamu terlalu cupu,” komen Taylor Shen datar. Dari reaksinya dia memang terlihat acuh, tetapi dalam hati ia bisa menerima pendapat Shadow. Tiffany Song yang sekarang bukan lagi Tiffany Song yang dulu.

Shadow menahan kekesalan, namun tidak mau mendebat Taylor Shen. Ia mencoba memperingatkan lagi, “Tuan Muda Keempat Shen, kata-kataku masih sama. Mungkin kamu masih ingin balikan dengannya, tetapi dia bisa jadi hanya ingin membunuhmu.”

“Mungkin saja, tapi mau bagaimana lagi? Tanpa dia, aku jadi makhluk yang mati segan hidup tak mau. Saat ada dia, aku jadi makhluk yang sangat bersemangat menjalani hidup,” balas Taylor Shen jujur.

“Gila, apa sih sebenarnya cinta itu sampai bisa membuat orang kayak keracunan?” tanya Shadow.

“Tunggu kamu jatuh cinta, kamu baru tahu apa yang aku rasakan. Bisa kecanduan.” Taylor Shen kembali menghirup rokok dan menatap air bendungan. Ia pikir dirinya pria yang cukup baik. Ia tidak memberikan keperjakaannya ke banyak wanita, hanya ke si dia seorang.

Malam itu, di tubuh Tiffany Song, ia akhirnya merasakan apa itu gairah bercinta. Sampai sekarang ia masih ingat rasanya dengan jelas seperti kecanduan. Semua wanita tidak ada yang masuk ke matanya. Ia hanya tertarik pada dia saja.

Setelah menghabiskan waktu empat tahun, Taylor Shen akhirnya menemukan sosok wanita yang memberinya pengalaman mengesankan itu. Sayang, wanita itu berstatus sebagai kakak iparnya. Dengan berbagai cara, akhirnya Tiffany Song jatuh dalam pelukannya. Ia pikir setelah ini mereka tidak akan terpisah, nyatanya dalam satu kedipan mata semuanya berubah.

Enam tahun terakhir Taylor Shen sering bertanya pada diri sendiri, kalau hari itu ia membela Vero He, mungkinkah semuanya sekarang akan sangat berbeda?

Sungguh, ia sudah menyesali sikapnya pada hari itu selama bertahun-tahun.

Barusan, Vero He bilang tidak percaya padanya. Ia tahu, ia sudah kehilangan kepercayaan si wanita. Kepercayaan macam ini sangat sulit untuk dikembalikan lagi.

Shadow menatap Taylor Shen dengan raut kasihan. Ia menanggapi, “Baiklah. Melihat kamu sekarang jadi begini rupa, aku lebih baik tidak jatuh cinta deh. Kebebasan jauh lebih enak, ya kan?”

Taylor Shen menoleh ke Shadow sekilas, lalu membuang puntung rokok ke bendungan dan memerintah: “Terus buntuti dia. Jangan sampai dia sadar lagi.”

“Iya, aku memang tidak mau berhenti di tengah-tengah begitu saja. Oh iya, ada satu hal lagi. Beberapa hari lalu James He membawa Vero He ke psikiater. Psikiaternya ya yang dibibunuh itu. Istrimu memang punya penyakit psikologis ya?”

Taylor Shen cepat-cepat menoleh, “Maksudmu?”

“Sepertinya kamu tidak tahu. Aku semalam diam-diam masuk tempat praktik si dokter. Berkas-berkas pasien Nick He sudah dibawa pergi polisi, tetapi di komputer masih ada file back up-nya. Aku meretas komputer itu dan membaca-baca berkasnya, namun tidak ada satu pun berkas konsultasi Vero He. Tetapi, berdasarkan apa yang aku tahu, lima tahun lalu Nick He sering keluar masuk rumah kediaman keluarga He. Ia itu psikiater khusus Vero He, di tangannya tidak mungkin tidak ada berkas konsultasi Vero He.”

Taylor Shen mengernyitkan alis. Vero He pernah disekap dua tahun. Berdasarkan cerita James He, ketika dia menemukan si wanita, wanita itu mirip seperti baru keluar dari neraka. Kondisi itu diperparah dengan kematian anaknya. Vero He sangat mungkin menderita penyakit psikologis sih!

Bisa jadi Vero He masih bertahan hidup karena kebencian pada dirinya. Jadi, mau Taylor Shen bicara sampai berbusa-busa pun, wanita itu tidak akan percaya pada dirinya!

Memikirkan ini membuat hati Taylor Shen berdesir.

“Jadi maksudmu pembunuhan Nick he ada hubungannya dengan penyakit Vero He?”

“Benar. Kalau penyakit psikologis Vero He penyakit yang biasa-biasa, si psikiater tidak mungkin dibunuh. Mungkin dia tahu sesuatu yang tidak seharusnya diketahui, jadi si pembunuh membunuhnya biar rahasia tetap aman,” analisa Shadow.

“Tahu sesuatu yang tidak seharusnya diketahui…… Apa maksudmu?” tanya Taylor Shen tidak paham. Ia baru sadar, sepertinya kasus pembunuhan ini jauh lebih rumit dari yang ia bayangkan.

Shadow mengelus-elus hidung dengan canggung, “Itu harus tanya Nick He nya sendiri, tanya dia tahu apa saja. Kalau dia tidak tahu apa-apa, dia tidak mungkin dibunuh begitu. Aku peringatkan lagi, istrimu itu sungguh beerbahaya. Tuan Muda Keempat Shen, coba selidiki si Vero He biar kamu bisa mengantisipasi hal-hal buruk yang mungkin terjadi.”

Taylor Shen berujar tegas, “Aku rela menyelidiki siapa pun, kecuali dia.”

“……” Shadow jadi kesal sendiri bicara dengan orang keras kepala, “Aku hanya menyampaikan fakta, kamu jangan marah begitu. Jelas-jelas dalam hati kamu sangat ingin tahu soal kata-kataku ini, tetapi di mulut kamu terus melawan. Aku beritahu kamu, kalau kamu tidak segera menyelidiki dia, dia akan melakukan sesuatu padamu. Kamu tuh sekarang sudah dibuat terpesona dengan kecantikannya, sebentar lagi dia tinggal menusukkan pisau ke punggungmu.”

“Sudah selesai bicaranya?” tanya Taylor Shen dingin.

“Sudah.” Shadow agak kaget dengan perubahan sikap Taylor Shen.

“Terus aku sudah bisa pergi?”

“Bisa.”

Taylor Shen benar-benar berbalik badan dan berjalan pergi.

“Haduh……” Melihat Taylor Shen melompati batu-batu dan berjalan ke mobil, Shadow menarik rambut dengan kesal. Ia buru-buru mengejarnya, “Tuan Muda Keempat Shen, jangan pergi dulu! Aku ingatkan lagi, jangan sampai pikiranmu tumpul karena selangkangan. Istrimu itu bukan sosok yang sederhana.”

Taylor Shen tidak meladeni Shadow. Ia langsung membuka pintu mobil dan duduk di dalam.

Shadow berkacak pinggang melihat Rolls-Royce yang lenyap dengan cepat di ujung jalan. Ia menyumpah: “Tidak mau mendengar kata-kata orang yang lebih paham, tanggung risikonya sendiri!”

……

Vero He berjalan masuk vila. Suasana di dalam sangat tegang. Baru dia melepas sepatu dan ganti sendal rumah, Nyonya He langsung menyambut dengan teguran keras, “Masih berani pulang kamu? Tiffany Song, memang sialan sekali kamu. Mengapa yang dipenjara bukan kamu saja sih?”

Wajah Vero He memucat. Ia mendongak melihat Nyonya He yang berdiri di ruang tamu dengan menatap dirinya marah. Vero He gigit-gigit bibir tanpa membalas. Raut wajah Felix He berubah jadi sangat tidak baik. Ia menegur si istri: “Sudah selesai marah-marahya? Sudah selesai belum? Kamu masih mau menambah kekacauan di rumah?”

Nyonya He menoleh ke si suami dan protes: “Dia sudah membuat James He masuk penjara, mau sampai kapan kamu melindunginya? Apa harus tunggu semua anggota keluarga masuk penjara dulu baru kamu berhenti?”

“Tutup mulutmu!” Felix He seketika bangkit berdiri. Karena gerakannya terlalu buru-buru, pandangannya langsung menghitam dan ia pun kembali terduduk di sofa. Angela He dan Vero He menghampirinya dengan panik, “Papa, kamu tidak apa-apa kan?”

Wajah Felix He terlihat merah dan tidak normal. Vero He panik sampai matanya berkaca-kaca, “Pa, pa, jangan marah-marah. Memang aku yang salah, aku sudah membuat kakak kena masalah.”

Felix He menggenggam tangan Vero He. Pria itu menggeleng lemah, “Vero He, ini bukan salahmu, jadi jangan merasa bersalah. Kamu sendiri juga sudah kelelahan semalam, cepatlah istirahat.”

Vero He masih menyalahkan diri sendiri, “Maafkan aku, maafkan aku!”

Felix He membuang nafas panjang. Semua yang terjadi belakangan benar-benar memberi tekanan emosional pada Vero He. Ia takut, kalau ia tidak menceritakan yang sebenarnya, wanit itu bakal pergi dari rumah dan lepas dari kendalinya. Felix He berujar, “Vero He, sekarang kamu masuk kamar dan istirahat dulu. Besok, setelah kamu sudah lebih segar, kita bicara lagi.”

“Papa……” panggil si wanita ragu-ragu. James He sudah dianggap seperti papa kedua oleh Vero He. Dulu, di rumah kediaman keluarga Song, ia seperti jatuh dari surge ke neraka. Benjamin Song memperlakukannya dengan dingin, Nyonya Song pun tidak suka dengannya. Vero He saat itu benar-benar kekurangan cinta, jadi akhirnya jatuh cinta terlalu dini. Tanpa mempertimbangkan apa pun masak-masak, ia memutuskan menikah dengan pria yang memikatnya hanya biar bisa punya keluarga baru secepatnya.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu