You Are My Soft Spot - Bab 119 Aku Bisa Membawamu Pergi (3)

“Ya, oke, kamu tidak mabuk. Duduk yang benar, jangan bergerak macam-macam.”

Tiffany Song mengatur ulang posisi duduknya. Ia kini telentang di sofa. Stella Han, sebaliknya, masih hihi-haha entah menyanyi lagu apa. Wanita itu juga minum cukup banyak. Melihat Tiffany Song terduduk di sofa, ia tertawa-tawa riang, “Tiffany Song, jangan tidur, kita lanjut minum.”

Karry Lian bangkit berdiri dan ingin memampahnya, namun Stella Han langsung menghalangi: “Kakak Senior Karry, aku tidak mabuk.”

Karry Lian mengernyitkan alis, “Memang ada peminum yang mau mengaku dirinya mabuk? Stella Han, hari sudah malam. Kamu jangan berisik, kalau tidak nanti tetangga sebelah akan datang dan mengetuk pintu.”

Stella Han terkejut dengan peringatan ini. Wanita itu menaruh jarinya di depan bibir, bersuara "Sstt", lalu tertawa-tawa heboh. Stella Han kemudian berkata lantang di mikrofon: “Kakak Senior Karry, aku dulu pernah naksir kamu, hahaha. Sayang aku sekarang sudah punya suami, jadi kamu aku berikan ke Tiffany Song saja. Tolong kamu jaga dia baik-baik ya.”

Kata-kata orang yang lemah pada alkohol memang tidak berlogika. Karry Lian jadi canggung sendiri. Pria itu mengambil satu botol cocktail lalu mengarahkannya ke hadapan Stella Han, “Baik, bersulang dulu, aku akan turuti permintaanmu.”

Stella Han meminum habis cocktailnya dalam satu tegukan. Ia mabuk hingga suaranya seperti orang berkumur, “Aku sudah habis minumnya. Pokoknya aku pegang janjimu.”

Stella Han kemudian terkapar di lantai dan tertidur pulas.

Perangkat speaker masih memutarkan sebuah lagu yang bahagia. Di ruang tamu, Karry Lian bangkit berdiri, melepas jasnya, lalu berbungkuk untuk membopong Stella Han. Ia kemudian mengantarkan wanita itu ke ruang tidur kedua lalu menyelimutinya.

Karry Lian kemudian kembali ke ruang tamu dan berdiri menatap Tiffany Song, si wanita dengan masalah yang tidak ada habisnya, yang terlelap di sofa. Ia memindahkan Tiffany Song seperti yang ia lakukan pada Stella Han barusan. Di atas ranjang, Tiffany Song mengernyitkan dahi sambil berteriak-teriak pelan: “Aku tidak mabuk, Stella Han, minum……”

Karry Lian menggeleng putus asa. Benar-benar pemabuk, sudah mabuk sampai seperti ini saja masih minta minum lagi. Ia duduk di sisi ranjang dan membalas pelan: “Tiffany Song, kamu sudah terlalu tersakiti. Lupakan saja dia, mulai lembaran yang baru.”

Tiffany Song tiba-tiba menggumamkan sesuatu entah apa. Karry Lian mendekatkan telinganya ke depan bibir wanita itu. Beberapa lama kemudian, ia akhirnya paham Tiffany Song tengah memanggil-manggil pelan nama Taylor Shen. Karry Lian membuang nafas panjang, yang bisa ia lakukan hanya menyelimutinya dan keluar.

Ruang tamu masih dipenuhi bau bir. Karry Lian mematikan speaker dan membuang botol-botol bir yang berserakan di situ ke tempat sampah. Dari ruang tidur utama terdengar rintihan. Karry Lian buru-buru berlari ke sana. Ketika ia masuk, Tiffany Song sudah tidak ada di atas ranjang lagi. Wanita itu tengah berbaring di dalam lemari baju, yang berisi beberapa kemeja dan jas pria, sambil memeluk salah satu jas itu.

Perasaan Karry Lian langsung campur aduk. Tanpa harus dipikir, ia juga tahu itu pakaian-pakaian siapa. Ia berjalan menghampirinya dan berkata: “Tiffany Song, jangan tidur di lemari baju, tidak nyaman. Aku bopong kamu ke kasur ya.”

“Tidak mau, aku maunya tidur di sini," geleng Tiffany Song.

Karry Lian membujuk lagi: “Tiffany Song, ayolah patuh. Cuaca cukup dingin, kalau kamu tidur di lantai nanti kamu pilek. Ayo nurut.”

“Tidak mau nurut!” Tiffany Song berargumen, “Waktu aku kecil, nenek pernah berjanji kalau aku nurut ia tidak akan meninggalkanku. Aku sudah nurut, tetapi ia malah mengirimku kembali ke rumah kediaman keluarga Song. Saat mengirimku, ia bahkan bilang kalau aku nurut keluarga Song akan baik padaku. Kenyataannya, mereka tidak baik padaku.”

Hati Karry Lian langsung dihinggapi rasa iba. Ia berkata: “Mungkin masing-masing dari mereka punya masalah pribadi yang tidak etis diungkapkan? Tiffany Song, kita harus bisa memaafkan orang-orang yang tidak baik pada kita. Berkat tekanan yang mereka berikan pada kita, kita jadi bisa lebih kuat untuk menghadapi semuanya, benar?”

“Tidak, aku sama sekali bukan orang yang kuat. Aku selama ini terpaksa berpura-pura kuat karena tidak ada orang yang bisa jadi tempatku bersandar.”

Karry Lian menatap Tiffany Song lekat-lekat. Wanita ini mengapa sangat kasihan sih? Ia berkata lembut: “Tiffany Song, aku boleh jadi tempatmu bersandar kok, kamu mau kan?”

Pertanyaan Karry Lian dijawab oleh nafas Tiffany Song yang perlahan mulai stabil. Karry Lian hanya bisa menatap wajah Tiffany Song canggung. Setelah wanita itu benar-benar terlelap barulah ia membopongnya keluar lemari. Pakaian pria yang dipeluk Tiffany Song pun jatuh ke lantai.

Karry Lian menaruh Tiffany Song di atas ranjang lalu menyelimutinya ulang. Ia kemudian kembali lagi ke lemari baju, mengambil pakaian pria yang tergeletak di lantai, dan melipatnya. Ia lalu mengembalikannya ke tempat semula.

Karry Lian tiba-tiba terhentak. Di bawah cahaya lampu, sebuah kotak hiasan tergeletak di lantai. Begitu kotak itu dibuka, beberapa foto di dalamnya jatuh ke lantai. Ia mengambilnya satu demi satu. Begitu menyadari siapa orang dalam foto-foto itu, Karry Lian langsung menoleh kaget menatap Tiffany Song yang terbaring pulas di atas ranjang.

Beberapa lama kemudian, ia baru menarik pandangannya. Ia kemudian mengambil jerumbai berwarna yang ikut tergeletak di tanah sambil berseru pelan: “Tiffany Song bagaimana bisa punya jerumbai berwarna ini? Jangan-jangan dia itu Tiara-nya keluarga Song?”

……

Pukul tiga subuh, Tiffany Song terbangun karena bermimpi buruk. Perutnya tidak enak. Ia bangkit berdiri dengan susah-payah, lalu berjalan dengan tertatih-tatih ke kamar mandi. Ia muntah-muntah cukup lama di kloset.

Ia seharian ini hanya makan sedikit sekali. Faktor ini, ditambah faktor ia pernah keracunan di Kota C dulu, membuat perutnya jadi lemah dan rentan terhadap alkohol yang diminumnya barusan. Setelah memuntahkan semua makanan yang ada di perutnya, Tiffany Song berasa tidak enak badan sekali sampai seperti mau mati.

Ia bangkit berdiri, lalu membasuh-basuh wajah di wastafel. Beberapa lama kemudian, ia terduduk lemah di atas kloset.

Tiffany Sing mengeluarkan ponsel dari kantong. Sejak ia mengusir Taylor Shen, ia terus mematikan ponsel itu. Ia menatap ponsel cukup lama, lalu akhirnya menemukan keberanian untuk menyalakannya. Deretan panggilan tidak terjawab dan pesan tidak terbaca langsung memenuhi ponselnya hingga berbunyi satu menit tanpa henti. Tiffany Song memilih mengabaikan itu semua dan langsung membuka sebuah nomor di kontak.

Hanya dengan melihat nama kontak ini, hatinya langsung gundah. Baik Stella Han maupun Karry Lian mengira ia bersedih karena foto skandal ranjangnya menyebar. Hanya dirinya sendiri yang tahu alasan sebenarnya apa.

Tiffany Song sudah bersedih seharian penuh, tidak tahu bagaimana ia harus menghadapi masalah ini. Mereka dulu sangat bahagia, tetapi kini ia sangat terluka. Dengan tangan bergetar, Tiffany Song memencet tombol panggilan pada nomor ini. Ia pikir, ini bisa jadi kali terakhir ia menelepon Taylor Shen.

Telepon langsung diangkat saat itu juga. Terdengar suara Taylor Shen yang terkejut bahagia di seberang, “Tiffany Song, akhirnya kamu bersedia meneleponku. Maaf, aku……”

“Taylor Shen, aku mau putus," ujar Tiffany Song pelan. Suaranya mengandung kegundahan dan kesedihan yang luar biasa. Kalau waktu itu ia pergi selamanya setelah Kakek Shen terus menghalangi hubungan mereka, ia pasti sekarang tidak akan semenderita ini.

Sekujur tubuh Taylor Shen langsung berasa beku seperti es. Nada bicaranya agak emosi, “Apa kamu bilang? Coba katakan lagi!”

Tiffany Song memejamkan mata rapat-rapat dan berkata: “Seharian ini aku terus berpikir, bagaimana kita kedepannya? Taylor Shen., aku tidak bisa menerima pria yang pernah memperkosaku. Apa pun yang terjadi, aku tidak bisa menerimanya. Jadi, aku mau kita putus!”

"Aku tidak setuju!" Taylor Shen marah besar. Pria itu menggertakan gigi sambil mengulangi perkataannya: “Kamu dengar tidak, aku tidak menyetujui permintaan putusmu!”

Tujuannya menyuruh Tiffany Song tenang sejenak bukan supaya wanita itu meminta putus......

Hati Tiffany Song sakit sekali sampai sesak nafas. Wanita itu mengelus-elus dada mencoba menenangkan dirinya sendiri. Suaranya sangat lemas seperti orang kehabisan tenaga, “Keputusanku sudah bulat. Kita saling menganggap satu sama lain sebagai orang yang tidak pernah dikenal sebelumnya saja.”

“Tiffany Song, jangan matikan teleponnya!” Seperti bisa melihat Tiffany Song akan segera mematikan telepon, Taylor Shen meminta lagi: “Dengarkan aku. Kalau pun kamu ingin menghukumku atas kesalahanku, dengarkan dulu kata-kataku ini sampai selesai.”

Tiffany Song menggenggam ponselnya kuat-kuat. Ia jelas-jelas tahu apa pun pembelaan Taylor Shen, keputusannya tidak akan berubah. Meski begitu, ia tetap tidak tega mematikan telepon saat ini juga.

Dari seberang sana terdengar suara Taylor Shen menarik nafas panjang. Pria itu kemudian berkata, “Tiffany Song, lima tahun lalu ketika kita berjumpa, aku baru pulang dari luar negeri dan habis mengenang mamaku. Aku sepertinya belum pernah memberitahumu bagaimana ibuku meninggal? Ia meninggal dilahap api. Setelah melalui proses yang panjang, pihak pengadilan akhirnya memutuskan bawah vila itu dibakar sendiri oleh mamaku, sebab waktu itu ia menderita penyakit depresi yang sangat parah. Penyakit depresinya bermula sejak aku menyebabkan Tiara hilang. Saat mengenang mamaku itu, aku merasa sangat bersalah, jadi malam itu aku kehilangan kontrol.”

Tiffany Song memejamkan mata dengan air mata yang perlahan mengalir keluar. Ia masih ingat betul, sewaktu ia diperkosa, ia merasa ini titik puncak kehancuran hidupnya.

“Tiffany Song, aku tidak memintamu memaafkanku sekarang juga. Aku hanya minta kamu untuk tidak mengatakan “putus”. Jangan tinggalkan aku, beri aku kesempatan untuk melengkapi dan menyayangimu, oke?”

Tiffany Song menggeleng kencang. Ia tahu Taylor Shen saat memperkosa dirinya berada dalam suasana hati yang hancur, tetapi ia tetap tidak bisa memaafkannya. Ketika Kakek Shen bertanya padanya apakah ia benci si pemerkosanya, ia pikir kebenciannya sudah pudar. Sekarang, ia baru tahu, ketika pria yang ia cintai ternyata pernah menghancurkan hidupnya, rasanya sakit sekali. Rasanya jauh lebih sakit seratus kali daripada murni membenci pria itu.

Tiffany Song tidak bisa menerima tragedi ini dengan ikhlas. Ia bahkan tidak pernah berpikir untuk bersyukur karena yang memperkosanya adalah Taylor Shen, bukan orang lain. Ini karena semua penderitaan yang ia tanggung sekarang bermula dari kejadian itu.

“Tayklor Shen, aku tetap mau putus,” ujar Tiffany Song sembari mematikan telepon. Wanita itu menangis sambil terduduk di kloset/

“Tiffany Song, Tiffany Song!” Taylor Shen ingin mencoba membujuknya lagi, tetapi Tiffany Song sudah terlebih dahulu mematikan telepon itu. Ia menatap layar ponselnya dengan gundah. Ia mencoba menelepon Tiffany Song, tetapi telepon itu tidak diangkat. Pada percobaan keduanya, ponsel Tiffany Song bahkan sudah tidak aktif lagi.

Ia hanya punya sedikit waktu untuk menyelamatkan hubungannya ini. Ia segera mengambil kunci mobilnya dan berlari keluar ruang kerja.

Tiffany Song tahu betul, berdasarkan kepribadian Taylor Shen, pria itu tidak akan menerima begitu saja kenyataan ini. Taylor Shen pasti akan datang mencarinya. Sayangnya, orang yang paling tidak ingin ia temui saat ini ya Taylor Shen juga.

Tiffany Song langsung bangkit berdiri. Mungkin karena gerakannya terlalu tergesa-gesa, kini semua pandangannya hitam, badannya pun sedikit kehilangan keseimbangan. Tiffany Song menggoyang-goyangkan kepala menunggu kekagetan tubuhnya ini hilang. Ia kemudian keluar kamar mandi, dan yang ia lihat pertama kali adalah Karry Lian tengah bersandar di tembok yang berada persis di hadapannya. Ia tiba-tiba teringat percakapannya dengan Taylor Shen barusan. Ia bertanya ragu-ragu: “Kamu……”

“Tiffany Song, aku bisa membawamu pergi,” potong Karry Lian. Suaranya terdengar iba. Ternyata pemahaman ia dan Stella Han salah. Masalah yang tidak ingin Tiffany Song hadapi bukan masalah foto skandal ranjang tersebar ke umum, melainkan……

“Aku panggil Stella Han dulu.” Baru Tiffany Song berjalan dua langkah, tangannya langsung ditahan Karry Lian. Ia menoleh ke pria itu, “Ada apa?”

“Tiffany Song, tidak keburu lagi. Jarak gedung Shen’s Corp ke sini hanya dua puluh menit. Hanya ada dua pilihan, kita pergi sekarang, atau Taylor Shen akan berhasil mencegatmu.” Karry Lian memberi Tiffany Song dua pilihan, lalu dengan tenang menunggu mana yang akan wanita itu pilih.

Novel Terkait

Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu