You Are My Soft Spot - Bab 393 Aku Tidak Mencarimu, Supaya Kamu Tidak Senang (1)

"Karena kamu bersembunyi sangat jauh, kamu seharusnya mati di luar sana dan tidak muncul lagi di hadapanku, Erin, dengarkan aku baik-baik, di mana aku berada, lebih baik kamu bisa bersembunyi, kalau tidak!"

"Jika tidak perlu, jangan bertemu lagi di masa depan."

Kata-kata James He masih melekat di telinganya, Erin memandang pria dingin yang sedang mendekati selangkah demi selangkah, sudah terlambat untuk mendapatkan kembali sepatunya, yang diinginkannya hanyalah bersembunyi, dia mengangkat rok dan berbalik lalu berlari menaiki tangga.

Dia berlari dengan satu kaki tinggi dan satu kaki rendah, pergelangan kakinya sakit, dan dia tampak sangat memalukan. Tetapi dia tidak berani berhenti dan menghadapinya, dia hanya bisa memaksakan dirinya untuk berlari lebih cepat dan bersembunyi lebih jauh.

James He berdiri di bawah tangga, memandang sosok yang melarikan diri dengan cepat, wajahnya gelap, dia menggertakkan giginya, dia tidak tahu setan apa yang merasukinya, setelah perjamuan berakhir, dia tidak pergi, terus menunggu di sini, dia ingin melihat sampai ia akan bersembunyi.

Tapi lihat, wanita ini melihatnya seperti melihat hantu saja, dia berlari mati-matian, apakah dia akan memakannya?

James He sangat marah, dia hampir mematahkan sepatu di tangannya, matanya jatuh pada kedua kaki Erin yang berjalan tidak beraturan, ia mengerutkan kening, dan bergegas karena marah.

Erin tidak berani menoleh ke belakang, dia hanya tahu bahwa dia harus berlari, angin bertiup di telinganya, pintu putar hotel ada di depannya, hatinya dipenuhi dengan kegembiraan, detik berikutnya, pergelangan tangannya ditarik oleh telapak tangan besar yang hangat, terdengar gemuruh yang menggelegar di telinganya, “Berlari buat apa, tidak mau kakimu?"

Erin dipaksa berhenti, dia berbalik untuk melihat pria itu dalam jarak dekat, matanya menatap tajam padanya, seolah ingin mencekiknya, dia berusaha keras untuk melepaskan tangannya darinya, tetapi dia gagal, dia berkata: "Tuan, biarkan aku pergi!"

James He memelototinya, dia benar-benar ingin mencekiknya, dia meraih pergelangan tangannya dan berbalik ke arah luar hotel tanpa sepatah kata pun, Erin tidak berdaya dan hanya bisa diseret olehnya, dia berkata dengan cemas, “Kamu mau membawaku kemana, lepaskan."

Bibir tipis James He mengencang, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia menyeretnya menuruni tangga, dan tiba di hadapan mobil Cayenne putih, dia membuka pintu penumpang depan dan memasukkan Erin ke kursi penumpang depan seperti seekor ayam.

Erin keras kepala, tetapi dia bukan lawannya sama sekali, ketika dia dilemparkan ke dalam mobil, James He segera mengunci pintu, Erin menarik pegangan pintu dengan keras, tapi tidak bisa membuka pintu, dia menendang dengan marah, malah membuat jari-jari kakinya kesakitan, sakitnya sampai membuatnya menarik nafas terus-menerus.

Sebenarnya apa maksudnya, dialah yang menyuruhnya bersembunyi, dan sekarang dialah yang datang mendekatinya lagi. Mereka seharusnya menjadi sepasang orang yang tak dikenal, yang jika bertemu di jalan, harus berpura-pura tidak kenal.

James He dengan cepat masuk ke mobil dan melihat Erin duduk di sana dengan wajah cemberut, matanya merah, seolah-olah dia telah dirugikan. Pelipisnya melompat tiba-tiba, duduk di mobilnya, membuatnya begitu tak tertahankan kah?

James He berbalik ke samping, tangan kiri di setir, ia menatap serong ke wanita di sebelahnya, tidak dapat menemukan topik, hanya bisa memarahi dengan wajah lurus: “Sudah berapa lama kau tidak pulang ke rumah? Apakah kamu tahu Bibi Yun mengomelimu setiap hari? Tidak mudah baginya untuk membesarkan kamu, beberapa tahun yang lalu kamu berada di luar, ya sudahlah, tapi sekarang kamu berada di Kota Tong, apakah tidak tahu cara untuk pulang dan melihatnya?Membesarkan seorang putri seperti kehilangan seorang putri, apakah kamu tidak malu? "

Bagi James He, Bibi Yun sudah seperti keluarganya sendiri, ketika ia masih muda, Bibi Yun memperlakukannya lebih baik daripada Nyonya He.

Erin menoleh dan memandang James He, dia berkata, "Aku baru pulang menemuinya kemarin."

“...." Raut wajah James He menjadi lebih buruk karena dibuat tersedak olehnya, dia awalnya tidak punya topik untuk dibicarakan, dia memalingkan mukanya, hatinya tidak rela, dia berkata dengan sangat marah:”Pasang sabuk pengamannya, apakah kau tidak tahu sekarang penumpang depan yang tidak mengenakan sabun pengaman akan didenda?”

“...." Sekarang giliran Erin yang tidak bisa berkata apa-apa, apakah dia masih takut akan denda? Begitu banyak karyawan di bawah tangannya yang memiliki SIM, jika mereka tidak memiliki poin yang cukup, cari seseorang untuk menebusnya, selain itu, apakah dia kekurangan uang?

Tapi tetap terdiam, dia masih patuh dan mengikat sabuk pengamannya. James He memperhatikannya mengenakan sabuk pengamannya dengan patuh, dengan sedikit ekspresi di wajahnya, dia menyalakan mobil dan melaju keluar dari hotel.

Sepanjang jalan, tak satu pun dari mereka berbicara, setelah beberapa menit, mobil berhenti, Erin menatapnya dengan terkejut, tetapi melihatnya membuka sabuk pengamannya dan bersiap turun dari mobil, pria itu menginjakkan tanah, dengan sedikit kekhawatiran, dia menoleh dan menatapnya, lalu berkata dengan keras: “Jika pada saat aku kembali kamu tidak ada di dalam mobil, lihat saja apa yang terjadi.”

“...."

Erin memperhatikannya mengitari kepala mobil dan berjalan ke arah apotek, dia memandang punggungnya, punggungnya tinggi dan lebar, dan tidak ada kelambatan dalam langkahnya, dia baru saja ingin bertanya, apakah luka di tubuhnya sudah sembuh semua?

Tetapi dia tidak bisa bertanya, takut kalau dia akan menyindirnya.

Setelah beberapa saat, James He keluar dari apotek membawa tas plastik kecil, dia duduk langsung di dalam mobil, mengikat sabuk pengamannya, ketika melihatnya ada di dalam mobil, dia merasa lega.

Mobil terus melaju ke depan, Erin melihat bahwa jalan itu bukan jalan menuju Kediaman Keluarga He, juga bukan jalan menuju rumahnya, dia menoleh, kebetulan bertemu dengan tatapan pria dingin itu, pipinya panas, dia dengan cepat memutar kepalanya, jantungnya berdegup.

Bertatapan secara tidak sengaja itu membuatnya lupa untuk bertanya kemana mereka akan pergi, sampai ketika mobil berhenti di bendungan di tepi sungai, dia baru teringat "Apa yang kita lakukan di sini?"

James He meliriknya, keluar dari mobil dengan kantong plastik kecil, dan berjalan ke arah sungai.

Erin sedang duduk di mobil, memandang punggungnya, angin sungai meniup pakaiannya, ia berdiri di sana sepanjang waktu, memandangi sungai yang berombak, tidak tahu apa yang dia pikirkan.

Punggungnya terlihat suram, di bawah penampilan dingin pria itu, sebenarnya hati macam apa yang tersembunyi pada dirinya?

Erin tanpa sadar mendorong pintu untuk keluar dari mobil, kakinya menginjakkan tanah, barulah dia menyadari kakinya yang sangat sakit, melalui cahaya, dia melihat kakinya bengkak, dia menarik nafas sedikit, lalu berjalan ke arah James He.

Baru saja berjalan dua langkah, James He berbalik, menatapnya sejenak, Erin berhenti tiba-tiba, berdiri di sana tanpa daya.

James He berjalan dan berdiri di depannya, mengulurkan satu tangan ke ketiaknya, dan sisi lain membungkuk di sekitar kakinya untuk menggendongnya secara horizontal. Erin terkejut, sampai lupa bereaksi, sampai ketika dia meletakkannya di mulut depan mobil, kesadarannya baru kembali, “Kamu….”

James He menunduk dan memandangi kakinya yang terluka, dia tidak mengatakan apa-apa, ia berbalik ke kursi pengemudi dan mengambil tas plastik kecil, lalu meletakkannya di sebelah kaki Erin, ia mengeluarkan semprotan disinfektan dari dalam plastik, dan menyemprotkannya di pergelangan kakinya yang merah dan bengkak.

Air obat itu dingin, Erin tidak bisa tidak menarik kakinya, dipegang oleh telapak tangan pria itu, dia agak malu di dalam hatinya, dia meraih botol obat dan berkata dengan suara rendah, “Biar aku saja.”

Pria itu meliriknya, tetapi mengabaikannya, dia menyemprotkannya beberapa kali lagi, dan kemudian mengganti obat, obat ini berbentuk seperti kepala pijatan, jari-jari James He melebarkan setiap jari-jari kaki Eric, lalu menggulingkan obat itu di atas kaki Eric, obat itu masuk ke kulit, membuat sedikit terasa pedih.

Erin menggertakkan giginya tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dahinya berkeringat, James He menatapnya, dan ketika dia melihat wajahnya yang tampak seperti menahan rasa sakit, James He berkata dengan suara yang dalam: “Kalau sakit tidak perlu ditahan, keluarkan saja, di sini juga tidak ada orang.”

"Aku sudah terbiasa.” Kata Erin ringan, dia telah mengalami hal yang lebih menyakitkan dari ini, rasa sakit ini tidak ada apa-apanya.

James He mendengarnya berkata demikian, dia merasakan perasaan aneh di hatinya, dia bergerak sedikit lebih ringan, biarpun dia seorang wanita baja, dia tetap saja seorang wanita.

Dia diberi obat untuk meredakan bengkak, tercium aroma kesturi dan obat herbal lainnya. Erin melihat tangan besarnya yang tadi menyentuh obat oles, dia berkata dengan pelan:”Di tasku ada tisu basah, ambil dan lap tanganmu.”

James He mendengar perkataannya, dia mengangkat tangannya dan mengendusnya, bau obat oles tidak terlalu buruk, dia dulu sering meregangkan otot saat masih di tentara, dan terkadang dalam satu bulan tidak bisa lepas dair bau obat oles, tapi sekarang, dia di hadapan seorang wanita menjadi begitu manja, “Aku tidak semanja itu.”

Erin mengerutkan bibirnya, bagaimana mungkin dia lupa bahwa dia menderita cedera yang lebih serius daripada dirinya dua tahun yang lalu, dia berbaring di rumah sakit selama tiga bulan, barulah tubuhnya pulih, mungkin dia sudah terbiasa dengan bau obat itu.

Memikirkan hal ini, dia berkata: "Apakah luka pada tubuhmu sudah sembuh semua?"

James He memandangnya, dengan sarkasme di matanya, “Rupanya kamu tahu bahwa aku terluka."

“...." Erin menyadari, tidak peduli apapun yang dia katakan, dia sepertinya tidak mendengarkan, dia menutup mulutnya dan berhenti berbicara, agar tidak membuatnya tidak senang. Jika dari awal tahu akan seperti ini, seharusnya dia bersembunyi di kamar mandi dan tidur sampai subuh besok, lebih baik daripada canggung seperti sekarang.

Melihatnya tertutup rapat seperti mulut cangkang kerang, James He merasakan perasaan aneh dalam hatinya, apakah akan mati jika mengucapkan satu kata lebih? Dia mengabaikannya sebelama bertahun-tahun, bukankah seharusnya dia agak kesal?

Erin memandangi sungai, angin sungai meniup rambutnya, kadang-kadang dia mengangkat tangannya untuk membelai rambutnya ke belakang telinganya, keduanya tidak saling berbicara, dia duduk di atas depan mobil, sedangkan James He bersandar pada mobil, keduanya begitu dekat, tapi telrihat begitu jauh.

Perlahan-lahan, tatapan Erin bergeser tak terkendali ke arah lelaki di sampingnya, dulu tidak terlalu memikirkannya, tapi karena jaraknya yang terlalu jauh, dia jadi memikirkannya, tetapi dia tidak muncul di hadapnnya.

Tetapi dalam dua tahun terakhir, dia sering memikirkannya, mudah marah, keruh, murung. Begitu banyak dirinya hingga kecelakaannya, dia berubah menjadi hangat, membersihkan semua kekacauan di belakangnya.

Sebenanrya, dia sangat merindukannya.

James He memperhatikan untuk pertama kalinya bahwa Erin menatapnya, dia tidak memalingkan muka, dia melihatnya sedang memikirkan apa, apakah ia merasa bahwa pria ini sbeenarnya cukup tampan?

Entah kenapa, bibirnya melengkung hanya karena tatapan fokus wanita itu saat ini.

Setelah beberapa lama, mata Erin masih belum berpaling, sudut mulut pria itu semakin melengkung, dia tidak bisa menahan diri untuk menggodanya:”Memandangku begitu lama, apakah kamu sudah jatuh cinta padaku?”

Pipi Erin panas, dan jantungnya sedikit malu, dia dengan cepat memalingkan muka, jantungnya berdegup sangat kencang, dia melompat turun dari bagian depan mobil, lalu berkata:”Sudah terlalu malam, ayo pulang.”

James He melihat sosok belakangnya yang melarikan diri dengan cepat, suasana hati yang baik sekarang hilang, apakah dia binatang buas, hanya mengejeknya sekali, dia langsung melarikan diri. Dia menjadi ragu, apakah pesonanya begitu buruk?

James He masuk ke dalam mobil dan mulai melaju perg dari sungai, menuju kota. Terkadang dia melirik ke arah Erin, Erin terus melihat ke luar jendela, James He tidak bisa melihat matanya, tidak tahu apa yang dipikirkannya.

Entah mengapa dia merasa sedih di dalam hatinya, dia berkata, “Taylor Shen sudah kembali, selanjutnya setiap hari Senin, datanglah ke kantor sebentar dan melapor padaku."

Erin balas menatapnya, "Kenapa?"

“Tidak perlu banyak bertanya, jika kusuruh datang ya datang saja." James He berkata dengan marah, menatap wajahnya yang berharap dia tidak mau berkomunikasi dengannya, dia langsung menjadi marah.

Erin mengerutkan bibirnya dan berkata dalam waktu yang lama, "Tapi bukankah kamu berkata, di mana kamu berada, aku harus bersembunyi sejauh mungkin?"

James He yang marah menjadi tersenyum, "Kamu ingat kata-kataku rupanya, mengapa sebelumnya aku tidak menyadari bahwa kamu sangat patuh?"

Wajah Erin menjadi pucat, dulu dia pemberontak, dia selalu ingin menarik perhatian orang dengan cara yang ekstrem, tapi saat benar-benar melakukan kesalahan, dia takut melihat ekspresi kecewa ibunya, kemudian James He maju untuknya, dia menyadari bahwa dia sangat menyukai dirinya yang mau membantunya membereskan masalah, sangat tampan, sangat keren.

Belakangan, dia mengerti jenis suka ini, sebenarnya ini adalah cinta. Hanya saja saat itu, dia mengalami sakit yang memilukan, dia menderita sakit parah, jadi tidak mempermasalahkan masalah cinta lagi.

Sekarang, dia menganggap kata-katanya sebagai perintah mutlak, jika dipikir-pikir, bukankah karena dia peduli?

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu