You Are My Soft Spot - Bab 137 Jangan Sok-Sokan Manja untuk Berbuat Tidak Senonoh (2)

Taylor Shen menatap Taylor Shen dengan mata menyelidik: “Adik Keempat, kamu sejak kapan jadi seperhatian ini pada keluarga Lian?”

“Di Amerika, aku pernah berhutang nyawa pada Angelina Lian. Ia mengidap penyakit halusinasi parah setelah balik dari luar negeri, jadi aku biarkan dia tinggal di Sunshine City. Sekarang ada sedikit masalah, ia tidak bisa tinggal di Sunshine City lagi. Kalau keluarga Lian bersedia kembali menerima dia, itu akan menjadi solusi yang sempurna,” urai Taylor Shen.

“Jadi kamu berencana mencari tahu asal masalah mereka, lalu meminta mereka menyelesaikannya sampai tuntas agar Angelina Lian bisa disambut dengan gembira lagi di rumah kediaman keluarga Lian?” Jordan Bo mengangguk-angguk, lalu tersenyum dingin: “Taylor Shen, sejak kapan kamu sekurang kerjaan gini?”

“......” Taylor Shen kehabisan kata-kata. Jordan Bo menambahkan: “Taylor Shen, kelemahan terbesarmu adalah kamu terlalu memandang serius jasa seseorang padamu. Kamu sebenarnya tidak perlu mengurusinya lebih lanjut, karena itu akan merepotkan dirimu sendiri. Kamu ini juga kelewatan berani membiarkan Tiffany Song tinggal seatap dengan Angelina Lian. Kamu tidak takut hubungan kalian pecah karena kehadirannya?”

Taylor Shen tertunduk. Ia merasa serba salah soal Angelina Lian. Kalau tidak ada wanita itu, polisi pasti tidak akan bisa menemukan mereka dengan cepat dan sekarang pun ia pasti sudah tidak ada di dunia lagi.

Jadi orang tidak boleh melupakan kebaikan orang lain.

“Kakak Tertua, kalau kamu yang di posisi aku, kamu akan bagaimana?” Taylor Shen mendongak menatapnya.

Jordan Bo terhenyak. Ia belum pernah mengalami kejadian seperti ini. Satu-satunya wanita yang pernah ia cintai sepenuh hati saja kabur ke pelukan pria lain. Ia belum pernah diselamatkan perempuan, jadi ia tidak bisa memberi tanggapan yang mengena. Ia hanya berujar: “Adik Keempat, aku beri tahu kamu satu pepatah, ketika kita punya dua pilihan pasti harus ada satu yang dikorbankan. Cara membalas budi ada banyak, misalnya dengan uang. Kamu tidak perlu melakukannya sendiri, kalau tidak orang yang kamu balas budi itu akan dapat kesempatan untuk mengambil keuntungan darimu.”

“Aku paham,” angguk Taylor Shen.

“Semoga kamu benar-benar paham.” Jordan Bo bangkit berdiri. Ia menatap Taylor Shen: “Dua hal yang barusan kamu minta tolong, aku akan segera suruh orang-orangku lakukan penyelidikan.”

“Baik, aku tunggu kabar baikmu.” Taylor Shen juga bangkit berdiri. Ia tidak enak hati mengganggu pekerjaan Jordan Bo lagi, jadi ia keluar.

……

Setelah Taylor Shen pergi, Tiffany Song kembali ke kamar tidur utama. Ia mengambil sebuah kotak perhiasan dari tasnya. Ia ragu sejenak, namun akhirnya membuka kotak itu dan mengambil foto yang tersimpan di dalamnya. Ia sebelumnya tidak sempat memerhatikan huruf-huruf dalam foto itu sudah pudar. Tapi mau bagaimana lagi, foto ini bisa jadi satu-satunya sarana bagi dia untuk mencari ayah dan ibu kandungnya.

Ia ingin mengedit foto itu agar tulisan di atas bangunan mirip gereja itu bisa terlihat jelas.

Tiffany Song menaruh foto itu di meja dan memotretnya, lalu mengirimnya ke komputer. Ia sering pakai Photoshop, jadi ia sedikit banyak paham cara mengedit. Sayang, tingkat kerusakan foto ini terlalu parah, jadi mengeditnya pasti tidak akan mudah.

Tiffany Song membuka Baidu dan mencari tahu bagaimana cara mengedit foto yang rusak. Ia kemudian mengikuti petunjuk yang ia temui satu per satu.

Kata ketiga pada bangunan itu adalah “bahagia”. Sekarang ia hanya perlu mengedit sisa dua kata lainnya agar bisa mengetahui nama lengkap panti asuhan itu. Ketika ia tengah berkonsentrasi mengedit, ponselnya tiba-tiba berdering. Ia kaget dan tidak sengaja menekan tombol reset, yang mana kemudian membuat foto yang sudah ia edit kembali ke versi semula.

Ia menatap ponsel dengan geram. Di layar ponsel itu tertulis kata “mama”. Ia terhenyak. Hanya dalam waktu beberapa hari, jarak mereka yang sebelumnya sangat dekat kini terasa luar biasa jauh. Perasaan ini terasa begitu menyakitkan.

Ia ragu-ragu sejenak, lalu akhirnya memutuskan mengangkat telepon itu. Dari seberang sana terdengar suara lembut yang dipaksakan, “Tiffany Song, aku ganggu kamu tidak?”

Mata Tiffany Song memerah. Ia buru-buru menggeleng, lalu menjawab pelan: “Tidak. Kamu…… kamu ada urusan apa?”

“Tidak ada urusan apa-apa. Aku hanya ingin mendengar suaramu saja. Lukamu masih sakit tidak? Sudah pakai obat tepat waktu kan?” tanya Callista Dong bertubi-tubi. Ia awalnya ingin mengajak Tiffany Song kembali tinggal di tempatnya, namun ia kemudian teringat ia selalu sibuk dan tidak punya waktu untuk menemaninya. Ia pun tidak bisa masak, jadi anak itu pasti akan sangat kasihan.

Tenggorokan Tiffany Song sesak seperti tersedak sesuatu. Nafasnya jadi memburu. Saat ini, perhatian Callista Dong hanya menambah kepedihan hatinya. Ia pikir ia sudah mendapatkan kasih sayang yang ia dambakan dari wanita itu, tetapi nasib ternyata hanya bercanda dengannya.

“Lukanya tiak sakit. Aku sudah pakai obat tepat waktu juga kok. Jangan khawatir, aku bisa jaga diri dengan baik.” Air mata Tiffany Song menetes. Ia iba dengan dirinya sendiri, juga iba dengan Callista Dong.

Kemarin lusa Tante Jiang berulang kali berpesan padanya untuk tidak memberitahukan kenyataan yang sebenarnya pada Callista Dong. Tante Jiang takut wanita itu tidak akan sanggup menerimanya. Ia sudah mengiyakan permintaan itu, namun jauh di dalam lubuk hatinya ia sebenarnya terus bertanya-tanya bagaimana ia harus bersikap pada Callista Dong setelah ini.

“Baguslah kalau begitu. Tiffany Song, jaga diri baik-baik di rumah. Setelah kamu pulih, kita sama-sama pulang ke rumah lama untuk menjenguk makam Nenek, oke?”

“Oke.”

Setelah mematikan telepon, Tiffany Song berbaring di atas ranjang sambil menangis tersedu-sedu. Dulu, sebelum Callista Dong mengenali identitasnya, ia benci setengah mati padanya. Sekarang, setelah Callista Dong memperlakukannya dengan baik sebagai anak, ia malah merasa bersalah. Ia bukan Nini, namun ia menerima semua kasih sayang Callista Dong untuk Nini. Kalau Callista Dong tahu kenyataan yang sebenarnya, wanita itu pasti akan benci setengah mati padanya.

Sekarang ia harus bagaimana? Ia sungguh ingin mencari orangtua kandungnya, tetapi setelah berhasil mencari mereka, kenyataan bahwa ia bukan putri Callista Dong akan terbuka lebar-lebar. Pada waktunya nanti, bagaimana Callista Dong akan merespon ini semua?

Tiffany Song mendongak. Melihat layar laptop masih menampilkan foto yang barusan sedang ia edit, ia menyimpan foto itu lalu menutup Photoshop. Ia saat ini sedang bersedih dan tidak bisa berkonsentrasi mengedit. Nantilah setelah suasana hatinya lebih baikan sedikit ia lanjtukan.

Taylor Shen kembali ke kantor. Christian menyambutnya sambil menunjuk-nunjuk ruang kerjanya, “CEO Shen, Nona Lian menunggumu di dalam. Wajahnya sepertinya tidka begitu senang.”

Taylor Shen tiba-tiba teringat tadi pagi ia meminta Angelina Lian menemuinya di Swiss Sea Club. Karena ada pertemuan dengan Kakek Lian juga, ia jadi lupa urusan ini. Ia menggangguk pada Christian lalu masuk ruang kerjanya.

Angelina Lian tengah duduk di sofa sambil membaca majalah. Itu majalah promosi terbaru Shen’s Corp. Foto-foto bangunan di dalamnya terlihat sangat menarik dan mewah. Mendengar suara pintu dibuka, Angelina Lian mendongak. Ia lalu menunduk kembali. Jelas sekali wanita ini sedang marah.

Taylor Shen menghampirinya, lalu duduk di sofa terdekat. Melihat Angelina Lian tengah mengamati lekat-lekat gambar sebuah apartemen di majalah, ia berucap: “Yang itu mulai bulan depan dipasarkan. Keren sih modelnya, kamu suka?”

“Kalau aku suka memang kamu mau memberikannya padaku?” Angelina Lian menatapnya sejenak lalu membalik majalah ke halaman berikutnya. Itu memang rumah idamannya. Bentuknya minimalis, jumlah kamarnya pun sesuai dengan kebutuhannya. Desain arsitektur rumah itu tidak hanya cantik, namun juga berkelas. Para pembelinya pasti bisa langsung menempati rumah itu tanpa harus merenovasi apa-apa lagi.

“Suka yang jenis mana? Taylor Shen balik bertanya. Ia tidak bilang akan berikan, juga tidak bilang tidak akan berikan.

Angelina Lian membalik halaman sebelumnya, lalu menunjuk sebuah apartemen minimalis bergaya Eropa sambil berkata antusias: “Yang ini. Aku sangat suka dengan model desainnya. Ini benar-benar rumah dambaanku.”

“Oh yang itu ya? Kira-kira mau lantai nomor berapa?”

“Lantai nomor tujuh belas deh. Aku waktu itu kenal kamu pada usia tujuh belas, jadi angka itu sangat bermakna bagiku,” ujar Angelina Lian menggoda.

Taylor Shen bangkit berdiri, berjalan ke meja kerjanya, lalu mengangkat gagang telepon: “Christian, kemari sebentar.”

Beberapa detik kemudian, Christian membuka pintu dan masuk. Taylor Shen mengambil majalah yang tadi dibaca Angelina Lian dan menunjukkannya pada Chrisitan. Ia menunjuk rumah yang tadi Angelina Lian bilang rumah idamannya sambil memberi perintah: “Suruh Departemen Pemasaran simpan model ini yang lantai tujuh belas. Di sertifikat kepemilikannya, tulis nama Angelina Lian.”

Christian mengangguk dan langsung keluar tanpa bertanya lagi. Apartemen itu harganya puluhan miliar, kok bos bisa memberikannya begitu saja pada Angelina Lian? Ia sungguh khawatir Nona Song akan cemburu besar kalau tahu soal ini.

Angelina Lian barusan hanya asal bicara. Ia tidak menyangka Taylor Shen akan benar-benar memberikan satu unit apartemen padanya. Ia bangkit berdiri lalu memeluk pundak pria itu sambil meledek, “Taylor Shen, kamu sebaik ini padaku, nanti Tiffany Song cemburu loh.”

“Angelina Lian, kedepannya panggil dia Kakak Ipar saja ya.” Tatapan Taylor Shen yang dalam dan serius membuat wanita itu agak kaget.

Taylor Shen tidak pernah membenarkan panggilannya pada Tiffany Song, mengapa tiba-tiba dibenarkan begini? Apa maksudnya? Terbayang apartemen pemberian Taylor Shen abrusan, wajahnya langsung pucat. Ia buru-buru mencoba membatalkan pemberian itu, “Taylor Shen, aku tidak mau rumah lagi. Aku merasa paling kerasan tinggal di Sunshine City.”

Taylro Shen melepaskan tangan Angelina Lian pelan-pelan. Meski gerakannya lembut, namun sikapnya tetap tegas. Ia menjawab: “Mulai bulan depan kamu sudah bisa ambil kunci apartemen barumu dan pindah ke sana.”

Angelina Lian menatap Taylor Shen setengah tidak percaya. Pantas saja dia sedermawan ini memberinya rumah, ternyata supaya dia cepat-cepat pindah. Ia memohon-mohon, “Taylor Shen, jangan usir aku keluar dari Sunshine City. Selain kamu, aku tidak punya orang lagi yang bisa dijadikan sandaran. Kalau kamu saja tidak mau merawatku, apa artinya lagi hidupku ini?”

Taylor Shen melipat kedua tangan. Tatapannya datar, “Angelina Lian, aku sudah meninggalkan New York bertahun-tahun. Selama kamu sendirian di sana, hidupmu baik-baik saja kok. Tenanglah, aku percaya kamu bisa menjalani hidup tanpa selalu berdekatan denganku kok.”

“Tidak, tidak, tidak. Aku tidak bisa. Taylor Shen, kamu pernah bilang kamu sudah menganggapku sebagai adik perempuanmu sendiri. Sekarang mengapa kamu tega melepaskanku tinggal seorang diri di luar? Aku mohon padamu, tolong jangan pindahkan aku dari Sunshine City. Kalau kamu takut aku akan mengganggu hubunganmu dengan Tiffany Song, aku berani jamin aku tidak akan turun ke lantai bawah selain pada jam makan. Aku akan berdiam di lantai atas dengan patuh.” Angelina Lian menangis histeris. Ia dari dulu sudah menyimpan perasaannya pada Taylor Shen dengan hati-hati. Sayang sekali semalam ia tidak cukup waspada hingga akhirnya ketahuan.

Taylor Shen memejamkan mata. Ia kini paham betul arti pepatah “mengundang seseorang datang gampang, menyuruhnya pergi lah yang susah.” Kalau saja dari awal ia tidak membawa Angelina Lian tinggal di Sunshine City, ia pasti tidak akan berada di posisi serba salah begini.

“Angelina Lian, satpam yang akan bertugas menjaga kompleks apartemenmu sangat berpengalaman. Kamu tidak perlu khawatir soal itu. Waktu aku ke Amerika lalu, Jason juga sudah mati kok, jadi ia tidak mungkin mencarimu lagi untuk membalaskan dendam. Kalau kamu masih ada kekhawatiran lain, aku bisa mencarikanmu seorang pengawal pribadi perempuan untuk menemanimu selama dua puluh empat jam. Maaf, hanya ini yang bisa aku lakukan padamu.” Taylor Shen kemudian bangkit berdiri dan berjalan pindah ke meja kerja. Daripada membuang-buang waktu untuk urusan begini, lebih baik ia baca berkas saja.

Peringatan Kakak Tertua memang benar. Ketika dihadapkan pada dua pilihan, kita mau tidak mau harus mengorbankan salah satunya. Ia tidak ingin menyakiti Tiffany Song, jadi ia mau tidak mau harus memilih menyakiti Angelina Lian.

Angelina Lian menangis tersedu-sedu. Ia berdiri diam di tempat sambil menatap Taylor Shen lekat-lekat. Ia benci sekali dengannya. Pria itu pada akhirnya tidak memedulikan kedekatan mereka dulu dan memilih mengusirnya keluar dari Sunshine City. Yang kakaknya katakan benar, orang-orang keluarga Chen tidak punya hati.

Angelina Lian mengambil tasnya dan langsung berlari keluar dari ruang kerja Taylor Shen.

Mendengar pintu ditutup keras-keras oleh Angelina Lian, Taylor Shen mendongak dengan kaku. Pada matanya terlintas rasa bersalah dan keputusasaan.

Angelina Lian masuk lift dan menangis sejadi-jadinya di dalam. Ia sudah berkorban begitu banyak untuk Taylor Shen, sementara Tiffany Song tidak pernah berkorban apa-apa. Mengapa pada akhirnya Taylor Shen malah melangkahi cintanya dan memilih Tiffany Song?

Semakin dipikirkan, ia merasa semakin sakit dan semakin marah. Ia tidak akan membiarkan mereka bisa hidup berdua dengan tenteram. Ia merogoh ponselnya dan menelepon sebuah nomor. Orang di seberang sana mengangkat, dan ia pun berujar sepatah dua patah kata. Ia terakhir berpesan: “Aku janji akan bekerjasama denganmu, tetapi prasyaratnya adalah kamu tidak boleh menyakiti Taylor Shen.”

“Aku tahu kamu cinta mati padanya, tenang saja.”

Angelina Lian mematikan telepon dan membasuh air matanya. Ia akan buktikan pada Taylor Shen bahwa hanya ia lah yang layak bersanding dengannya.

……

Novel Terkait

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu