You Are My Soft Spot - Bab 205 Jennifer Li Cerai (3)

Vero He terus berlari sampai keluar gedung kantor polisi. Dekat gerbang kompleks kantor polisi, ia melihat Maybach hitam yang familiar. Setelah memastikan itu mobil kakaknya, ia berlari ke sana dan langsung masuk mobil.

James He menatapnya dengan kaget. Ikatan Vero He lepas entah ke mana, bibirnya juga bengkak merah. Ia terlihat seperti baru dianiaya. Tanpa berpikir, si kakak langsung tahu apa yang adiknya alami di dalam. Taylor Shen si brengsek itu, berani-beraninya dia!

James He sontak membuka pintu mobil. Ketika mau turun, badannya tidak bisa digerakkan karena ternyata Vero He menahan bagian punggung bajunya. Wanita itu memanggil, “Kakak, aku lelah, aku ingin pulang!”

“Biar aku beri pelajaran dia!” Nada bicara si kakak penuh kemarahan dan kedengkian.

Vero He menggeleng. Ia tidak mau semuanya jadi lebih buruk. Ia berujar pelan: “Aku ingin pulang, antar aku pulang. Ayo pulang, kakak.”

Hati James He terasa seperti diremas oleh tangan kecil. Ia merasa serba salah. Ia ingin memberi pelajaran pada pria yang kurang hajar pada adiknya, tetapi pada saat bersamaan ia juga tidak ingin mematuhi larangannya. James He menatap kantor polisi dengan mata penuh kedengkian dan gigi yang menggeretakkan. Pada akhirnya, ia memutuskan mematuhi larangan adiknya. Pria itu menutup mobil, menyalakan mesin, dan melajukan mobil pulang.

Mobil masuk ke rumah kediaman keluarga He dan berhenti perlahan di parkiran. Baik James He maupun Vero He tidak bergerak sama sekali meski mobil sudah dimatikan. Tidak ada yang berani turun duluan. Sang kakak menoleh menatap adiknya dan memegang tangan kecilnya. Ia langsung merasa dingin di tangan Vero He ikut masuk ke tangannya dan menjalar ke semua bagian tubuh. Pria itu menenangkan: “Vero He, jangan pikirkan apa-apa. Nanti sampai rumah tidurlah. Ketika hari baru dimulai besok, semuanya sudah berlalu.”

“Kakak, apa aku ini sangat tidak berguna?” tanya Vero He sambil menatap ke depan dengan pikiran kosong.

James He mengulurkan tangan dan mengelus-elus rambut halus si adik, “Eh, kok berpikir begitu? Kalau tidak berguna, mana bisa kamu membuat pencapaian Parkway Plaza se-luar biasa itu? Vero He, kamu jauh lebih berguna daripada banyak pria.”

“Yang kumaksud bukan ini.” Vero He perlahan keluar dari lamunannya. Kalau yang ia maksud bukan ini, jadi yang ia maksud apa?

Melihat Taylor Shen dikurung di penjara, ia sebenarnya merasa senang. Tetapi, pada momen ketika pria itu menempelkan bibir ke bibirnya, hati Vero He terasa seperti dimasuki serangga dan digigit. Ia tidak tahu ini rasa sakit atau rasa apa.

James He khawatir dengan pertanyaan adiknya yang beranda frustrasi. Ia menawarkan saran: “Vero He, dengar kata-kata kakak. Carilah jodoh, aku akan memilihkannya untukmu.”

Carilah jodoh, carilah tempat yang nyaman untuk hatimu. Dengan begitu, hatimu tidak akan kosong dan mengalami rasa sakit seperti yang kamu rasakan. Vero He sadar maksud kakaknya. Ia mengangguk, “Baik, aku pasti akan dengarkan nasehatmu.”

Keesokan hari, berita Taylor Shen ditangkap polisi menjadi berita utama dalam berbagai media ekonomi. Harga saham Shen’s Corp jelas langsung turun drastis sampai menyentuh batas bawah. Ini sesuatu yang sudah diperkirakan. Vero he sama sekali tidak terkejut melihat kejadian ini.

Si bos mendongak menatap Erin, “Jadi mau sekarang beli saham-saham tambahan yang dilepas Shen’s Corp?”

“Tunggu lagi dulu deh. Kita belum tahu apa lagi yang akan orang-orang lakukan,” analisis Eryn. Di Kota Tong, yang ingin lihat Taylor Shen mati sangat banyak dan bukan hanya mereka saja.

Vero He melihat grafik harga saham yang terus menunjukan penurunan. Beli sekarang memang kelihatannya tidak menjanjikan. Tunggu, ia sudah menunggu enam tahun, jadi ia pasti bisa menunggu satu dua hari untuk saham ini.

Erin teringat sesuatu. Ia melapor: “Nona Vero He, tuan muda barusan menjadwalkan pertemuan dengan pria untukmu. Malam ini jam enam, lokasinya di restoran view 360 derajat lantai atas Tower Howey.”

Tower Howey…… Mendengar dua kata ini, benak Vero He langsung berpikir macam-macam. Ia menghentikan pikiran liarnya dan menjawab sambil menatap berkas, “Baik, aku akan ke sana tepat waktu.”

Erin menatap bosnya dengan ganjil. Ia merasa hari ini Vero He sangat aneh. Taylor Shen ditangkap, ia tidak menunjukkan kesenangan sama sekali. Harga saham Shen’s Corp turun drastis, ia juga tidak bersemangat. Ia sungguh ingin tahu, apa yang terjadi dengannya hari ini?

Sangat mungkin Vero He sendiri juga tidak tahu dirinya kenapa. Kelihatannya perangainya ini jadi tidak beres setelah balik dari kantor polisi. Ia terus berusaha mengabaikan semua yang terjadi di sana, tetapi tidak bisa.

Kapan Erin keluar dari ruangannya pun Vero He tidak tahu. Ia terus larut dalam pemikirannya sendiri. Ketika ia keluar dari lamunan, jam pulang kerja sudah tiba. Ia buru-buru mengurusi semua berkas yang ada di mejanya lalu mengembalikan berkas-berkas itu ke meja asisten. Sudah pukul setengah tujuh.

Ia sudah terlambat datang ke pertemuan.

Vero He buru-buru mengambil tas dan kunci mobil, lalu berlari keluar ruang kerja dan naik lift ke lantai minus satu. Ia masuk mobil dan mengemudi ke Tower Howey.

Setibanya di tempat tujuan, Vero He berpikir bisa jadi si pria sudah pergi karena ia terlambat. Tetapi, ketika ia memasuki restoran, staf restoran langsung mengantarnya ke tempat makan yang sudah dipesan. Baguslah pria itu belum pergi, pikirnya.

Setelah melewati lorong yang panjang, mereka tiba di sebuah ruang makan privat. Staf restoran membuka pintu dan Vero He berjalan masuk. Ia sangat kaget ketika melihat sosok pria yang duduk di sana. Tidak disangka-sangka, pria inilah yang ditawarkan oleh kakak!

……

Taylor Shen tiga hari masuk penjara, suasana perusahaan di luar kacau. Saham Shen’s Corp terus menyentuh batas bawah berhari-hari. Tidak ada yang mau jual dengan harga serendah itu, juga tidak ada yang mau beli karena situasi sedang riskan. Para pemegang saham mulai tidak tenang dan berkomentar-komentar.

Dalam tiga hari, Shen’s Corp kehilangan nilai perusahaan ratusan miliar. Para pemegang saham tidak tahu harus melakukan apa. Meski Wayne Shen mengerahkan segenap tenaga untuk menjaga stabilitas perusahaan, kekuatan berita-berita media massa jauh lebih kuat daripada kekuatan dirinya seorang.

Taylor Shen sendiri tidak panik. Kalau para pemegang saham mau memaki dan menghabisi dia, mereka terlebih dahulu harus mengeluarkannya dari sini

Berbekal tekanan para pemegang saham, Wayne Shen terpaksa berkunjung ke penjara untuk menemui Taylor Shen. Ketika ia melihat sosok sang kakak, ia langsung tidak percaya orang itu benar-benar Kakak Keempat.

Taylor Shen masih mengenakan pakaian yang dikenakannya saat masuk penjara. Di sekitar mulutnya tumbuh kumis dan jenggot tipis-tipis. Maaf, ia mirip gelandangan. Meski begitu, Taylor Shen jauh lebih aman tinggal di sini daripada kena keributan di luar.

Wayne Shen masuk dan menatap kakaknya yang duduk di bawah, “Kakak Keempat, kamu masih mau tinggal berapa lama di sini?”

Tinggal, bukan dikurung. Kalau ia mau keluar, tidak akan ada orang yang berani melarang. Kalau ia tidak mau keluar, tidak akan ada pula orang yang berani mengusir. Tetapi buat apa ia menyiksa dirinya sendiri begini? Hanya untuk Vero He? Tidak, tidak, maksudnya untuk Tiffany Song.

Ranjang yang diduduki Taylor Shen lebih cocok disebut matras tipis. Di matras seperti ini lah Tiffany Song sempat melewatkan malam pernikahannya dengan penuh putus asa. Memikrkan ini membuat Wayne Shen merasa iba.

Tiga hari, selama tiga hari itu Taylor Shen terus berpikir bagaimana Tiffany Song melewati belasan jamnya di sini. Wanita itu pasti luar biasa kecewa, kalau tidak mana mungkin hatinya berubah jadi sedingin dan sekeras sekarang?

“Wayne Shen, panggil pengacara bantu proses pembebasan dengan jaminanku.” Taylor Shen berusaha bangkit berdiri. Tubuhnya agak goyah, jadi Wayne Shen refleks memapah. Wajah Taylor Shen terlihat hitam, begitu pun lingkaran matanya. Si adik mengernyitkan alis, “Kakak, kamu di sini makan gratis tiga kali sehari. Kalau kamu tiba-tiba bisa bebas, aku tidak bisa membayangkan apa gosip-gosip yang akan dibikin media.”

Tanpa perlu berkaca, Taylor Shen juga tahu seberapa kacau penampilannya. Tetapi, ia tidak peduli sama sekali dengan hal ini. Setragis-tragisnya kondisi dia, kondisi Tiffany Song waktu ia telantarkan di sini jauh lebih tragis.

Hati Taylor Shen sakit memikirkan ini. Ia tidak boleh meninggalkan Tiffany Song begini lagi, tidak boleh!

Si kakak menolak uluran tangan adik. Ia belum tua, juga tidak mungkin jatuh. Ia tidak butuh dipapah orang lain.

Wayne Shen berjalan di belakang Taylor Shen dengan mata berkaca-kaca. Nasib anggota-anggota keluarga Shen selalu saja begini. Kakak Keempat terus teringat Kakak Ipar Keempat sampai bertahun-tahun, sementara ia sendiri terus teringat Jennifer Li.

Tetapi mereka memang bisa apa? Di dunia ini memang ada beberapa hal yang sekalinya dilepas tidak akan bisa didapatkan lagi……

Hati Wayne Shen pedih. Selama melewati lorong jalan yang pendek ini, ia terus berpikir soal nasib Kakak Keempat dan nasibnya sendiri.

Setelah prosedur pembebasan dengan jaminan selesai diurus, Wayne Shen menaruh mantel yang dibawakan tim pengacara ke bahu kakaknya. Ia menoleh sekilas menatap wajahnya dan masih merasa iba.

Ketika Taylor Shen melangkah keluar kantor polisi, di depan sana para wartawan sudah berkumpul. Melihat sosok yang dinanti-nanti, kamera-kamera mereka langsung memotret tanpa henti. Mereka juga terus meneriakkan pertanyaan.

Taylor Shen menyipitkan mata menghindari kilauan flash kamera. Di bawah cahaya flash, air mukanya terlihat tidak begitu baik. Hatinya saat ini memang sedang depresi, banyak pikiran, dan putus asa. Meski begitu, ia bisa berjalan tenang menuruni tangga.

Pengawal pribadi Taylor Shen buru-buru bergerak dan menghalau para wartawan. Mereka membukakan jalan untuk bosnya biar tidak terhadang wartawan.

Para wartawan terus menyampaikan pertanyaan-pertanyaan, tetapi tidak dapat satu jawaban pun. Taylor Shen tidak mungkin memberi jawaban, apalagi para pengacaranya. Christian berlari ke Rolls-Royce dan membukakan pintu. Sesudah Taylor Shen masuk, asisten itu ikut masuk dan mobil pun melaju meninggalkan kompleks kantor polisi.

Beberapa warawan saking niatnya mengejar mobil Taylor Shen dari belakang. Tetapi, beberapa detik kemudian, mereka hanya bisa termenung melihat badan mobil yang lenyap di belokan.

Berhubung para wartawan sibuk mengamati dan memotret mobil Taylor Shen, Wayne Shen buru-buru berlari masuk mobilnya sendiri. Baru sebentar ia masuk, ponselnya berdering. Ia mengecek identitas si penelepon, ternyata Denis Lu. Wayne Shen agak ragu mengangkatnya, namun pada akhirnya meladeni: “Denis Lu, ada urusan?”

“Wayne Shen, Jennifer Li cerai, kamu sudah tahu belum?”

Kurang dari sebulan lalu, Jennifer Li baru saja melahirkan bayi hasil pernikahannya dengan Patrick Song. Ketika ia menengoknya, dari luar kamar pasien ia mendengar sepasang suami-istri itu berbincang dengan mesra di dalam. Harapannya untuk merebut Jennifer Li mati. Sekarang, ketika usia si anak belum sampai satu bulan, kok mereka tiba-tiba cerai?

“Kapan itu? Apa alasan bercerainya?”

Denis Lu membuang nafas panjang. Wayne Shen adalah sosok yang pendiam. Tetapi, tidak peduli berapa lama waktu sudah berlalu, setiap kali mendengar sesuatu yang berhubungan dengan Jennifer Li, pria itu pasti akan langsung heboh bak anak muda. Ia menjawab, “Aku juga kurang paham. Aku hanya tahu kabar anak seorang aktris besar yang berusia tiga tahun ternyata anak hasil hubungan gelapnya dengan Patrick Song. Jennifer Li…… Emosi Jennifer Li kamu tahu sendiri kan, ia kalau sudah emosi bisa ambil keputusan nekat. Anaknya belum satu bulan, ia sudah langsung mengajukan cerai.”

Anak belum satu bulan, Jennifer Li sudah mengajukan cerai. Mengapa ia baru dapat kabar ini sekarang?

Seolah merasakan kekagetan Wayne Shen, Denis Lu mengingatkan: “Jules Li berulang kali mengingatkanku untuk tidak mengabari ini padamu. Jennifer Li, Jennifer Li takut kamu melihatnya dalam keadaan hancur dan linglung begini.”

“Aku segera pergi ke Kota Jiangning, jangan kabari dia!” Wayne Shen mematikan telepon dan mengemudikan mobilnya kencang ke Kota Jiangning. Ia tahu ia tidak seharusnya senang dengan kabar ini, tetapi hasratnya untuk merebut Jennifer Li sudah menguasai dirinya. Ia tidak boleh melepaskan kesempatan yang tidak akan dua kali ini.

Patrick Song, kalau kamu tidak menghargai Jennifer Li, biarlah ia dan anaknya aku yang urus mulai hari ini!

Novel Terkait

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu