You Are My Soft Spot - Bab 120 Tiffany Song Adalah Wanitaku (1)

Mobil Karry Lian sudah tiba di depan gerbang keluar kompleks apartemen ketika mobilnya terkena sinar lampu mobil lain yang ada di sebelah. Melihat Bentley Continental yang sangat familiar, Tiffany Song langsung kaget dan menyembunyikan tubuhnya dengan menunduk sambil bersandar ke paha Stella Han.

Stella Han masih dalam kondisi mabuk. Ia terkejut tiba-tiba pahanya disandari seseorang. Melihat orang yang melakukannya adalah Tiffany Song, ia langsung refleks menutupi perut: “Tiffany Song, aku tidak ingin bercinta denganmu!”

Tiffany Song jadi canggung sendiri. Ia menepuk paha sahabatnya itu sambil memperingatkan: “Tutup mulutmu, tidurlah!”

“Kamu kuat sekali. Aku tidak mau jadi yang dimasukkan, aku ingin jadi yang memasukkan,” gumam Stella Han tidak jelas.

Mendengar percakapan mereka, Karry Lian, yang duduk di bangku supir, tidak tahan tertawa. Ia kemudian melihat kaca mobil sebelah perlahan turun dan memperlihatkan wajah Taylor Shen. Ia mengangguk padanya dan menjauhkan kendaraannya pelan-pelan.

Dengan satu tangan ditahan di atas jendela mobil, Taylor Shen menerima kartu parkir yang diberikan satpam sambil menatap Maybach di seberangnya. Wajah pria di kursi supir Maybach itu agaknya familiar. Itu CEO baru Lian’s Corp, ada urusan apa ia datang kemari?

Taylor Shen mengernyitkan alis. Semakin lama melihatnya, ia merasa semakin familiar dengannya. Benar, ia sudah ingat, pria itu pria yang diobati lukanya oleh Tiffany Song di depan pengadilan waktu itu. Ia pengacara perceraian Tiffany Song.

Melalui kaca spion, Taylor Shen mengamati Maybach itu melaju hingga hilang di pinggir jalan. Ia kemudian baru menyalakan lagi mobilnya dan mengemudikannya masuk kompleks apartemen.

Taylor Shen mengeluarkan kunci dan membuka apartemen Tiffany Song lalu masuk. Lampu di lorong masuk apartemen langsung menyala. Tanpa menukar sepatunya dengan sendal dalam, Taylor Shen langsung bergegas ke ruang tidur utama. Cahaya di dalam ruang tidur utama remang-remang berkat cahaya bulan.

Mata Taylor Shen langsung tertuju ke ranjang di tengah kamar. Di sana terdapat sebuah gundukan, entah apa itu orang atau bukan. Taylor Shen menyalakan lampu kamar, lalu berjalan perlahan ke sisi ranjang. Ia membuka selimut dengan kasar. Yang dilihatnya hanya sebuah boneka beruang seukuran orang dewasa. Boneka beruang itu terlihat seperti tengah menertawakannya karena terlambat selangkah.

Taylor Shen menggertakan gigi. Tiffany Song tidak di sini. Taylor Shen kemudian membuka pintu kamar yang di seberang. Ranjangnya berantakan, itu tandanya tidak ada orang di sana. Ia kemudian bergegas ke ruang tamu. Bau bir masih menyeruang dari ruangan itu, di atas meja teh juga ada beberapa botol bir cocktail yang sudah habis. Taylor Shen kesal sekali. Tiffany Song sepertiya buru-buru kabur begitu mengetahui ia akan datang.

Dengan berkacak pinggang, Taylor Shen terus memikirkan ini dalam-dalam. Ia semakin lama semakin marah. Tiffany Song bersikap sekeras ini, mungkinkah wanita itu benar-benar sudah tidak mau memaafkannya lagi?

Taylor Shen berbalik badan dan keluar apartemen. Ia mengeluarkan ponselnya dan menelepon sebuah nomor. Tidak ada yang mengangkatnya. Ia tersenyum dingin dan menelepon satu nomor lain. Orang di seberang baru mengangkat, ia langsung berkata: “Bro, istrimu bawa pergi istriku, mesti bagaimana nih aku itung hutangmu?”

Jordan Bo hari ini belum tidur, sebab Stella Han tidak di rumah. Ketika wanita itu di rumah, ia biasa bercinta dengannya selama dua jam, mandi, lalu langsung tidur pulas. Ia sedang berbaring sambil bolak-balik ke kanan dan ke kiri di ranjang. Ia seperti pria yang ditelantarkan istrinya, mau berusaha bagaimana juga tetap tidak bisa tidur.

Ketika ia akhirnya merasa sedikit mengantuk, ponselnya malah berbunyi. Mendengar protes Taylor Shen, Jordan Bo tersenyum dingin, “Taylor Shen, tadi pagi siapa yang meminta Stella Han ke sana? Sebentar lagi kalau aku mau mencari istriku, aku harus tanya siapa? Kamu kan?”

Taylor Shen menyadari ketergesa-gesaannya. Ia garuk-garuk hidung sambil menjawab: “Sekarang mereka berdua tidak ada. Tiffany Song ingin bersembunyi dariku. Ia tidak mungkin ke rumah kediaman keluarga Song, juga tidak mungkin mencari Callista Dong. Yang paling mungkin adalah ia disembunyikan istrimu. Kamu dan Stella Han sudah menikah selama ini harusnya bisa menebak ia membawa istriku pergi ke mana bukan?”

“Mana aku tahu?” ujar Jordan Bo mengernyitkan alis. Ia tidak tahu apa-apa soal Stella Han. Waktu mereka berduaan tidak banyak, hanya saat bercinta dan tidur.

“Jangan bercanda, Bro. Kalian kan suami istri?” ujar Taylor Shen sambil memijat-mijat kepala untuk menahan emosi.

Jordan Bo kehabisan kata-kata menanggapi ini. Stella Han memang istrinya, tetapi wanita itu lebih cocok disebut sebagai partner ranjangnya yang sah di mata hukum. Ia sangat jarang menceritakan urusan-urusannya pada wanita itu, dan wanita itu pun tidak pernah bercerita soal teman-temannya, kecuali soal Karry Lian.

Jordan Bo pun belum tahu bagaimana keadaan keluarga Stella Han setelah mereka menikah selama ini. Wanita itu tidak pernah membicarakan mereka padanya, dan ia sendiri juga tidak pernah bertanya. Ia menikahi wanita itu hanya karena nafsu, tidak lebih.

“Taylor Shen, kamu jangan terlalu panik, siapa tahu mereka hanya keluar untuk santai-santai sejenak. Kalau kamu terus mengejar-ngejarnya begini, ia bisa-bisa malah kabur semakin jauh.” Jordan Bo duduk sambil menatap seluruh sisi kamarnya yang super besar. Ia merasa suaranya bergema. Dulu-dulu, saat Stella Han ada di kamar, ia tidak pernah menyadari ini. Sekarang, ketika Stella Han sedang tidak ada, ia baru merasakan kehampaan di kamarnya.

Taylor Shen masuk lift. Ia mengernyitkan alis, “Aku juga ingin memberinya ruang, tetapi masalahnya adalah dia barusan meneleponku meminta putus.”

“Semua wanita normal yang menghadapi ini pasti akan meminta putus dengan pacarnya. Taylor Shen, kamu seharusnya dari awal bisa memperkirakan kejadian ini. Aku awal-awal pernah memperingatkanmu, kalau kamu tidak bisa jamin akan berada di sampingnya seumur hidup, ya kamu mengaku baik-baik lah dengannya,” ujar Jordan Bo datar.

“Ini semua sudah terlanjur terjadi, tidak penting untuk memperdebatkannya. Kamu benar-benar tidak tahu kira-kira mereka ke mana?” desak Taylor Shen. Ia tidak ingin Tiffany Song menghilang dari hidupnya, barang untuk satu detik.

Jordan Bo mengernyitkan dahi, “Di Kota Tong, selain Tiffany Song, Stella Han masih punya seorang teman lagi. Teman itu merupakan kakak kelas Stella Han ketika belajar hukum dulu, namanya Karry Lian. Kamu mungkin masih sedikit-sedikit ingat, Karry Lian ini lah pengacara Tiffany ketika bercerai.”

“Karry Lian?” Taylor Shen menyipitkan mata, “Baiklah, cukup. Tidurlah kamu.”

Taylor Shen langsung mematikan telepon mereka. Ia memegang ponselnya erat-erat dengan gemas. Barusan ia berhadap-hadapan dengan Karry Lian dan terus memerhatikan pria itu tanpa putus. Kalau saja ia bertindak sedikit lebih cerdas, ia mungkin bisa menangkap basah Tiffany Song di mobil itu.

Taylor Shen turun di lantai satu dan menelepon asistennya, “Christian, kirim nomor Karry Lian ke ponselku secepatnya.”

……

Mobil perlahan meninggalkan kompleks apartemen. Tiffany Song pun bangkit dari posisi menunduknya. Ia menatap Bentley Continental yang perlahan-lahan semakin kecil dalam pandangannya. Baru melihat sebentar, ia langsung mengalihkan pandangannya. Ia tidak berani melihat mobil itu lagi.

Karry Lian mengamati tingkahnya dari kaca spion belakang. Pria itu lalu bertanya, “Tiffany Song, setelah ini kamu mau ke mana?”

Tiffany Song menoleh ke Stella Han yang tengah tertidur pulas. Ia menjawab pelan: “Antarkan kami ke hotel saja.”

“Tiffany Song, tinggal di hotel harus menunjukkan KTP, nanti Taylor Shen akan bisa menemukanmu dengan mudah. Di pusat kota aku ada sebuah apartemen, mau tidak kita menetap dulu di apartemenku?” Karry Lian sebenarnya ingin mengatakan, dengan adanya kejadian foto skandal ranjang yang tersebar ini, sekalinya Tiffany Song muncul di hadapan khalayak umum, media dan orang-orang yang tahu foto-foto itu pasti akan langsung mengerumuninya. Kalau itu terjadi, Tiffany Song tidak mungkin bisa menghindari dari kejaran Taylor Shen lagi.

Tiffany Song ragu-ragu sejenak. Ia tahu betul, berdasarkan pengaruh Taylor Shen di Kota Tong, ke mana pun ia bersembunyi, pria itu pasti akan bisa menemukannya dengan segera. Ia tidak ingin merepotkan Karry Lian sekali lagi, toh ini urusannya sendiri jadi ia harus menyelesaikannya sendiri.

“Karry Lian, antar kami ke hotel saja,” ujar Tiffany Song lagi. Suasana hatinya kini sangat kacau, ia tidak bisa berpikir dan mengambil keputusan dengan rasional.

Karry Lian mengamati Tiffany Song. Wanita ini sangat keras dan tidak mudah bergantung dengan orang lain. Jalan untuk masuk ke hatinya sangat tidak mudah. Ia jadi iri dan marah dengan pria yang berhasil masuk tapi malah menyakitinya.

“Baik.”

Setengah jam kemudian, mobil terparkir di lobi hotel bintang tujuh. Ini hotel milik Lian’s Corp. Karry Lian punya kamar VIP yang rutin ditempatinya di sini, jadi ia bisa langsung masuk kamar tanpa harus mengurus administrasi apa pun.

Ketika turun mobil, Karry Lian memberi sebuah kacamata hitam pada Tiffany Song, “Pakailah, Tiffany Song, agar tidak dikenali orang lain.”

Tiffany Song menerima kacamata hitam itu. Untung ini malam hari, tidak ada begitu banyak orang di hotel. Mereka langsung masuk lift tanpa diketahui siapa pun.

Karry Lian mengantar mereka ke kamarnya. Ia mengistirahatkan Stella Han, yang masih terlelap, di ranjang. Ketika keluar dari kamar, ia melihat Tiffany Song yang tengah berdiri menatap jendela. Ia berseru: Mandi dan tidurlah, Tiffany Song. Besok pagi aku datang lagi tengok kalian.”

Tiffany Song menoleh. Dengan tidak enak hati, wanita itu berkata: “Karry Lian, maaf ya sudah membuatmu bolak-balik tengah malam begini. Kamu cepatlah pulang, hati-hati sepanjang perjalanan.”

Karry Lian berjalan ke sisi Tiffany Song. Ia tidak tahan melihat raut kesedihan dan kesendirian dalam tatapan wanita itu. Ia mengulurkan tangannya dan memeluk wanita itu dengan lembut, “Tiffany Song, kita itu teman, jangan sungkan-sungkan denganku. Tidurlah yang nyenyak, urusan-urusan yang memberatkanmu akan segera menjadi masa lalu. Hadapilah dengan gagah berani.”’

Tiffany Song tidak menolak pelukan Karry Lian. Ia mengangguk mengiyakan, “Kamu tenang saja, aku tidak apa-apa. Pulanglah.”

Meski tidak begitu rela melepas pelukan, Karry Lian tetap memerintahkan dirinya sendiri untuk melepas Tiffany Song. Pria itu memasukkan kedua tangannya ke saku, lalu menatap Tiffany Song lekat-lekat: “Baik, cepat-cepatlah istirahat.”

Tiffany Song menatap mengantar Karry Lian sampai ke depan pintu kamar. Begitu pintu ia tutup, semua emosinya hari ini langsung keluar semua. Ia tidak bisa menahan semuanya lagi. Ia duduk bersandar di pintu, bersandar hingga pagi datang.

……

Begitu keluar dari hotel, ponsel Karry Lian tiba-tiba berdering. Ia mengangkatnya dengan dingin, “Siapa?”

“Aku Taylor Shen.” Dari seberang terdengar suara yang angkuh. Karry Lian tersenyum dingin, “Siapa aku ini? CEO Shen yang terhormat ada urusan apa sampai meneleponku malam-malam begini?”

“Kamu bawa ke mana Tiffany Song?” tanya Taylor Shen tanpa basa-basi. Orang ini sudah berani-beraninya membawa pergi wanitanya, dasar brengsek!

“Ia tidak ingin bertemu denganmu!” jawab Karry Lian ketus.

“Urusanku dengan dia tidak perlu diintervensi orang lain. Karry Lian, beritahu aku dia di mana dan aku tidak akan melakukan apa-apa padamu. Kalau kamu tidak mau memberitahu, jangan salahkan aku kalau aku tidak sungkan-sungkan lagi padamu,” ancam Taylor Shen.

“CEO Shen sekarang kerjanya hanya bisa mengancam ya? Aku sudah bilang, ia tidak ingin bertemu denganmu. CEO Shen introspeksi diri dulu lah baik-baik soal perilaku CEO Shen padanya, setelah itu kejarlah wanita lain.” Karry Lian langsung menutup telepon.

Taylor Shen sangat murka. Ia melempar ponselnya kencang-kencang ke kaca. Ponselnya langsung pecah jadi dua bagian, begitu pun hatinya. Ia menggertakan gigi kencang-kencang. Tiffany Song tidak mau bertemu dengannya, demi apa ia harus menerima jawaban ini?

Beberapa saat kemudian, Taylor Shen mengambil ponselnya yang satu lagi dan meneleponsebuah nomor, “Suruh beberapa orang berkeliling, aku ingin mendapat kabar keberadaan Tiffany Song secepat-cepatnya.”

Terus ditelepon Taylor Shen berulang-ulang membuat Christian tidak berani tidur. Sejak foto sakndal ranjang Nona Song tersebar, suasana ruang kerja CEO Shen sangat tegang dan dingin. Dalam jarak sepuluh meter, ia selalu saja bisa merasakan betapa intimidatifnya bosnya itu.

Ia orang yang paling berharap hubungan CEO Shen dan Nona Song bisa berjalan baik. Sayang, melihat kondisi malam ini, pertengkaran mereka sepertinya jauh lebih parah dari yang sebelum-sebelumnya.

Taylor Shen berkata lagi: “Selain itu, suruh orang membuntuti Karry Lian. Ke mana pun ia pergi, laporkan secara detil padaku.”

“Baik, CEO Shen.” Karry Lian buru-buru bangkit dari kasurnya. Ia menelepon orang-orang CEO Shen satu per satu.

Pukul setengah sebelas pagi, Christian masuk ke ruang kerja CEO Shen. Bosnya itu, yang mengenakan kemeja putih polos dan celana kain hitam, tengah berdiri menatap jendela dengan dingin. Mendengar langkah kaki seseorang, Taylor Shen menoleh dan bertanya datar, “Sudah ketemu?”

Christian langsung berkeringat dingin. Ia tidak berani membalas tatapan CEO Shen. Sambil menunduk, ia menjawab, “Belum. Karry Lian sangat licin, kami kehilangan jejak.”

Pukul tujuh pagi tadi, Karry Lian pergi ke pinggiran barat kota untuk bermain golf dengan rekan-rekan bisnisnya. Pukul delapan pagi, ia kembali ke kota, sarapan, lalu pergi ke kantor Lian’s Corp. Pukul sembilan pagi, ia mengadakan rapat pimpinan di ruang rapat yang dijaga ketat pengawal-pengawalnya. Begitu rapat berakhir pukul sepuluh, Karry Lian mengemudikan sendiri kendaraannya berputar-putar di ruas-ruas jalan kota lalu masuk pom bensin. Begitu mobil keluar dari pom bensin, orang di balik kemudi mobilnya sudah berubah. Jejak Karry Lian lenyap ditelan bumi.

Novel Terkait

After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu