You Are My Soft Spot - Bab 255 Urusan Sex Biar Kamu Saja Yang Memutuskan (2)

Mata wanita itu perlahan-lahan memerah, Taylor Shen sama sekali tidak pernah menggunakan nada ini berbicara dengannya, mengapa sebenarnya, dia bisa jatuh hati pada pria kejam ini?

Sampai mereka berada cukup jauh, Cristian Yan kemudian berjalan mendekati lift, menekan tombol menuju ke lantai departemen keuangan, pintu lift menutup perlahan, di saat bersamaan membuat tatapan wanita itu tidak terlihat lagi.

Cristian Yan bersandar pada dinding lift, berapa lama dia berada di dekat Taylor Shen, maka selama itu pulalah dia mengenal Angelina Lian, pria itu tahu jelas jika Angelina Lian bukanlah wanita yang mudah dibereskan, "Nona Lian, sekarang nyonya Shen memiliki posisi yang sangat penting di hati CEO Shen, kamu boleh memukulnya, kamu tidak boleh memukul wanitanya, untuk apa dirimu tidak senang pada nyonya Shen?"

"Cristian Yan, kalian semua sudah dibohongi oleh wajah polosnya, suatu hari, Taylor Shen akan menyesalinya, dia akan menyesal telah menyimpan bom waktu di sisi-nya." Angelina Lian lantas menggertakkan bibirnya.

Cristian Yan mengangguk, "Mungkin saja, tapi siapa yang tahu, bukankah CEO Shen juga sukarela?"

"……"

Taylor Shen memapah Vero He masuk ke dalam ruangan kantornya, gorden ruangan kantor diturunkan, menghalangi orang-orang melihat ke dalam ruangan. Vero He mengangkat wajahnya melihat pria itu, jelas sekali dia sangat puas dengan apa yang tadi dikatakan dan dilakukan oleh pria itu, tapi dia malah masih berpura-pura, "CEO Shen, hal ini tidak separah itu, untuk apa kamu memecatnya, dia jadi sangat sedih.”

“Apa kamu tidak sedih?” Taylor Shen duduk di samping wanita itu, melihat wanita itu seperti sambil memikirkan sesuatu.

Vero He menopang dagunya, “Untuk apa aku bersedih, kamu sudah membantuku membalaskannya.”

Taylor Shen mengeluarkan tangannya memegang tangan wanita itu, mengambil jemari putih wanita itu dan menciumnya, membuka mulutnya dan menggigitnya, pria itu dapat merasakan kalau wanita itu gemetar, pria itu bertanya: “Apa kamu tidak ingin memberitahuku mengapa dia ingin memukulmu?”

“Sepertinya itu karena aku tidak tahu malu kembali tidur di ranjang yang sama denganmu, dia cemburu iri dan Benci.” Wanita itu tertawa dengan begitu puas, senyumannya benar-benar sangat memikat, darahnya berdesir ketika wanita itu melihatnya, Taylor Shen segera mendekati wanita itu, bibirnya mendarat pada bibir wanita itu, dia menindihnya disofa, dan mengulum bibirnya.

Setelah ciuman itu berakhir, pria itu perlahan-lahan mengangkat kepalanya, melihat mata sembab wanita itu, hatinya merasa sedikit puas, “Masih sakit?”

Vero He berusaha keras untuk berpura-pura tenang, dia tetap tidak bisa menutupi telinganya yang berubah merah, dia mengangkat kakinya, kemudian menendang betis pria itu, seperti sedang membantunya menggaruk posisi yang gatal, tidak membuat pria itu merasa kesakitan, wanita itu mengernyitkan dahinya, berkata: “Jika kamu benar-benar sayang padaku, semalam kamu pasti sudah melepaskanku, sekarang kamu baru tanya, benar-benar munafik!"

Taylor Shen melihat wanita itu memanyunkan bibirnya memarahinya munafik, dia sama sekali tidak marah, dia kemudian menunduk, menjilat bibir merah wanita itu, dengan suara serak mengatakan: "Terkadang aku merasa kamu adalah buah candu, jelas-jelas aku tahu aku bisa kecanduan, aku masih saja menyentuhmu, jika aku tidak menyentuhmu aku akan sangat kesulitan."

"Mengapa kamu tidak mengatakan hal itu bisa membuatmu kecanduan?" Vero He melirik pria itu.

Taylor Shen lantas duduk berdekatan dengannya di sofa itu, satu tangannya berada di belakang kepalanya, seperti sedang curhat dengan wanita itu, mengatakan: "Kamu tidak bisa menyalahkanku bersikap terlalu berlebihan denganmu, seberapa lama kamu meninggalkanku, maka selama itu pulalah aku tidak menyentuh wanita, ketika aku menyentuhmu kembali, aku mana mungkin memikirkan hal-hal kecil seperti itu."

Wajah Vero He panas setelah mendengarkan hal ini, tangannya lantas memainkan kancing jas pria itu, "Benar-benar tidak ada wanita yang lain?"

"Tidak ada."

"Kamu jangan membohongiku, wanita di luar negeri tumbuh dengan mengkonsumsi daging sapi yang tidak dimasak, dada mereka sangat besar, apa hatimu tidak tergoda setelah melihatnya?" Vero He tertawa genit melihat pria itu, kebutuhan birahi pria itu sangat besar, sulit baginya untuk percaya kalau selama 2 tahun ini pria ini tidak memiliki wanita di sisinya.

Taylor Shen memainkan tangan wanita itu, "Aku tidak suka dada besar, aku suka dada kecilmu, satu genggaman sudah cukup.”

Vero He kembali diusili pria itu, wajahnya merah sampai ke telinganya, dia bangkit dari sofa, melihat pria itu, berkata: “Cepat kerja sana, sebagai Bos kerjaannya hanya bermain wanita, hati-hati sampai bawahanmu ikut menirukannya."

Taylor Shen juga bangkit, melihat wajahnya yang memerah, pria itu lantas mendekatinya, mendaratkan ciuman dipipi wanita itu, terdengar suara air "Pop" di dalam ruangan, wajah Vero He semakin merah, aih, pria ini semakin tua semakin tidak-tidak.

Taylor Shen mencium wanita itu sambil tertawa, melihat wanita itu tidak berani menatapnya, dia merasa sangat geli, "Kamu tunggulah aku di sini, setelah aku membereskan semuanya, kita pulang sama-sama."

"Malam ini aku ingin kembali pulang ke kediaman keluarga He." Vero He datang jam segini, karena dia ingin mengambil surat kuasa, kembali ke Parkway Plaza, bekerja lembur menyelesaikan masalah administrasi, kemudian pulang ke kediaman He.

Senyuman di wajah tampan Tailor perlahan-lahan menghilang, dia melihat wanita itu dari posisi yang lebih tinggi, "Mengapa kamu ingin kembali ke kediaman He?"

"Itu...... secepat ini, kamu tidak mungkin berpikir untuk...... oleh karena itu aku ingin kembali kediaman keluarga He." Vero He menjawabnya dengan tidak enak.

Taylor Shen menyadarinya, pria itu kemudian mengangkat dagu wanita itu, membuat wanita itu menatap ke dalam matanya,"Tiffany Song, apa kamu pikir aku membawamu kembali ke Sunshine City, hanya karena aku ingin tidur denganmu? Setelah aku tidak membutuhkannya, aku akan memulangkan mu, kamu anggap apa hubungan kita?"

"Aku punya kebiasaan susah tidur ditempat yang baru, setelah berganti ranjang aku tidak bisa tidur dengan tenang." Vero He mencari-cari alasan.

Taylor Shen mengernyitkan dahinya, “Jika kamu benar-benar tidak bisa tidur, aku berjanji aku akan melakukannya sampai begitu kepalamu menyentuh bantal, kamu langsung tertidur, ini bukan alasan.”

“......” Vero He tidak ingin tidur seranjang denagan pria ini, dia tidak ingin merindukan saat-saat bersama pria ini, sebab jika dia demikian dia bisa melupakan saat-saat dimana dia sangat menderita, dan kembali tidak bisa melepaskan diri.

Terkadang harus menjaga diri dalam keadaan tetap sadar.

Taylor Shen duduk di samping wanita itu, setelah kemarahannya mereda, pria itu kemudian bangkit dan pergi bekerja. Vero He melihat punggung dingin pria itu, dia kembali menghela nafas panjang, dia tidak lagi bersikeras untuk kembali ke kediaman keluarga He.

Beberapa saat berlalu, dia mendengar suara pria itu telah kembali normal saat mengangkat telepon, wanita itu kemudian bangkit berjalan ke arahnya, "Taylor Shen Surat Perjanjian yang kemarin tertinggal disini, dimana kamu meletakkannya?"

Taylor Shen kemudian melihat wanita itu, dia menarik laci, mengeluarkan sebuah dokumen dan melemparkannya ke arahnya, ini memang dokumen yang waktu itu tertinggal, dia membukanya, pada bagian akhir surat perjanjian sudah dibubuhi tanda tangan, wanita itu menutup dokumennya, tersenyum bertanya: "Kapan kamu menandatanganinya?"

Taylor Shen mematikan teleponnya, suaranya terdengar sangat tenang, "Sudah lama selesai aku tandatangani, ide yang semalam kuberitahukan padamu, kamu pikirkanlah baik-baik."

"Siap, bos.” Vero He memberi hormat pada pria itu, dia memeluk dokumen itu, mengatakan: “Kalau begitu apakah sekarang aku sudah boleh kembali ke Parkway Plaza? Aku sudah 1 hari tidak pergi ke kantor, pasti ada banyak sekali hal yang menunggu untuk aku selesaikan. Setelah pulang kerja, kamu datanglah jemput aku, bagaimana?"

"Baiklah." Taylor Shen mengangguk, melihat wanita itu berbalik meninggalkannya, pria itu tiba-tiba memanggilnya, “Tiffany Song.”

“Ya?” langkah kaki wanita itu terhenti, Vero He berbalik melihat pria itu, Taylor Shen menatapnya dengan tatapan sangat dalam, sepertinya dia telah memikirkan sesuatu, kemudian mengatakan: “Kamu jangan lupa, aku adalah suamimu, jika kamu tidak memperhatikanku bisa saja aku menjadi suami orang lain.”

Hati Vero He tersentak, ketika dia melihatnya kembali, pria itu sudah menundukkan wajahnya, melanjutkan memeriksa dokumen, “Pergilah, aku akan menjemputmu setelah pulang kerja.”

Vero He berdiri di samping pintu untuk waktu yang cukup lama, tiba-tiba dia berjalan ke arah pria itu. Mendengar langkah suara kaki, Taylor Shen mengangkat wajahnya merasakan adanya kejanggalan, wanita itu sudah berada di dekatnya, tangannya menyentuh wajahnya bibirnya mengecupnya, ceperti kilatan ciuman capung diatas air, begitu terkena langsung pergi, “Taylor Shen, jika suatu hari aku tidak bisa mengendalikan diriku dan melukaimu, ketahuilah itu bukan maksud dan tujuanku.”

Menyelesaikan perkataannya, wanita itu berbalik dan segera meninggalkan tempat itu.

Taylor Shen mengangkat tangannya meraba bibirnya, bibirnya terasa gatal, membuat hatinya melayang-layang, tapi perkataan Vero He barusan, dia mengatakan, dia tidak bisa mengendalikan diri dan melukainya, apa maksudnya?

Seperti menyadari sesuatu, dia segera bangkit, secepatnya mengejar wanita itu, ketika dia sampai ke lift, sudah terlambat. Pria itu lantas berdiri di depan pintu lift, dia tidak lagi mengejar wanita itu.

......

Vero He kembali ke Parkway Plaza, Erin tidak ada di sana, dia langsung kembali ke kantornya. Di meja kerjanya sudah ada begitu banyak dokumen, setelah membereskan dokumen itu, dia menghubungi intercom, memanggil sekretaris untuk masuk ke dalam.

Yang masuk ke dalam adalah Erin, melihat wanita itu berada di kantor, dia merasa sedikit heran, “Kapan kamu datang ke kantor?"

"Sudah lumayan lama, Surat Perjanjian Distribusi barang bermerek sudah ditanda tangani, perintahkan orang di bawah menyiapkan tempat khusus, tempat itu akan diisi produk baru barang-barang bermerek ini.” Vero He menyerahkan dokumen itu kepadanya, melihat wanita itu sepertinya tidak fokus, Vero He lantas berdiri, mengulurkan tangannya dan menggerakkannya dihadapan wanita itu, “Apa yang sedang kamu pikirkan?”

“Tidak ada.” Erin kembali sadar, wanita itu kemudian membawa dokumen itu keluar bersamanya.

Vero He melihat punggungnya, diam-diam berpikir: Apa dia berpisah dengan pacarnya, sampai-sampai perasaan hatinya tidak enak. Sebenarnya dia selalu menganggap wanita itu sebagai sahabat terdekatnya, meskipun Erin tidak pernah mendengar hal ini darinya, dia selalu bisa mengkhawatirkannya.

Tidak lama kemudian, Erin mendorong pintu dan masuk, Vero He mengangkat kepalanya melihatnya, "Ada apa?"

"Nona Vero He, ada satu hal yang kurasa harus kuberitahukan padamu, orang yang membunuh dokter He sudah dibungkam, berdasarkan hasil pemeriksaan, peluru yang digunakan untuk membunuh pria itu, sama dengan peluru yang digunakan membunuh anak buah Arthur." Mata Erin terlihat serius.

Vero He mengernyitkan dahinya, "Kamu berpikir mereka datang karena aku?"

"Benar, dokter He tidak mungkin dibunuh tanpa alasan, dan satu-satunya yang menghubungkan kedua kasus ini adalah dirimu, nona Vero He, ada dua alasan mereka membunuh seseorang, satu untuk melindungi orang yang ingin mereka lindungi, yang kedua adalah untuk menutupi apa yang mereka sembunyikan. Dan tidak peduli apapun alasan mereka, yang menghubungkan kedua hal ini, hanya ada satu alasan, kamu." Kata-kata ini James He tentu akan melarangnya mengatakannya pada Vero He, tapi dia adalah pengawal pribadi wanita tersebut, dia tidak bisa berpura-pura tidak tahu dari mana datangnya semua masalah padahal dia tahu jelas dari mana asalnya, dan membiarkan keadaan semakin tidak bisa terkendali.

Tangan wanita yang menggenggam pulpen perlahan-lahan berhenti, mengangkat wajahnya melihat Erin, "Erin, jika aku mengatakan kalau aku tidak tahu, apa kamu tidak akan percaya?"

"Benar." Erin berterus-terang, yang mereka lakukan, adalah melindunginya agar tidak terluka, jika mereka memahami keadaan diri sendiri dan keadaan lawan, maka mereka tidak akan terkalahkan. Oleh karena itu dia tidak bisa mengijinkan, hal-hal yang tidak ketahuinya sampai terjadi.

“Aku paham.” Vero He mengangguk, " Nick He adalah psikolog, sebelum terjadi sesuatu padanya, aku pernah mengunjungi tempat prakteknya, hari itu kakak yang menemaniku ke tempat itu, dia menggunakan cara yang kuno untuk membuat aku tenang, tetapi pada akhirnya, dia tidak berhasil membuat aku terhipnotis, waktu itu ekspresinya sangat kaget, sepertinya dia menemukan sesuatu yang sangat mengagetkannya. Aku tidak tahu apakah kamu paham dengan teknik hipnotis psikolog, biasanya orang yang bersikap terlalu waspada, baru bisa menolak pengobatan yang diberikan oleh psikolog, dan hari itu keadaanku seperti itu. Mengenai apa yang ditemukan Nick He tentang diriku, apa yang membuatnya terbunuh, aku sama sekali tidak tahu."

Memperhatikan mata wanita itu, menurut penglihatannya, dia tidak bisa menemukan tanda-tanda kalau wanita itu sedang membohonginya, "Nona Vero He, semua orang sangat mengkhawatirkanmu, jika ada sesuatu, aku harap anda tidak menyembunyikan sendiri di dalam hati, carilah seseorang untuk membahasnya bersama, itu jauh lebih baik untukmu."

"Terima kasih, Erin, aku tahu kalian semua berusaha melindungiku, kamu tenang saja, tidak akan terjadi apapun padaku."

Erin mengangguk, dia kemudian berbalik dan pergi. Vero He melihat wanita itu, dia meletakkan penanya, kemudian bersandar pada sandaran kursi, dia mengangkat tangannya dan memijit dahinya, sebenarnya, dia sudah berbohong.

Di gudang bekas itu, saat para bawahan Arthur pergi dan tidak kembali, pria itu lantas sangat terburu-buru, dia segera melepaskan celananya mencoba memperkosanya, baru saja pria itu menindihnya, pria itu kemudian menjerit, terjatuh di atas lantai.

Sekelilingnya sangat gelap, suara tadi terdengar sangat mengerikan, dia juga sangat kaget, tubuh Arthur ditarik keluar dari kantor, dia merasakan seseorang mendekatinya. Anehnya, dia merasakan orang ini tidak akan melukainya.

Tetapi dalam kegelapan, dia tidak bisa melihat paras orang itu, dalam ketakutan dia bertanya: “Taylor Shen, dirimukah? Apakah dirimu yang datang menyelamatkanku?”

Novel Terkait

Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu