You Are My Soft Spot - Bab 404 Kamu Berani Bersikap Kasar Kepadanya (1)

Fabio Jin duduk berhadapan dengan James He, tempat yang sempit ini membuat Dia ingin melentangkan tangan kaki pun tidak bisa, lalu Ia melihat pria dengan wajah dingin itu, pria tersebut terus melihat ke tangga ke tangga 2, tidak mengedip sama sekali, lalu Ia pun melihat ke arah tatapan pria tersebut, dengan Dia bertanya-tanya: "Apa yang kamu lihat?"

James He melihat Dia dengan sekilas, lalu melemparkan menu kepadanya, berkata: “Kamu suka makan apa pesan saja, aku traktir hari ini.”

“…..” Fabio Jin mengambil menu tersebut dan melihat, lalu terkadang-kadang Ia sambil melihat ke James He, Ia sedikit tidak paham dengan apa yang sedang di lihat oleh James He, lalu Ia memesan beberapa lauk, pelayan pun mengantarkan makanan ke meja mereka dengan cepat, tidak lama meja kecil pun sudah penuh, Fabio Jin mengambil sumpit, melihat pria di depannya terlihat linglung, Dia pun tertekan, “Boleh tahu kamu memanggil aku kemari hari ini, apakah hanya berfungsi sebagai hiasan saja?”

“Makan saja, jangan banyak ngomong!” James He melototinya, lalu terus melihat ke lantai atas, dari Ia masuk ke restoran sampai sekarang, sudah 1 jam lebih, mereka berdua sedang menyulam di atas kah, makan saja harus begitu lama tidak turun juga?

“…..” Fabio Jin memakan dengan diam, Ia sudah memastikan kalau dirinya hari ini hanya sebagai hiasan saja.

Setelah 20 menit, baru ada orang satu demi satu turun ke bawah, James He buru-buru mengambil sumpit, berpura-pura sedang makan, tapi matanya terus menatap ke lantai atas, sampai sosok kedua orang itu masuk ke dalam tatapannya, Dia langsung duduk dengan benar, dan tatapan matanya pun dengan lurus sambil memakan.

Fabio Jin melihat semua gerakan-gerakannya, sedikit tercengang. Baru saja hendak berbalik untuk melihat ke belakang, kakinya langsung di tendang oleh James He, hanya melihat pria berkata dengan wajah yang tegas: “Makan saja makanan kamu, jangan melihat sana sini.”

Wajah Fabio Jin langsung penuh dengan air mata.

Erin dan Marco Xu sambil turun ke bawah sambil tawa canda, yang mereka ceritakan adalah kejadian-kejadian lucu saat di sekolah militer, mereka pun tidak memperhatian James He yang ada di lorong, turun ke bawah pun hendak berjalan keluar.

Api amarah di dalam hati James He langsung terbakar, Ia sambil melihat kedua sosok yang hampir sudah mau berdekatan itu, hendak ingin mengulurkan tangan dan memisahkan mereka berdua, lalu James He dengan diam-diam menendang kaki Fabio Jin di bawah meja.

Fabio Jin berteriak kesakitan, daging yang Ia jepit dengan sumpit pun terbang ke arah Erin, Marco Xu melihat “senjata gelap” dengan ujung matanya, dengan cepat Ia menarik Erin, dan daging tersebut pun terjatuh di lorong, dan gaya mereka berdua pun terlihat semakin mesra.

Marco Xu menunduk melihat ke Erin, bertanya: “Kamu terkena daging itu tidak? Hari ini sudah berdandan dengan begitu cantik, sayang sekali kalau terkena daging tersebut.”

Erin dengan tertegun sambil melihat ke depan, mendengar candaan Marco Xu, Ia baru menyadarkan diri, buru-buru berkata: “Tidak.” Habis ngomong, Dia sambil melihat James He yang terduduk di kursi, wajah tampan tersebut tidak berekpresi, tapi tatapan Ia melihat ke Erin terlihat sangat kejam.

Apalagi tatapan matanya yang melihat ke tangan Marco Xu yang merangkul pinggang Erin, dan Erin pun baru menyadarkan diri betapa mesranya gaya Dia dan Marco Xu sekarang, Dia buru-buru berdiri tegak, keluar dari pelukan Marco Xu.

Marco Xu menyadari keanehan ini, lalu Ia pun melihat ke arah tatapan Erin, dan melihat James He yang terduduk dengan diam. Bahkan Dia sangat lamban pun, Ia pasti bisa merasakan amarah yang terpancar dari James He, lalu Ia menyipitkan matanya, maju selangkah dan berkataa : “Ketua Tim He, kita bertemu lagi.”

James He terus melototi Erin, wanita genit ini, sia-sia dirinya sudah begitu percaya dengannya, Dia malah berani memeluk Marco Xu di depannya, anggap dirinya sudah mati apa ya?

Lalu James He ‘Pah’ menaruh sumpit, dan berdiri, sambil melihat Marco Xu, berkata: “Sayang sekali, dengar-dengar kamu sudah ke Kota Tong ya? Kota Jing begitu bagus, kota yang begitu indah, mengapa malah berpindah ke tempat kami yang terpencil ini?”

Marco Xu tertawa dengan ringan, dengan bermaksud, berkata : “Betapa bagusnya Kota Tong, juga tidak sebagus orang yang di sini.”

Wajah tampan James He langsung menjadi kesal, kepalanya pun berdenyut, Dia terus menatap Erin, jantung Erin pun berdetak dengan kacau oleh tatapannya, takut James He seperti kemarin Ia pergi dalam perjodohan, mengatakan kata-kata yang tidak pantas, Ia buru-buru berkata : “Tuan muda besar, kami tidak menganggu kalian makan malam lagi, Kakak kelas Xu, aku antar kamu kembali ke area militer.”

Kedua tangan James He yang disamping sudah tergumpal, hatinya merasa sangat kesal, Kita? Menyebutkan Dia dengan siapa menjadi Kita? Dan juga, di depan Marco Xu memangil Dia Tuan muda besar maksudnya apa, ingin memutuskan hubungan dari Dia?

“Tuan muda besar? Aku kenapa masih ingat semalam…..” ucapan James He belum selesai, langsung dipotong oleh Erin, Dia berpikir dengan ujung jari kakinya pun tahu, mulut James He ini tidak bisa mengeluarkan kata-kata yang baik, lalu Erin berkata: “Tuan Jin, Tuan muda besar, kalian silahkan lanjut makan malam kalian, kamu pergi dulu.”

Habis ngomong, Dia sambil menarik tangan Marco Xu dan keluar dari restoran, tangan James He bergumpal sampai mengeluarkan suara, sikap Erin menghindarinya membuat Ia terluka berat, dengan kesal Ia sambil melihat bayangan punggung mereka yang menjauh, terdengar suara Fabio Jin dari samping, “Sikapmu yang aneh semalaman ini, jangan-jangan karena Erin ya, aku bilang ya Tuan muda besar He, cara kamu mengejar wanita sejak kapan menjadi begitu rendah?”

James He menolehkan kepala dan melihat ke Dia, Dia buru-buru mengangkat kedua tangannya dan menyerah, lalu bekata: “Aku hanya sekedar ngomong saja, kalau memang tidak ingin Dia pergi dengan pria lain, yasudah pergi membawa Dia kembali saja, wanita sendiri memang harus berada di sisi sendiri lebih aman.”

DIa belum selesai ngomong, sudah melihat James He seperti angin langsung keluar dari restoran, Dia melihat meja yang di penuhi dengan lauk, karena James He yang traktir, makanya Ia pesan yang paling mahal, sekarang sepertinya Ia harus bayar sendiri.

Sambil menunjukkan wajah yang sedih, memang aku ini miskin, tapi aku tidak menangis.

James He mengejar keluar, langsung melihat lampu belakang mobil Erin berkedip dan pergi. Ia mengejarnya, sudah tidak melihat mobilnya lagi, James He pun merasa sangat kesal, lalu Ia mengambil hp dan menelepon Erin, hpnya terus berbunyi, tapi tidak diangkat oleh Erin, saking kesalnya James He hendak ingin melempar hpnya.

Erin, bagus ya kamu, tidak mau mengangkat telepon dari aku ya, aku akan membuat kamu menyesal.

James He membawa mobil dan kembali ke apartemen, Ia membuka pintu, membuka mantel dan melemparkannya ke sofa, lalu membongkar laci dan lemari, tidak lama kemudian, Ia menemukan sebuah sederet jarum perak untuk akupuntur di lemari obat, lalu mengambil jarum perak tersebut dan naik ke atas, menendang pintu kamar tidur utama dengan satu kaki, dan berjalan masuk dengan kekuatan besar.

Dia datang ke samping ranjang, membuka laci yang ada di lemari samping ranjang, lalu mengambil kondom yang tersimpan dengan rapi, setelah membuka kotaknya, Ia mengambil satu kondom, sambil menelepon Erin, kalau Erin tidak mengangkat teleponnya lagi, Dia pun mengambil jarum dan menusuk kondom tersebut, Dia tidak percaya, kalau semua kondom dibolongi oleh dirinya, tidak ada yang berhasil melarikan diri dari kondom tersebut.

Hp terus berbunyi, tapi tidak ada orang yang menangkat, Dia pun merasa sangat kesal, Ia mengambil sebuah jarum dan menusuk ke bungkus kondom tersebut, Dia sudah memutuskan, tidak peduli Erin mau hamil anaknya atau tidak, asal Erin hamil, bahkan mengikat Erin pun Ia harus membawanya ke pernikahan, biar orang yang tidak jelas masih mengharapkan Erin.

Erin masuk ke dalam mobil langsung mematikan suara hp, Dia tahu James He pasti akan meneleponnya, saat membawa mobil keluar dari restoran, Ia sudah melihat James He mengejarnya, tatapannya yang penuh dengan amarah itu membuat Erin ketakutan, James He pasti sudah marah.

Sepanjang jalan, Marco Xu terus berbicara, tapi Dia tidak fokus, hanya terkadang-kadang menyahut Marco Xu saja, dan dengan perlahan-lahan, Marco Xu pun sadar Erin sedang tidak fokus, lalu Ia pun tidak banyak berkata lagi.

Satu jam kemudian, mobil Erin sampai di luar area militer, lalu Ia menyaksikan Marco Xu masuk ke pintu besar, dan Ia baru membalikkan badan dan masuk ke dalam mobil, mengeluarkan hp dan melihat, ada 60 panggilan yang tidak terjawab, hampir semuanya terputus sendiri lalu Ia meneleponnya lagi, pria ini sedang marah karena apa, baru bisa meneleponnya berkali-kali seperti ini?

Dia menutup bibirnya, James He sudah marah seperti ini, apakah Dia masih berani kembali ke rumahnya sendiri?

Dia menaruh hpnya ke dalam kotak penyimpanan barang, lalu membawa mobil tersebut ke arah apartemen James He, saat tiba di apartemen, Dia di tahan di depan apartemen, di komplek elite, tanpa ijin dari pemilik apartemen, orang luar tidak diijinkan masuk.

Erin tidak berdaya, hanya bisa turun dari mobil dan menelepon James He, namun tidak diangkat, orang yang menelepon berkali-kali sekarang tidak mau mengangkatnya, pasti sengaja. Dia dengan sabar meneleponnya beberapa kali lagi, James He tetap tidak mau mengangkatnya, Dia berdiri di luar komplek, sambil melihat gedung tinggi yang terang itu, tiba-tiba memiliki sebuah perasaan ditinggalkan.

Ternyata ketika James He tidak menginginkannya, Dia bahkan mendekati James He saja sangat sulit, hatinya merasa sedih dan rendah. Tatapan matanya pun menjadi sedikit buram, Ia mengangkat tangannya mengusap ujung mata, ujung jarinya sedikit lembab.

Dia menyalakan mobil, lalu hpnya bunyi, Dia buru-buru mengambil hpnya dan melihat, bukan James He yang meneleponnya, hatinya merasa sangat sedih, Dia mengangkat telepon tersebut dan berkata: “Kakak kelas Xu, aku sudah sampai, kami tidak perlu khawatir, iya, cepat istirahat, suara aku tidak kenapa-napa kok, mungkin karena terkena angin jadi sedikit masuk angin, iya baik, aku akan menjaga diriku sendiri baik, iya, sampai berjumpa!”

Setelah menutup telepon, Erin sudah tidak tahan dengan rasa sedih yang memenuhi dirinya, Ia sambil melihat ke hpnya, hpnya tiba-tiba berbunyi, Ia melihat layar hpnya menunjukkan “Suamiku”, ujung matanya merasa hangat, buru-buru mengangkat hp, tidak mengatakan apa-apa, sambil mendengar suara nafas yang berat itu.

“Dimana?” James He bertanya dengan kesal, 2 jam lebih, Dia menelepon ratusan kali kepadanya, setiap kali Ia meneleponnya, Ia menusuk satu kondom, tidak sadar, Ia pun membolongi semua kondom yang kemarin baru beli, dan Erin juga tidak mengangkat teleponnya.

Susah payah Ia berhasil menunggu telepon dari Erin, dan Ia pun pura-pura tidak peduli, tapi melihat hpnya terus berbunyi, hatinya merasa gatal ingin langsung mengangkat teleponnya, lalu bertanya kepada Erin kenapa tidak mau mengangkat teleponnya, apakah sudah menghabiskan waktu yang menyenangkan dengan cinta lama?

Tapi Ia tidak ingin membuat Erin merasa kalau Ia ini bisa disuruh datang dan pergi dengan seenak hatinya Erin, Ia berpikir tunggu Erin meneleponnya beberapa kali lagi, Ia baru mengangkatnya. Dan akhirnya, Erin hanya menelepon 3 kali, Dia tidak mengangkatnya, Erin pun tidak meneleponnya lagi, Dia menunggu beberapa menit, akhirnya tidak sanggup menahan lagi.

Sudah begitu malam, walaupun ada orang yang mengikuti Erin, tapi bagaimanapun Ia tetap merasa khawatir, tidak menahan dan menelepon Erin, dan pada saat telepon, saking kesalnya Dia, hendak ingin Erin langsung muncul di depannya, dan memukul pantatnya.

Mata Erin langsung menjadi merah, ada sesuatu terjatuh dari matanya, Dia berkata dengan tidak jelas dan kesal “Aku di luar komplek kamu, satpam tidak mengijinkan aku masuk.”

James He mendengar suara Ia yang sedih itu, rasa kesal pun melenyap semua, namun bagaimanapun Ia tetap memiliki ego yang tinggi, berkata dengan kesal : “Tunggu!”

Menutup telepon, James He seperti angin yang bertiup langsung keluar dari pintu rumah dan turun ke bawah, bahkan tidak sempat mengganti sepatu, dari jauh melihat mobilnya Erin berhenti di luar, Dia merapikan rambutnya, kedua tangan Ia masuk ke dalam kantong baju kasual, berjalan dengan pelan-pelan kesana.

Erin duduk di dalam mobil, melihat pria tersebut muncul di dalam tatapan matanya, hatinya merasa semakin sedih, Ia merasa dirinya seperti anjing liar yang akhirnya menemukan Tuannya, rasa ini membuatnya sedikit ingin menangis.

James He datang ke tempat satpam, lalu berngobrol dengan satpam, dan satpam pun dengan dengan senyuman membuka kunci pintu, dan pintu pun terbuka dengan otomatis. James He mengenakan sandal rumahan berjalan ke samping mobil, sambil melihat wanita yang ada di dalam mobil, matanya yang terlihat lembab itu, melihat James He dengan tatapan seperti seekor anjing kecil yang ditinggal.

Hatinya langsung merasa luluh, lalu Ia datang ke kursi di penumpang, membuka pintu mobil dan masuk ke dalam, Ia juga tidak melihat ke Erin, dengan nada yang rendah sambil memarahinya: “Lain kali kalau berani tengah malam baru pulang, kamu berdiri di depan pintu sambil mengintrospeksi, belum mau menyalakan mobilnya juga?”

Erin buru-buru menyalakan mobil, dan membawa mobil masuk ke dalam komplek, lalu berhenti di parkiran yang ada di bawah gedung apartemen. Dan mematikan mobil, pria sudah turun dari mobil tersebut dan berjalan ke dalam gedung, Erin pun buru-buru melepaskan kunci, sambil melangkah mengikutinya.

James He tidak berbicara, Ia juga tidak berani berbicara, Erin tahu malam ini James He pasti merasa marah, Dia tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya.

Di depan lift, bayangan punggung pria terlihat tegap, Ia melangkah dan keluar dari lift, Erin juga mengikutinya, dengan nurut berdiri di samping James He, sambil mengintip James He dengan hati-hati, tapi ketahuan oleh James He, “Kalau mau lihat ya lihat saja, kenapa harus mengintip dengan diam-diam?”

Wajah Erin langsung menjadi merah, Ia juga tidak peduli apakah di dalam lift ada CCTV, Ia dengan inisiatif mendekatinya, lalu mengulurkan tangan dan merangkul leher James He, sambil dengan manja berkata: “Tadi kamu tidak mau mengangkat telepon, aku kira kamu sudah tidak mau dengan aku lagi.”

“Tengah malam malah bergaul pria liar yang lain, aku belum memperhitungkan masalah ini dengan kamu, kamu malah menyalahkan aku duluan ya.” James He melototinya, sebenarnya hatinya sudah tidak merasa kesal lagi, saat Ia bertemu Erin, seluruh rasa kesalnya pun sudah melenyap, hanya saja Ia tidak puas kalau Ia mengalah dengan begitu saja, harus memberikan ajaran kepada Erin, agar Ia tidak semena-mena.

“Mana ada aku?” Erin merasa dirugikan, “Aku dan Nona Vero pergi ke Kota A, Kakak kelas Xu langsung meninggalkan semua pekerjaannya dan datang menjemput, sekarang Dia datang ke Kota Tong, aku tidak mungkin menghindarinya tidak mau bertemu Dia bukan?”

James He menatapnya dengan dingin, hatinya dipenuh dengan rasa cemburu, “Kakak kelas Xu? Panggil dengan mesra benar, kamu tidak tahu dari dulu sampai sekarang sebutan Kakak kelas adik kelas itu merupakan panggilan yang sangat mesra?”

“…………” Erin hanya merasa imajinasi James He sudah kemana-mana, sampai ke langit.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu