You Are My Soft Spot - Bab 206 Sungguh Ingin Merobek Bajumu (2)

Jennifer Li kaget dan refleks memiringkan badan.

Mendengar suara baju dibuka, wajah Jennifer Li sontak kemerahan. Wajahnya yang putih kini terlihat lebih hidup dan tidak menyedihkan seperti biasa.

Wayne Shen mengangkat t-shirt hitam yang ia pegang. Di bagian leher belakang t-shirt, ia melihat jahitan bertuliskan inisial huruf depan namanya. Jahitan itu miring-miring dan tidak rapi. Ini miliknya, bukan milik Patrick Song…… Wayne Shen teringat kisah baju ini. Ia pernah sekali dipanggil asisten rumah ketika tengah berkunjung. Asisten itu dengan paniknya bilang Jennifer Li tenggelam di sungai pinggir rumah. Wayne Shen buru-buru berlari menuju sungai dan melompat. Setelah berhasil menyelamatkan kekasihnya, ia menggendong wanita itu balik kamar.

Pakaian basah yang ia kenakan saat melompat ke sungai dilepas di kamar ini, jadi tentu juga dikembalikan kemari sehabis dicuci. Wayne Shen kemudian tidak pernah mengungkit t-shirt ini lagi, begitu pun Jennifer Li. Bertahun-tahun sudah lewat, ternyata si wanita masih menyimpannya!

Ini kejutan kecil yang bermakna dalam. Wayne Shen tidak menyesal datang kemari!

Setelah memakai baju, Wayne Shen melangkah ke sisi Jennifer Li. Pembantu rumah dan babysitter sudah keluar dari kamar mandi sambil menggendong Adam Song. Melihat Jennifer Li menoleh, ia langsung memerhatikan tatapan datar si wanita. Ketika babysitter memindahkan si bayi ke gendongan Jennifer Li, Wayne Shen seketika merasa gembira.

Ia mengepalkan tangan erat-erat dan berulang kali mengingatkan diri sendiri. Wayne Shen, kendalikan baik-baik dirimu! Jangan buru-buru!

……

Kabar Taylor Shen keluar penjara dengan cepat tersebar luas di Kota Tong. Vero He jelas tidak mungkin tidak tahu soal ini. Televisi super besar di ruang kerjanya kebetulan tengah memutarkan suasana si pria berjalan keluar dari kantor polisi. Taylor Shen dipenjara tiga hari, Kota Tong langsung ribut sana-sini.

Ia bukan hanya sekali dengar orang bilang Shen’s Corp akan jatuh karena kasus ini. Ia pikir, harapan orang-orang ini sepertinya segera jadi harapan kosong. Taylor Shen adalah seorang petarung bersejarah yang mengalahkan orang besar di Wall Street, bagaimana mungkin perusahaannya hancur hanya karena satu isu?

Di layar televisi, Taylor Shen keluar penjara sambil membawa mantel di pundak. Rambutnya berantakan, di sekitar bibir dan dagunya pun tumbuh kumis dan jenggot tipis. Meski berantakan, ia tetap terlihat tampan.

Sekali pun keluar dari neraka, pesona Taylor Shen nampaknya tidak akan bisa pudar.

Vero He menyipitkan mata. Pria yang sangat kuat ini…… Bagaimana ia bisa menghancurkannya untuk membalaskan dendam yang terakhir? Menghancurkan kerajaan bisnisnya? Tidak, Taylor Shen tidak peduli dengan barang material, jadi yang ia harus sasar adalah……

Hati!

Orientasi Vero He dari awal sudah keliru. Yang paling menyakitkan adalah menghantam hatinya, bukan barang-barang material. Ia mengelus-elus dagu. Sudah tujuh tahun berlalu sejak Taylor Sehn menyakitinya, tetapi setiap teringat nama si pria hatinya masih saja terasa sakit.

Bunyi ketukan pintu menyadarkan Vero He dari lamunannya. Ia mengambil remote, mematikan televisi, lalu mempersilahkan si pengetuk masuk. Erin berjalan menghampiri sambil membawa berkas. Melihat tatapan kosong bosnya, wanita itu melambai-lambaikan tangan persis di hadapannya, “Nona Vero He, Departemen Perencanaan sudah memberikan rancangan yang baru padaku. Apa kamu mau lihat sebentar?”

Vero He berusaha keras kembali fokus. Ia menerima sodoran berkas dan membacanya sekilas, “Rancangan yang kali ini sudah oke. Mengadakan pesta kostum para klien VVIP, mengadakan doorprize di akhir acara…… Eh, ini barang doorprize-nya terlalu pelit. Hadiah penghargaan spesial ganti jadi kalung ruby, hadiah juara satu ganti jadi iPhone 6S, hadiah juara dua ganti jadi kalung platinum. Sisanya sudah oke.”

Erin dengan sigap mencatat semua arahan biar tidak lupa.

Vero He menutup berkas dan menyerahkannya balik ke Erin: “Revisi sesuai arahanku barusan. Setelah aku tanda tangan nanti, Departemen Perencanaan dan Departemen Relasi Publik bisai mulai menyiapkan acara.”

“Baik, aku segera revisi,” balas si asisten.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Elin kembali dengan berkas baru. Setelah memastikan semua isinya betul, Vero He membubuhkan tanda tangan lalu lanjut menatap layar komputer. Erin mengambil berkas sambil terus mengamati wajah bosnya dalam diam.

Vero He menyadari tatapan Erin. Ia menoleh dari layar komputer dan berujar datar: “Katakanlah apa pun yang mau kamu bicarakan, jangan bikin wajahmu penuh rahasia begitu.”

“Nona Vero He, barusan sekretaris CEO Shen menelepon. Dia bilang, CEO Shen malam ini ingin mengajakmu makan-makan,” ujar Erin sambil memerhatikan raut bosnya dengan seksama.

Vero He tersenyum tipis: “Dia sungguh tidak bisa membiarkan orang istirahat sebentar ya. Baru saja keluar, dia langsung mau merepotkan aku lagi. Ah, mendingan dia di penjara terus saja.”

“Aku merasa CEO Shen ada perasaan denganmu.” Setelah menuturkan ini, Erin menyadari wajah bosnya menegang. Ia tidak berani bicara macam-macam lagi.

Vero He sudah balik menatap layar komputer. Ketika Erin bertanya apakah ia bersedia menuruti ajakan Taylor Shen atau tidak, ia menjawab, “Telepon balik dia, bilang aku bersedia.”

“Baik.”

Mau bertemu Taylor Shen, Vero He tanpa sengaja teringat ciuman di sel penjara waktu itu Ia mengusap-usap bibirnya seolah ludah Taylor Shen masih tertinggal di sana. Percaya atau tidak, sehabis dicium, Vero He terus terbayang adegan itu sampai tidak bisa tidur beberapa malam.

Ia sudah meremehkan daya pikat Taylor Shen. Setiap berada di dekatnya, ia selalu tanpa sengaja terpikat. Ini bukan sesuatu yang bagus. Tetapi, di sisi lain, Shen’s Corp sangat kuat seperti sebuah brangkas yang tidak bisa ia hancurkan. Cara satu-satunya untuk bisa menghancurkan perusahan itu adalah mendekati dan merebut hati Taylor Shen dulu.

Pikiran Vero He kembali melayang-layang entah ke mana. Ia baru kembali konsentrasi begitu telepon sambungan internal ruang kerja berdering. Itu telepon dari Erin. Si asisten mengabarkan tempat dan waktu acara makan nanti malam. Si bos mengangguk mengiyakan dan mematikan telepon.

Waktu dengan cepat berlalu dan malam semakin dekat. Berhubung mau pergi “berperang”, Vero He harus berdandan cantik sedikit. Ia mengambil tas dan keluar ruang kerja. Melihat Erin bangkit berdiri, ia menggeleng dan berkata: “Kamu kerja saja, tidak perlu ikut aku.”

Ketika berdandan, si wanita tidak lupa menata rambut. Ia menguncir rambut belakangnya ke atas, lalu membiarkan kedua telinganya tertutup oleh rambut sisi yang terulur lepas. Untuk atasan, Vero He memilih baju berwarna kuning yang agak pendek sehingga bagian bawah perut terbuka sedikit. Untuk bawahan, Vero He memakai rok pendek berwarna gelap dengan motif kotak-kotak. Satu kata, seksi!

Sebagai luaran, si wanita memasang mantel putih dan sepatu boots semata kaki warna coklat. Tiga kata, kombinasi yang sempurna!

Acara makan malam diadakan di Swiss Sea Club. Supir mengantarkan Vero He hingga lobi. Taylor Shen, yang mengenakan kemeja putih dan jas biru tua, sudah menunggu di sana. Pria itu tidak lupa mengenakan dasi warna merah gelap. Wajahnya kini sudah bersih, tidak kotor seperti saat keluar dari kantor polisi.

Taylor Shen mengulurkan tangan. Vero He jelas tidak mau membuat suasana canggung, jadi ia membalas uluran tangan si pria. Mereka berjalan masuk bak pasangan.

Sejak si wanita tiba, si pria tidak bisa melepaskan pandangannya dari tubuhnya. Ia paling tergoda dengan secuil bagian perut Vero He yang tidak tertutup. Tiffany Song yang dulu tidak mungkin berpakaian begini.

Wajah dingin Vero He meningkatkan pesonanya. Bagi pria mana pun, ini sungguh godaan yang luar biasa. Meski tahu betul harus menjaga sikap, Taylor Shen tetap tidak bisa mengendalikan diri dan mulai menggoda.

“Kamu cantik sekali!” goda Taylor Shen awal-awal. Percayalah, Vero He hari ini sangat cantik sampai Taylor Shen agak kesulitan bernafas. Ia sebenarnya tidak menyangka si wanita akan memenuhi undangannya malam ini. Waktu di sel lalu, Vero He terlihat seperti kambing yang ketakutan dan lari terbirit-birit.

Meski Vero He merespon positif, Taylor Shen tahu wanita itu tidak punya perasaan apa-apa, setidaknya belum.

Inisiator acara ini adalah Jordan Bo, tujuannya apa lagi selain membuat Taylor Shen lupa memori buruknya selama tiga hari dipenjara? Teman-teman baik Taylor Shen datang. Sungguh, saat pertama kali terpikir mengajak Vero He, Taylor Shen kira ia akan ditolak!

Si wanita tersenyum lebar membalas pujian, “Terima kasih.”

Taylor Shen berdecak kagum memandangi Vero He. Bagaimana bisa wanita di sebelahnya ini memadukan aura polos dengan aura glamour? Untuk melanjutkan godaan, ia berpisik pelan di samping telinganya, “Sungguh ingin merobek bajumu……”

Nada bicara Taylor Shen mengandung hasrat dan gairah yang ditahan-tahan. Sekujur tubuh Vero He langsung merinding. Ketika ia mau melepaskan genggaman Taylor Shen, tangannya sudah duluan ditahan dengan kencang. Pandangannya tidak sengaja menemui pandangan penuh api nafsu si pria. Ini membuat Vero He gelisah. Ia akhirnya sadar sendiri, ia sedang bermain-main dengan api.

“Tuan Shen, aku ini penakut. Kalau aku jadi salah tingkah, awas kamu salahkan aku.” Vero He berusaha terlihat tenang. Ia seolah tidak takut apa pun yang akan dilakukan pria ini.

Taylor Shen tersenyum tipis tanpa menanggapi. Ia memang ingin “menikmati”-nya, namun bukan sekarang. Sepanjang berbicang, keduanya tanpa sadar sudah tiba di ruang makan privat. Vero He ingat tempat ini. Ini tempat yang sering dipakai Taylor Shen dan teman-temannya untuk makan.

Taylor Shen meng-scan kartu dan membuka pintu. Dari dalam terdengar suara Freddy Bi yang bersemangat. Vero He bisa menebak mengapa mereka semua ada sini. Ia menghentikan langkah. Pria di depannya ikut menghentikan langkah dan menengok.

Vero He berdiri di titik yang kurang cahaya. Taylor Shen tidak bisa melihat dengan jelas air mukanya, tetapi ia bisa menebak wanita itu dalam hati merasa was-was. Semakin Vero He was-was, Taylor Shen malah makin senang. Itu membuktikan Vero He masih ingat dengan orang-orang yang ada di dalam, termasuk dirinya.

“Ada apa?” tanya Taylor Shen dengan tersenyum misterius. Ia sengaja menampilkan senyum begitu.

Vero He gigit-gigit bibir. Ia lalu berpikir, tidak peduli berjumpa siapa, ia tinggal pura-pura tidak kenal dan semua beres. Wanita itu pun seketika jadi tenang. Ia menegakkan punggung dan berjalan melewati Taylor Shen.

Melihat punggungnya yang tegang dan wajahnya yang serius, Taylor Shen merasa dia seperti mau pergi perang. Ia jadi tertawa sendiri. Mau bertemu teman lama harus sebegini pura-puranya ya?

Freddy Bi masih asyik duduk sambil bercerita, entah apa topiknya. Melihat pakaian wanita warna kuning yang sangat atraktif, kata-katanya tertahan di tenggorokan. Ia bertanya-tanya ini wanita cantik dari mana. Begitu mendongak melihat paras si wanita, matanya langsung membelalak.

Orang-orang lain di ruangan, yang daritadi mendengarkan “dongeng” Freddy Bi, ikut menatap ke arah yang ditatap si “pendongeng”. Mereka ikut tercengang.

Stella Han segera bangkit berdiri. Ia tidak menyangka Vero He akan datang.

“Kakak Ipar Keempat, Kakak Ipar Keempat, akhirnya kamu kembali.” Freddy Bi bangkit berdiri dan berlari menghampiri Vero He. Namun, satu detik kemudian, Taylor Shen langsung berdiri di depan Vero He dan menghadangnya. Pria itu menatap gusar si sahabat, yang kemudian langsung gentar dan salah tingkah. Freddy Bi terkekeh malu, “Kakak Keempat, sudah lama sekali aku tidak bertemu Kakak Ipar Keempat. Aku terharu sekali, aku emosional sekali.”

Taylor Shen dalam hati berpikir, kalau istri Freddy Bi ada di sini, wanita itu pasti akan cemburu!

Vero He berjalan ke depan Taylor Shen. Ia tersenyum dan menyalami Freddy Bi, lalu memperkenalkan diri: “Halo, aku Vero He.”

Freddy Bi tidak paham mengapa Kakak Ipar Keempat jadi semempesona ini. Tiffany Song versi tujuh tahun lalu tidak terlalu suka dandan, gaya berpakaiannya juga umum seperti mahasiswa. Tujuh tahun kemudian, selera berpakaiannya berubah drastis mengikuti standar internasional. Tidak mengagetkan sih, kan dia memang pemilik Parkway Plaza yang sangat terkenal dengan merek-merek fashion kelas dunia.

Ketika mau menyalami tangan Vero He, tangan Freddy Bi ditahan Taylor Shen. Si pemilik tangan menatap gusar Kakak Keempat. Tetapi, melihat tatapan tajam si penahan, ia langsung ketakutan lagi. Ia mengulurkan niat untuk menyalaminya dan hanya berkata, “Kakak Ipar Keempat, halo, aku Freddy Bi. Kamu ingat aku kan pasti.”

“Maaf, aku bukan Kakak Ipar Keempat-mu,” balas Vero He datar. Tujuh tahun lalu, tas si wanita jatuh dan disimpankan Taylor Shen. Ketika mau mengambilnya, ia berjumpa pertama kali dengan teman-teman si pria. Ia waktu itu merasa canggung dipanggil Kakak Ipar Keempat secara terang-terangan oleh Freddy Bi. Jelas-jelas Kakak Ipar Keempat-nya Lindsey Song, kok malah dia yang dipanggil begitu sih? Tetapi, si Taylor Shen juga tidak mengklarifikasi apa-apa.

Pada momen itu juga, Taylor Shen menggenggam erat tangannya. Waktu itu, ia sama sekali tidak mengerti si pria memendam perasaan apa pada dirinya.

Novel Terkait

Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu