You Are My Soft Spot - Bab 380 Sudah Lama Menjadi Pasangan Suami Istri, Masih Kencan Apa (2)

Stella tidak bergumam, matanya pun dipejamkan lagi, benar-benar lapar dan ngantuk, jelas-jelas Jordan bergerak dengan begitu hebat, kenapa semangat nya masih begitu baik, malah dia yang begitu ngantuk.

Sayur pun dihidangkan dengan sangat cepat, aroma sayur semerbak, meskipun Stella yang begitu ngantuk hingga tidak bisa membuka mata, pun tergoda hingga mengangkat kepala. Jordan melihat rasa ngantuk diwajahnya, pun khawatir dia memasukkan sayuran itu ke dalam hidungnya, menjulurkan tangan , lalu merangkulnya, membiarkannya duduk di atas pangkuan Jordan, “Aku menyuapi mu.”

Stella sangat tidak leluasa, dia masih ingat 7 tahun yang lalu, Jordan menyayanginya, langsung menyanyangi dan memanjakannya seperti orang cacat, gosok gigi cuci muka dan menyuapi nya makan, tidak ada hal yang tidak dilakukan Jordan, Stella melihatnya, tiba-tiba teringat akan 1 masalah yang terabaikan, dia sambil memakan Lily Bulb (makanan herbal Tiongkok) yang disuapi oleh Jordan, sambil bertanya : “Jordan, sejak kapan kamu mernyukai ku?”

Wajah Jordan membeku, sedikit tersipu malu, dia melarikan topik pembicaraan, berkata: “Ini enak tidak, dan juga ini, semuanya ialah masakan khas mereka, kamu coba lah, juga sangat bagus terhadap kesehatan.”

Stella sambil menguyah makanan, sambil melihat nya berusaha menutupi sesuatu namun semakin terbongkar, tadi dia memaksa Stella hingga tidak bisa melarikan diri, sekarang waktu pun berubah, juga sepantasnya Stella berbangga hati. Dia tersenyum sambil melihatnya, pokoknya sudah tidak tahu malu lagi, dia pun membocorkannya, berkata: “7 tahun yang lalu, kamu tiba-tiba dengan aneh mencuci muka ku dan juga menggosok gigi ku, dan juga menulis memo, apakah pada saat itu, kamu sudah mulai suka pada ku?”

Wajah tua Jordan semakin lama semakin merah, dia batuk dengan canggung, lalu dengan ganas menatapnya, “Mulut mu tidak bisa ditutup?”

Stella tidak takut akan ancamannya, dia tersenyum dan berkata: “Di hadapan ku, kamu tidak perlu merasa malu, katakanlah, apakah saat itu kamu sudah menyukai ku, pantas saja begitu canggung.”

Jordan sangat kesal, tiba-tiba dia memiringkan badan dan mencium bibir Stella, langsung menciumnya hingga dia terengah-engah, tidak berkata apa-apa lagi barulah menyerah, dia dengan wajah tegang berkata: “Sekali lagi mengatakan hal yang tidak ada hubungannya dengan makan, aku pun mencium mu sekali lagi.”

Stella berbaring di bahunya merengek-rengek gembira, Stella tersenyum sampai berbunga-bunga, wajah pria itu semakin suram, pada akhirnya ia tetap saja pasrah akan Stella. Pada saat itu, dia benar-benar telah menyukainya, ingin menyayangi nya sampai ke tulang, pada akhirnya wanita ini sama sekali biasa.

Jika bukan karena mereka selalu berada di frekuensi yang berbeda, juga tidak perlu setelah 7 tahun kemudian, setelah bercerai barulah tahu akan perasaan masing-masing.

Selesai makan, Jordan pun menggendongnya turun, Stella kembali sadar dan kuat, pun tidak mau digendong olehnya lagi, takut tidak sengaja berjumpa dengan rekan bisnisnya, juga takut akan dilihat oleh kolega firmanya , Jordan dengan tidak setuju berkata: “Aku menyayangi dan memanjakan istri ku, siapa yang berani berpendapat?”

Stella merasa manis dalam hati, pria ini sekali kuat, benar-benar tampan hingga begitu berantakan, Stella dia sangat bersyukur mereka telah mengutarakan semuanya, jika tidak mungkin saja mereka akan saling melewatkan sesama di waktu dan momen ini.

Berpikir sampai disini, ia pun memeluk Jordan dengan erat, sangat terikat dan tidak ingin berpisah.

Pada perjalan pulang, Jordan mau Stella pulang bersama dengannya ke vila Halley City, namun Stella tidak mau, ia berkata: “Aku tetap kembali dan tinggal di Vanke City saja, lebih dekat dari firma.”

Dalam hati wanita itu masih memikirkan sebuah rencana, 7 tahun yang lalu mereka menggunakan cara seperti itu untuk mengikat sesama, mengatakan itu adalah bisnis juga sama sekali tidak keterlaluan, 7 tahun kemudian mereka mempunyai perasaan dan hati yang sama, Stella ingin merasakan rasa nya pacaran, tidak ingin 2 orang tinggal bersama begitu cepat.

Jordan melihatnya, tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Stella, Stella tidak mau pindah bersama dengannya, maka tidak pindah, pokoknya dimana pun Stella berada, maka Jordan juga ada disana, dalam 7 tahun ini juga sering melakukan hal ini.

Mobil melaju masuk ke Vanke City, berhenti di tempat parkir. Stella melihat kilauan lampu dari jauh , rasa keberadaan pria yang disamping nya itu sangat kental, dia dengan ragu berkata: “Jordan, terima kasih kamu mengantar ku pulang, aku, aku pulang dulu.”

Jordan tidak bergumam, hanya menggunakan sepasang mata yang hitam menatapnya, menatapnya hingga membuat Stella tidak leluasa, dia tiba-tiba memiring kan badan, lalu merangkul leher Jordan, “mengecup” di bibirnya, suara nya sedikit keras, dia malu hingga wajah cantiknya memerah, sama sekali tidak berani melihat mata si pria itu, langsung membuka pintu mobil dan turun, sebelum menutup pintu mobil, ia berkata: “Jordan, hati-hati lah saat mengemudi, setiba nya dirumah... hm, telepon lah aku.”

Selesai mengatakan hal itu, wanita itu pun tidak menunda lagi, menutup pintu mobil, dengan langkah besar berjalan ke gedung apartemen.

Jordan melihat bayangan tubuh di malam hari itu, dia sama sekali tidak ingin mengundang Jordan untuk tinggal, namun melihat ciuman perpisahan yang ia berikan, Jordan pun memaafkan reaksi lamban nya. Pria itu menjulurkan tangan, membuka pintu dan turun dari mobil.

Stella dengan panik berjalan ke gedung apartemen, kenapa setelah mempunyai hati dan perasaan yang sama, dia pun semakin tidak bisa melepaskan. Tadi dia hampir bertanya pada Jordan, apakah mau naik ke atas dan minum teh dulu baru pergi?

Jika dia benar-benar bertanya, maka pria yang penuh dengan niat yang buruk pasti akan salah paham akan tujuan nya, Ai, benar-benar berbuat dosa, berpacaran juga begitu khawatir dan tidak tenang.

Berjalan di depan,Stella mengeluarkan kunci dan membuka pintu, berjalan masuk, baru saja ia mau menutup pintu, sebuah kaki yang panjang pun menopang masuk, hatinya terkejut, langsung mengangkat kepala, pun melihat tatapan mendalam pria itu, hati nya pun berdebar dengan sangat kencang, “Kamu.......”

“Minum air terlalu banyak, mau menumpang toilet dulu.” Jordan berjalan menyamping dan masuk, dengan serius berkata.

Wajah Stella memanas, mengikuti belakang badan Jordan berjalan ke depan pintu lift, dia sudah menekan tombol lift dan masuk , Stella pun mengikuti nya masuk. Udara di dalam lift sedikit tipis, dia berdiri di tengah, di belakang nya ada 2 buah tatapan membara yang sedang menatapnya, hampir membakar punggungnya.

Hatinya semakin tidak tenang, bahkan tidak berani melihatnya.

Jordan bersandar di dinding metal lift, dengan ekspresi datar melihat punggung wanita itu, teringat ketika sore, dia menopang dari belakang, pikirannya sedikit tergoyah.

Lift sudah tiba,Stella dengan langkah cepat berjalan keluar, berjalan dengan terlalu panik, hampir terjatuh, secara diagonal menjulur sebuah tangan yang besar, menopang pinggangnya, hatinya tiba-tiba mengecut, melihat Jordan, dengan panik memindahkan garis pandangnya, lalu mundur.

Jordan menyimpan kembali tangannya, dengan santai memasukkannya ke dalam kantong celana, sela jarinya masih terasa sentuhan pinggangnya yang lembut itu, wanita ini sama sekali tidak tenang seperti yang ia tampilkan, sangat panik.

Stella berjalan ke samping pintu apartemen, mengambil kunci dan membuka pintu, pria yang di belakang dengan ekspresi datar menatapnya ,tanpa terlihat membuat Stella merasa gugup. Jelas-jelas dulu tidak seperti ini, kenapa sekarang tak disangka menjadi begitu panik?

Dia mencoba beberapa kali, namun tidak berhasil memasukkan kunci ke dalam lubang kunci, dari samping telinganya tiba-tiba terasa sebuah nafas yang panas, segera ia merasakan dada pria yang kuat dan berotot bersandar di punggungnya yang tegang itu, tangannya gemetar, kunci tersebut hampir terjatuh di atas lantai.

Tangan pria yang mempunyai sendi yang sangat jelas itu menjulur kemari, menggengam tangan Stella, lalu dengan stabil memasukkan kunci ke dalam lubang kunci, lalu memutar, pintu pun trebuka, Stella memegang kunci, dengan panik berjalan masuk.

Jordan melihat bayangan tubuh yang kalah dan melarikan diri itu, bibir tipisnya sediki tersenyum, tidak mencari sandal, langsung masuk ke toilet.

Stella berdiri di ruang masuk , terdengar suara air terbuka dari dalam toilet, tidak tahu kenapa hatinya pun merasa gugup, setelah Jordan keluar pun akan langsung pergi bukan, lantas apakah Stella masih perlu menuangkan segelas air untuknya?

Ditengah renungannya, Jordan sudah berjalan keluar, melihat dia masih berdiri diruang masuk , pria itu pun seperti masuk ke ruang tamu sendiri, melepaskan mantel jas nya, lalu meletakkannya di punggung sofa, sama sekali tidak bermaksud untuk pergi.

Stella melihat Jordan mengambil remote dan membuka TV, dia baru saja mau berbicara, mata pria yang hitam itu pun langsung melihat kemari, dia dengan datar berkata: “Untuk apa membeku disana, tutup pintu, lalu duduk disini!”

Pria itu kembali ke sikap yang pura-pura galak dan galak seperti dulu, Stella mengikuti setiap perintahnya, sampai duduk di samping Jordan, barulah ia merespon, kenapa dia begitu menuruti perkataan Jordan?

Dia melihat Jordan, dengan tidak sabar bertanya: “Jordan, kapan kamu pergi?”

“Begitu ingin aku pergi?” Pikiran Jordan tentu saja tidak pada menonton TV, ingin bersama dengan Stella seperti ini, meskipun tidak melakukan apapun, melihat nya saja pun cukup. Ketika pernah mencinta namun tidak mendapatkannya, melihat wajah ini kenapa begitu mengesalkan, sekarang kedua orang sudah saling cinta dan harmonis, Jordan malah selalu merasa belum puas melihatnya.

“Maksud ku bukan seperti itu..........” Stella berkata.

“Maka malam ini aku tinggal.” Jordan langsung memotong pembicaraannya, mencintai wanita yang dingin namun bergairah dalam hati ini, ingin menunggu dia yang menyuruh Jordan untuk tinggal, takutnya Jordan bisa menunggu sampai akhir zaman.

Stella menatapnya, kenapa menjadi dia mau tinggal, Stella masih ingin berpacaran, tidak ingin setelah mengakuicperasaan, kedua orang pun langsung naik ke tahap tinggal bersama, lagi pula ia mencintai Jordan ialah 1 hal, ibunya.......

Jordan membalikkan kepala melihatnya, dengan tidak malu berkata: “Kamu lihat, ini adalah distrik kecil yang tua, juga tidak begitu aman, mungkin saja ada pencuri yang naik ke atas, kamu sendiri tidak bisa melawannya, ada aku, maka tidak ada pencuri yang berani datang, begitu saja, besok aku akan menyuruh Vincent Xu mengantar barang ku kemari.”

“..........” Stella awalnya mengira dia malam ini akan tinggal disini, tidak tahu langsung naik ke level yang begitu tinggi, benar-benar langsung tinggal seatap.

Jordan tidak peduli dengan ekspresi wajah nya yang jelek itu, ia berkata: “Kamu lihat, orang-orang berkata wanita berumur 30 tahun itu ganas dan kejam seperti rubah dan harimau, kita tinggal bersama, selain bisa melindungi mu, aku juga bisa memuaskan mu.”

“Jordan, kamu mati saja!” Stella berkata dengan tersipu malu, jelas-jelas niatnya tidak suci, begitu harus mengatakannya dengan sangat benar dan menakjubkan, pria ini masih bisa lebih memalukan sedikit lagi tidak?

Jordan membalikkan kepala menatapnya, tertawa dengan mengejek berkata: “Setelah aku mati siapa yang bisa memuaskan mu? Aku ingat sore hari ini, ada orang yang gemetar di atas badan ku beberapa kali, di mulut mengatakan ia tidak mau, namun badannya malah begitu jujur.”

Stella mendengar perkataannya ini, wajah cantiknya pun memanas, dia mendekat dan menutup mulut Jordan, pria sialan ini, tidak mengejeknya bisa mati bukan. Jordan mengambil kesempatan berbaring di atas sofa, membiarkan Stella duduk di atas badannya, dia tersenyum dan melihatnya, melihat gaya Stella yang dari malu ke marah itu, langsung memegang kepalan tangan Stella, dan menariknya dengan sekuat tenaga, wanita itu pun masuk ke dalam pelukannya, bibir nya yang merah mencium bibir Jordan.

Dia menghela nafas, “Begitu hangat dan ramah, belakangan ini sudah terlalu cepat bukan?”

“……”

Stella dengan terburu-buru bangkit dari atas badannya, wajah kecil yang sedikit dingin itu menatapnya, dengan paksa karena kebenaran berkata: “Jordan, aku tidak ingin tinggal serumah begitu cepat dengan mu.”

Jordan sedikit menaikkan alis, dia duduk, dengan tatapan yang berbahaya menatap nya, awalnya mengira setelah saling mengutarakan isi hati, kedua orang tinggal serumah dan rujuk kembali ialah masalah yang alami, tidak disangka wanita ini sama sekali tidak berpikiran untuk tinggal serumah dengannya, “Beri aku 1 alasan.”

“Aku ingin....” Ekspresi Stella pun semakin malu, dia berkata: “Aku ingin berpacaran terlebih dahulu.”

Jordan dengan ringan memegang dagu, tatapannya mendalam, “Pergi naik ke ranjang, seberapa banyak cinta yang kamu inginkan, akan ku berikan.”

“.........” Ini sama sekali tidak berada di frekuensi yang sama bukan, hal yang dipikirkan pria ini hanya masalah ini saja, namun Stella benar-benar ingin berpacaran dulu, “Tidak mau, saat itu aku menikah dengan mu, ialah sebuah perjanjian bisnis, kita sama sekali tidak mempunyai kesempatan berpacaran, sekarang akhirnya kita mulai dari awal, aku ingin mulai dari berkencan.”

Jordan menatapnya, mengatakan bahwa dia adalah orang yang tidak berpikiran terbuka, saat ini dia begitu terbuka, mengatakan berpacaran, mata itu pun bersinar, namun ia sudah menjadi seorang pria tua yang berumur 38 tahun, tidak mungkin mau menggunakan waktu memeluk istri saat tidur untuk berpacaran, ia berkata: “Apakah antara kencan dan tinggal serumah ada bentrokan?”

Stella tercengang, teringat seperti tidak ada bentrokan, namun dimana terasa ada yang tidak beres, ia berkata: “Aku hanya ingin merasakan nya saja, 1 hari tidak berjumpa seperti tidak berjumpa selama 3 tahun, merasakan kerinduan yang mendalam, ingin merasa khawatir dan tidak tenang, bagaimana menurut mu?”

Jordan terus tertawa dingin, memang wanita ini terus berpura-pura menggunakan kelemahan untuk menguasainya, dia masi mengerti apa yang dinamakan tidak bertemu sehari bagaikan 3 tahun , juga tahu apa yang dinamakan kerinduan mendalam, terlebih mengerti ingin merasa khawatir dan tidak tenang seorang diri , lantas dulu ketika di kantor sedang berpura-pura apa dia dengan Jordan?

Sekarang Jordan sudah mengakui perasaan padanya, dia pun sudah bisa keras kepala, mengira Jordan begitu mudah dipermainkan?

Stella dilihatnya hingga sekujur tubuhnya berkeringat, dia memiringkan badan, menarik lengan bajunya dan menggoyangkannya, “Jordan, baik tidak, baik tidak?”

“Tinggal serumah namun terkadang pergi berkencan, atau murni tinggal serumah, kamu pilih sendiri, menyuruh aku tidak berjumpa sehari dengan mu, bagaimana dengannya?” Jordan bertanya dengan terbuka, dia sudah berumur 38 tahun, masih tidak bisa tidur sambil memeluk istri kah, mau menahannya sampai mati kah?

Wajah Stella memerah seperti buah persik yang sudah matang, gagal dalam berkomunikasi, ia kesal hingga menghempaskan tangannya, dengan marah berkata: “Jordan, aku tidak setuju dengan mu saja.”

Jordan melihat nya duduk dengan posisi miring, membelakangi punggungnya, samping kepalanya menjadi tegang hingga sakit, benar-benar pasrah dengannya! Wanita ini pasti diutus Tuhan untuk membereskan nya, membuat Jordan sama sekali tidak bisa berbuat apa –apa dengan nya, “Tidak boleh mengatakan hal seperti ini.”

Stella pun kesal, berkata: “Aku sudah mengatakannya dengan mu, keterikatan kita saat itu ialah sebuah perjanjian bisnis, sama sekali tidak ada memori yang bahagia, aku ingin ketika aku memikirkannya, merasa kita adalah pacaran secara normal, kamu mencintai ku, dan aku mencintai mu, dengan begitu sisa hidup ku sudah tidak ada rasa penyesalan lagi.”

Novel Terkait

Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
4 tahun yang lalu