You Are My Soft Spot - Bab 145 Membiarkannya Pergi, Menunggu Kepulangannya (1)

"Omong kosong, tentu saja adalah......" Stella Han hendak menjawab "Tiffany Song" mengikuti instingnya, berdasarkan berapa lama telah saling kenal dan seberapa dekat hubungan diantaranya, Tiffany Song lah yang berada di urutan pertama, Jordan Bo paling tidak hanya sekedar pacar yang telah disetujuinya secara resmi. Namun ketika melihat matanya menyipit membentuk tatapan yang membahayakan, sang wanita langsung berlayar mengikuti arah hembusan angin (mengambil keputusan sesuai keadaan), dengan sambil tersenyum, sang wanita merangkul bahu sang pria, berkata: "Tiffany Song adalah teman dekatku diantara para teman akrabku, kamu adalah suami tersayangku. Memangnya masih tidak jelas siapa yang harus lebih kupentingkan?"

Jordan Bo melihat penampilannya yang begitu memikat, tapi tidak begitu terpengaruh dengan jawabannya yang seperti ini, sang pria berkata: "A atau B, pilihlah salah satu."

Stella Han bergumam dalam hati dengan kesal sembari menggertakkan gigi, Jordan Bo yang sulit untuk diatasi, Jordan Bo yang manja, pertanyaan yang kekanak-kanakkan dan membosankan seperti ini, bukankah seharusnya ditanyakan oleh pihak wanita?

"Tentu saja kamu." Stella Han menjawabnya dengan mengkhianati isi hati sebenarnya, "Sedekat apapun seorang teman, tetap tidaklah sepenting seorang suami, kamu rasa benar tidak?"

Mata Jordan yang begitu gelap menatapnya, jelas-jelas tahu gadis ini tidak mengatakannya dengan tulus, tapi sang pria tetap merasa senang karenanya, lalu tiba-tiba menegakkan badan, memegang bahunya dan bergantian posisi.

Pandangan mata Stella Han seketika menjadi berputar-putar, ketika kembali sadar, punggungnya telah melengket di dinding yang dingin, sedangkan di depan badannya melengket tubuh sang pria yang gagah dan membara, nafas sang wanita terhenti, dan seakan-akan telah merasakan panas dan dingin saling berbaur dan membubung ke langit.

Jordan Bo terus menatapnya tanpa berkedip, telapak tangannya yang besar naik ke atas dari bahunya dengan perlahan, dengan lembut menyentuh wajahnya, jari tangan yang hangat dan lembut bergesekan dengan cuping telinganya, pipi dari sang wanita yang ada di dalam pelukannya menjadi memerah. Tubuh yang lemah bergemetaran ringan, membuat hatinya juga ikut bergetar.

Stella Han merasa sangat tegang hingga sulit untuk bernafas, mata sang pria memiliki warna kegelapan tanpa ujung, bagaikan memiliki sebuah pusaran air yang hendak menghisapnya masuk ke dalam. Sang wanita tidak berani melihat, baru saja mengalihkan pandangan mata, wajah tampan sang pria tiba-tiba membesar di depan matanya, sedetik kemudian, bibirnya telah diemut olehnya, dan dihisap.

Tenaga yang lembut membuat seluruh tubuhnya bergetar secara spontan, bulu matanya terkepakkan, dan dibuat begitu kacau oleh sang pria, bibirnya terasa kebas, lalu, sang wanita mendengar suara Jordan Bo keluar dari sela-sela bibir mereka, "Stella, ingat terhadap perkataan yang kamu ucapkan hari ini."

Stella Han melongo, lalu kembali terdengar sang pria berkata: "Demi perkataanmu hari ini, tidak peduli bagaimana pun juga, aku akan melindungi keamanannya."

Hawa nafas yang panas terpancur di hidungnya, sang wanita merasa tergelitik dan tertawa, mendorong wajah sang pria dengan sepasang tangan, "Jordan Bo, sangat menggelitik."

Sang pria membukakan mata, menatapnya, di balik matanya yang hitam terdapat warna kegairahan, bertanya dengan suara serak: "Di mananya yang merasa tergelitik, aku akan membantumu mengelusnya."

Stella Han merasa, tidak ada orang yang bisa sebanding dengan Jordan Bo dalam hal merayu, semua ucapan dan pergerakannya yang secara natural, bisa membuatnya tergila-gila. Sang wanita masih belum sempat berkata, seluruh tubuhnya malah telah digendong memasuki ruang kerja.

Pintu ruang kerja tertutup secara perlahan, sang wanita di tekan di pintu, sepasang tangan telah di tahan oleh tangannya di samping, ciumannya begitu gila dan terus berjalan hingga ke bawah, kaki Stella Han yang tegang sedang gemetaran.

Mereka sangat jarang melakukannya selain di ranjang, ketegangan saat melakukannya di tempat lain, ditambah dengan ciuman sang pria, membuatnya terus gemetaran hingga tak karuan. Sang wanita menggigit bibirnya, pandangan menjadi semakin kabur secara perlahan, nafasnya menjadi semakin kasar, hingga menjadi kacau dan tak terkendali.

......

Taylor Shen keluar dari villa, dan langsung kembali ke perusahaan. Christian Yan merasa sedikit kaget saat melihatnya telah kembali, Taylor Shen menanyakannya, "Apakah janji dengan penanggung jawab dari pihak GK Perancis di sore hari telah dibatalkan?"

"Masih belum." Christian Yan segera menjawab.

"Tidak perlu dibatalkan, kita akan segera ke sana sekarang juga." Taylor Shen berkata dengan wajah tanpa ekspresi, Christian yan segera pergi untuk mempersiapkan data-data.

Pembahasan bisnis dengan penanggung jawab dari pihak GK sangatlah sukses, Taylor Shen mengundang penanggung jawab dari pihak GK untuk makan malam bersama dengan tulus, tapi pihak GK malah menolak. Kedua belah pihak saling berdiri, Taylor Shen mengulurkan tangan dan menjabatkan tangan dengan penangganggung jawab GK, " CEO Shi, berharap semoga kita bisa senang dalam saling bekerja sama."

Senang bekerja sama denganmu!" CEO Shi dari perusahaan GK menganggukkan tangan, dia kembali menarik tangannya, dan pergi sambil menyertakan asistennya.

Sepasang tangan Taylor Shen dimasukkan dalam kantong celana, dia membalikkan badan dan berjalan ke samping jendela, memandang awan dengan perubahan tak menentu yang berada di kejauhan sana, sepasang matanya menggelap dan mendalam. Keanehan dari Tiffany Song telah dilihat oleh matanya sendiri, beberapa hari ini, selain membiarkannya mencium sekali setelah terus dipaksa olehnya barulang kali, sang wanita tidak akan pernah membiarkannya menyentuhnya sedikit pun.

Beberapa hari yang lalu masih baik-baik saja, tapi tiba-tiba malah menjadi seperti ini, membuat sang pria terus berusaha mengingat apa yang telah terjadi belakangan ini. Tiffany Song ingin putus dengannya, sepertinya bukanlah hanya sekedar lelucon, ada masalah apa yang telah terjadi di dalamnya?

Sang pria mengulurkan tangan dan mengelus keningnya, Tiffany Song menjadi aneh setelah kembali dari desa, saat itu dia telah mengetahui identitasnya, dia bukanlah anak kandung dari Callista Dong, kalau begitu, dia pasti akan pergi menyelidiki identitasnya yang sebenarnya, apakah dia ingin putus dengannya, berhubungan dengan latar belakangnya yang sebenarnya?

Tapi apa hubungan diantara latar belakangnya dengan masalah putus dengannya? Apakah dia merasa tidak pantas bersama dengan dirinya karena dia adalah seorang anak yatim piatu? Ataupun orang tuanya adalah kriminal yang pernah membunuh orang?

Taylor Shen sama sekali tidak mengerti, dia membalikkan badan, menatap Christian Yan yang berdiri dengan diam di belakangnya, berkata: "Christian, utuskanlah orang untuk menyelidiki latar belakang Tiffany secara rahasia, tidak, kamu sendiri saja yang melakukannya, jangan membiarkan orang lain tahu."

Latar belakang Tiffany Song pasti memiliki cerita yang mendalam, kalaupun sang wanita ingin putus dengannya bukan karena latar belakangnya, tapi pasti berhubungan erat dengan hal ini.

"Baik, CEO Shen, aku akan melaksanakannya sekarang juga." Christian Yan mengatakan.

Setelah Christian Yan pergi, di dalam ruangan hanya tersisa Taylor Shen seorang, dia berdiri di samping jendela, melihat langit yang mulai menjadi gelap secara perlahan, hingga malam hari telah tiba, seluruh jiwanya seakan-akan telah berbaur dengan kegelapan langit malam di luar jendela itu.

Taylor Shen kembali ke Sunshine City, Bibi Lan baru saja selesai membuatkan makan malam, saat Angelina Lian mendengar suara alarm pengunci mobil, dia langsung turun ke bawah dengan girang, sore hari, dia dari lantai atas melihat Tiffany Song telah pergi dengan membawa koper, hatinya merasa sangatlah gembira. Kakaknya lah yang paling pintar, dengan adanya bantuannya, Tiffany Song benar-benar telah keluar dari villa.

Sang wanita merasa begitu senang hingga ingin memainkan petasan untuk merayakannya.

Berjalan ke depan dan melihat Taylor Shen masuk ke dalam, ekspresinya seketika langsung berubah, melihat Taylor Shen dengan ekspresi penuh kekhawatiran, "Taylor, aku dengar-dengar, kakak ipar telah pergi dengan membawakan koper, apakah kalian telah bertengkar?"

Taylor Shen melihatnya sejenak, lalu membungkukkan badan pergi mengambil sandal rumah, pergerakan Angelina Lian lebih cepat daripada dia, sang wanita mengeluarkan sandal dan meletakkannya di hadapan sang pria, memandangnya dengan pandangan merayu. Taylor Shen menurunkan pandangan melihatnya, mengingat Tiffany Song beberapa hari ini begitu memperhatikan dirinya, selain tidak membiarkan dirinya menyentuhnya, semua hal tetap dilakukan olehnya sendiri, apakah sang wanita melakukan semua ini adalah untuk pergi meninggalkannya?

Sang pria mengganti sepatu dan memakai sandal dengan diam, masuk ke dalam ruang tamu. Setiap sudut dari ruang tamu telah menyisakan bayangan sang wanita, tidak bisa langsung melihat sang wanita saat pulang ke rumah, membuat sang pria sangat tidak terbiasa. Taylor Shen melepaskan jasnya, langsung ada sepasang tangan yang menerimanya, sang pria sambil membalikkan badan sambil berkata: "Tiffany......"

Saat melihat sosok wanita yang berdiri di sampingnya, suaranya terhenti, matanya menggelap.

Ternyata memang tidak boleh terbiasa terhadap keberadaan seseorang, karena setelah dia pergi, hatinya juga akan ikut terbawa bersama kepergiannya.

"Taylor, aku sangat mengkhawatirkanmu, apakah kakak ipar tidak akan kembali lagi?" Angelina Lian memeluk jaketnya, hatinya menjadi sangat bergejolak, akhirnya dirinya telah memiliki kesempatan untuk melayaninya, meskipun hanya bisa membantunya mengambil sandal rumah, ataupun melepaskan jas, semua ini sudah termasuk hal yang membahagiakan baginya.

"Dia akan kembali, jangan khawatir." Taylor Shen langsung berjalan memasuki ruang makan, mana mungkin putus dengan semudah itu? Dengan tanpa izin darinya, jangan harap sang wanita bisa kabur dari sisinya.

Senyuman di sudut bibir Angelina Lian seketika menjadi menurun, kenapa Taylor Shen masih tidak menyerah, apa sebenarnya yang bagus dari wanita yang sudah pernah menikah itu, kenapa sang pria hanya memilihnya seorang saja?

Angelina Lian membalikkan badan, dengan diam pergi menggantungkan jas, lalu ikut masuk ke dalam ruang makan, dia mendekat ke sisinya Taylor Shen, menarik kursi ke sampingnya, baru saja hendak mendudukinya, Taylor Shen langsung memalingkan kepala memandangnya, "Angelina, duduklah di seberang, ini adalah tempatnya Tiffany."

Raut wajah Angelina Lian langsung berubah, menjadi sangat buruk. Sang wanita menggertakkan gigi, menahannya sekuat tenaga, kemudian melepaskan kursi itu, dan duduk di seberang sang pria, "Apakah kalian telah bertengkar? Kenapa dia harus pergi dengan membawakan koper?"

"Anak kecil jangan bertanya terllau banyak, makanlah." Taylor Shen mengambil sumpit, berusaha membuat dirinya terlihat tidak terpengaruh, sang pria besok akan pergi menjemputnya pulang, karena dirinya tidak perlu membuat dirinya merasakan mendapatkan lalu kehilangan di tempat ini.

Angelina Lian memiringkan bibirnya, "Aku bukanlah anak kecil, kalau dihitung-hitung, aku seumuran dengan kakak ipar."

Meskipun Angelina Lian terus memanggilnya sebagai kakak ipar, namun lubuk hatinya telah sangat membenci panggilan ini, lagipula Taylor Shen bukanlah kakaknya, jadi kenapa dirinya harus memanggil Tiffany Song sebagai kakak ipar? Tapi dirinya tahu, usahanya saat ini pasti akan menghasilkan balasan nantinya.

Taylor Shen melihatnya sejenak, tidak menanggapinya.

Setelah selesai makan, Taylor Shen langsung naik ke atas, kembali ke kamar, sang pria melepaskan baju dan masuk ke kamar mandi, setelah selesai mandi, baru ia sadari, sang pria lupa membawakan baju tidur, kemudian membukakan pintu kamar mandi, berteriak ke arah luar: "Tiffany, bantu aku mengambilkan baju tidur."

Sang pria menunggu selama satu menit, di luar begitu kosong, hatinya seketika langsung menjadi hampa. Sebelum hari ini, asalkan dia berteriak sekali, sang wanita akan segera muncul di hadapannya dalam waktu beberapa detik, tapi kini, dia melihat kamar yang begitu sunyi, hatinya merasa begitu kesepian dan nyeri.

Sang pria membalutkan handuk dan keluar, berdiri di tengah kamar yang kosong, sesaat kemudian, sang pria menarik selimut, saat hendak berbaring, matanya langsung merasa silau karena kilauan yang menusuk mata itu. Sang pria melekukkan kakinya dan berlutut di lantai, mendekatkan badan mengambil kalung itu, ini adalah kalung yang diberikannya kepada sang wanita.

Pantas saja saat dirinya melihat sang wanita hari ini, selalu merasa ada yang kurang di badannya, lalu apa maksud dari pengembalian kalung ini kepadanya? Taylor Shen tiba-tiba menjadi marah besar, sang pria bisa mentoleransi seluruh kekesalan kecil dan perbuatan onar yang dilakukannya, tapi satu-satunya hal yang tidak bisa diterimanya adalah pergi meninggalkannya.

Sang pria dengan erat menggenggam kalung itu, Tiffany, apa yang telah terjadi sebenarnya? Kenapa kamu lebih bersedia membuatku seperti orang gila yang penuh dengan keresahan, daripada bersedia untuk memberitahukanku kebenaran?

Nafasnya tersumbat hingga ke lubuk hatinya, mengakibatkan sebuah rasa sakit, sang pria duduk di atas ranjang, mengambil ponsel, membuka Wechat, dan mengetik pesan dengan cekatan, sang pria melihatnya sesaat, tapi terakhir malah menghapusnya, dan berubah menjadi langsung mengirimkan pesan suara.

Tiffany Song telah tertidur pulas sepanjang sore, saat ini malah dipanggil bangun oleh Stella Han, tahu bahwa dirinya tidak bersedia untuk turun dan makan, makanya dia langsung mengantarkannya ke kamar, "Tiffany, makanlah sedikit."

Tiffany Song bersandar di ujung ranjang sambil memeluk bantal, ekspresinya terlihat begitu sedih, "Aku tidak selera."

"Tetap harus makan meskipun tidak berselera, patuhlah, bagaimana kalau aku menyuapimu?" Stella Han menyilangkan kakinya dan duduk di hadapannya, di tengah perkataannya, dia benar-benar menyendokkan sesendok bubur dan menyodorkannya ke samping bibirnya. Dia tahu Tiffany Song sedang tidak berselera, makanya khusus menyuruh orang untuk memasak bubur.

Tiffany Song benar-benar tak bisa makan, akhirnya dia tahu apa yang namanya keputusasaan lebih menyakitkan dari pada kematian, jelas-jelas mereka saling mencintai, tapi malah tidak bisa saling bersatu, hal apa lagi yang lebih membuat orang merasa putus asa selain hal ini?

Stella Han merasa tak berdaya dan menarik tangannya kembali, meletakkan sendok kembali ke dalam mangkuk, berkata: "Tiffany, melihatmu begitu sedih seperti ini, aku menjadi semakin tidak berani untuk mencintai."

"Stella, keadaanmu dengan Jordan Bo tidak akan sama sepertiku, jangan menjadi takut karenaku, aku pasti akan kembali membaik." Tiffany Song berusaha untuk tersenyum terhadapnya.

Stella Han berkata dengan sedih: "Tiffany, jangan tersenyum lagi, kalau ingin menangis, tangislah dengan keras hingga puas, kamu akan melupakannya setelah menangis, lalu akan memulainya dari awal, bagaimana?"

Tiffany Song tidak mengatakan apapun, dia berpikir, dirinya sepertinya tidak akan pernah bisa bangkit kembali. Di dunia ini, tidak akan pernah ada orang kedua seperti Taylor Shen lagi, membuat dirinya yang jelas-jelas tidak mungkin bisa bersama, tapi tetap saja terus menyerbu ke arahnya bagaikan kumbang yang menyerbu ke bara api.

Tepat pada saat ini, ponselnya bergetar sesaat, sang wanita mengambil ponsel, di atas layar terdapat sebuah pemberitahuan, teman Wechatmu telah mengirimkan sebuah pesan untukmu. Sang wanita merasa ragu sejenak, lalu membukanya, saat melihat Taylor Shen si dewa Tiffany, air matanya hampir mengalir keluar.

Foto profil di Wechat telah diganti dengan foto mereka berdua yang saling berciuman di tengah paparan cahaya lilin malam hari itu, di dalamnya terdapat sebuah pesan, Stella Han melihatnya terus melamun memandang ponselnya, lalu mulai berdiri dan membawa keluar nampan.

Mungkin pada saat ini, dia sama sekali tidak memerlukan penghiburan, melainkan hanya ingin mengatasi lukanya seorang diri.

Sesaat kemudian, baru Tiffany Song menekan pesan suara itu, di dalam kamar yang sunyi, tiba-tiba terdengar suara Taylor Shen yang sedikit serak itu, "Istriku, pulanglah, jika ada masalah, mari kita hadapi bersama."

Tiffany Song seketika langsung menangis, keputusasaan dan rasa sakit menyelimutinya, panggilan "istriku" ini telah menjadi sesuatu yang tidak bisa didapatkan meskipun dirinya begitu mengharapkannya, dia menelungkup di ranjang, air mata mengalir keluar dan terjatuh.

Taylor, kamu tahu tidak? Aku adalah adik perempuan yang telah kamu cari selama 20 tahun ini, bagaimana mungkin aku sanggup menerima panggilan "istriku" darimu?

Novel Terkait

Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu