You Are My Soft Spot - Bab 157 Kamu Akan Menyelamatkan Siapa Dulu? (1)

Taylor Shen kembali ke hotel, baru saja berdiri di depan lift, sepasang pintu lift telah terbuka, dia melangkahkan kaki masuk ke dalam, seorang pria keluar dari dalam lift. Saat keduanya saling berpapasan, pria itu tiba-tiba menghentikan kakinya, berdiri di depan pintu lift, melihat Taylor Shen yang berdiri tegak di dalam lift, dia berkata dengan diiringi tawaan sinis: "Taylor, kalau kamu tidak mampu melindunginya, maka mohon kamu melepaskannya. Pasti akan ada orang lain yang akan melindunginya."

Taylor Shen mengangkat kepala, melihat paras sang pria yang rupawan, dahinya mengerut sedikit, "Karry, selalu ada suatu hal yang membuatku kebingungan, kepribadianmu berbeda saat di depan orang dan di belakang orang, kamu berpura-pura seperti ini, di saat yang sama malah berpenampilan memiliki perasaan mendalam tanpa penyesalan, mau kamu perlihatkan kepada siapa? Apakah kamu tidak merasa begitu menjijikkan?"

Karry Lian melangkah mendekat selangkah, dengan pandangan mata yang tajam menatapnya, nada bicaranya sangat menusuk, "Sejijik apapun aku, mana mungkin bisa sejijik dirimu? Kamu menyatakan mencintainya, tapi malah membuatnya mengalami segala cobaan yang ada, Taylor, kamu tidak pantas untuk bersama dengannya!"

Taylor Shen tertawa, berkata: "Karry, kusarankan kamu untuk menjauhinya!"

Setelah mengatakannya, dia menekan tombol menutup pintu, Karry Lian mundur selangkah, melihat pintu lift yang tertutup secara perlahan, kedua pria yang berada di dalam dan di luar lift saling bertatapan, saling berselisih. Sudut bibir Taylor Shen sedikit melekuk, pintu lift telah tertutup, dan bergerak ke atas.

Tangan Karry Lian yang berada di samping badan terkepal membentuk tonjokan, dia berdiri di depan pintu lift selama beberapa detik, setelah itu, baru membalikkan kepala dan pergi dengan cepat.

Taylor Shen kembali ke lantai kamar eksklusif mewah, ketika dua orang polisi yang berjaga di depan pintu melihat Taylor Shen telah kembali, mereka langsung memberikan jalan, Taylor Shen mengambilkan kartu kamar dan membuka pintu, "Tit" terdengar sebuah suara, pintu kamar terpental, sang pria mendorong pintu dan masuk ke dalam.

Sang wanita melihatnya sambil melamun.

Taylor Shen menundukkan kepala, melihat cincin yang ada di samping kakinya, sang pria berjongkok memungutnya, melangkahkan kaki, berjalan ke sisinya dnegan perlahan, mengambilkan kotak merah di samping tangannya, memasukkan cincin ke dalamnya, lalu menutupnya, memasukkannya ke dalam kantong jas bajunya.

"......" Tiffany Song melihat semua pergerakannya, merasa kehilangan kata-kata, bukankah ini dibelikan untuknya? Bukankah dia sekarang seharusnya memanfaatkan kesempatan ini untuk memakaikannya ke jari tangannya? Kenapa dia malah memasukkannya kembali?

Taylor Shen menatapnya dengan tatapan mata yang tenang, "Tiffany, apakah ada sesuatu yang ingin kamu katakan padaku?"

Tiffany Song melihatnya dengan kaget, sang pria kelihatannya sedang memusingkan sesuatu, Tiffany Song tersenyum dan mengatakan: "Tidak ada, kenapa? Kamu tadi pergi ke mana?"

"Benar-benar tidak ada?" Taylor Shen kembali mengatakannya.

Tiffany Song tiba-tiba teringat Karry Lian pernah datang, Karry Lian baru saja pergi, mereka mungkin saling bertemu di lantai bawah, sebenarnya hal ini tidaklah perlu disembunyikan darinya, hanya saja Taylor Shen sangatlah tidak suka terhadap Karry Lian, sang wanita berkata dengan hati-hati: "Tadi setelah kamu pergi, aku sangat takut, lalu aku menerima panggilan telpon dari Karry Lian, kemudian aku memberitahukan alamatku kepadanya, dan akhirnya dia benar-benar datang kemari, aku tidak membiarkannya masuk, dia telah berdiri di luar kamar beberapa saat, dan menjelaskan masalah sebelumnya dengan jelas, kamu... tidak marah, terhadapku bukan?"

"Kalau kamu takut, kenapa tidak menelponku?" Taylor Shen mengerutkan keningnya, sang wanita baru saja mengalami trauma, sang pria memang tidak seharusnya meninggalkannya seorang diri di dalam hotel, tapi kalau tidak pergi ke sana sendiri, amarahnya tidak akan bisa reda.

"Ada kok, baru saja aku ingin menghubungimu, ponselku langsung berdering, aku berpikir dia dulunya telah sering membantuku, bahkan sertifikat pengacaranya sampai dicabut demi membelaku di pengadilan, ada beberapa hal yang sebaiknya dikatakan secara langsung, menurutmu benar tidak?" Tiffany Song mengamatinya dengan berhati-hati, melihat apakah ada tanda-tanda kemarahan di wajahnya yang tampan, dia akan merasa tenang setelah memastikannya.

Taylor Shen menghela nafas, sang pria mengulurkan tangan memeluknya, dagu di sandarkan pada kepalanya, hidungnya diselimuti oleh aroma shampoo yang wangi, berkata: "Tiffany, aku marah, karena aku merasa cemburu, berjanjilah padaku, lain kali jauhi dia sejauh mungkin."

"Aku telah menyatakannya dengan tegas terhadapnya." Tiffany Song bersandar di pelukannya, dengan perlahan mengulurkan tangan memeluk pinggangnya, sudut pandangannya melirik ke bercak darah yang terdapat di kemeja putihnya, dia segera menegakkan badannya, mengulurkan tangan menunjuk ke jejak darah di bajunya, berkata dengan panik: "Taylor, dari mana datangnya bercak darah di bajumu, apakah kamu telah terluka?"

Taylor Shen menangkap tangan sang wanita yang meraba sembarangan di tubuhnya, berkata sambil menggelengkan kepala: "Tiffany, aku tidak kenapa-napa, kamu jangan panik."

"Jadi dari mana datangnya bercak darah di bajumu, kamu telah pergi ke mana tadi?"

Taylor Shen terbungkam, namun tidak boleh jujur terhadapnya, dia kembali memasukkannya ke dalam pelukan, berkata: "Aku tidak kenapa-napa, juga tidak terluka, jangan mengkhawatirkanku, hmm?"

"Taylor, lain kali jangan melakukan hal yang akan membuatku khawatir, boleh tidak?"

"Baik!"

Mereka berdua saling berpelukan sejenak, Taylor Shen tiba-tiba teringat akan sebuah hal, lalu dia mengeluarkan sebuah kalung dari kantong di jasnya, itu adalah kalung yang ditinggalkan Tiffany Song dengan meletakkannya di atas bantal saat meninggalkan Sunshine City, dia memegang kalung itu, dan memakaikannya kembali ke lehernya Tiffany Song, berkata terhadapnya: "Tiffany, lain kali, tidak peduli apapun yang terjadi, tetap jangan pernah melepaskan kalung ini, mengerti?"

Tiffany Song menundukkan kepala melihat kalung tulang di lehernya, dia mengingat terhadap ucapan manis tentang tulang ketiga yang dikatakannya, sang wanita menganggukkan kepala, "Baik, aku tidak akan pernah melepaskannya lagi."

Sepasang tangan Taylor Shen memegang wajahnya, jari tangan yang lembut bergesekan dengan pipinya, melihat cap jari di wajahnya, hatinya terasa bagaikan telah diremas dengan kuat, sang pria memalingkan kepala, dengan lembut mencium pipinya, dia berbisik: "Tiffany, aku tidak akan pernah membiarkan orang lain mampu melukaimu lagi."

Mata Tiffany Song melekuk sedikit, bersandar ke pelukannya perlahan-lahan, berkata: "Taylor, aku sudah kantuk, mari kita istirahat."

"Baik." Taylor Shen membungkukkan pinggangnya, menggendongnya, dan berjalan menuju kamar dengan perlahan.

Keesokan harinya di sore hari, Taylor Shen dan Tiffany Song menaiki pesawat untuk pulang ke negeri asal, pesawat telah lepas landas, Tiffany Song memalingkan kepala melihat pemandangan jalan yang begitu ramai, New York, tempat di mana Taylor Shen telah hidup selama sepuluh tahun, sampai jumpa, tempat ini memberikan rasa takut terhadap sang wanita, mungkin saja Tiffany Song tidak akan pernah menapakkan kakinya kembali ke sini.

Perjalanan udara menempuh waktu selama belasan jam, pesawat mendarat tepat waktu di bandara Kota Tong, Tiffany Song tetap turun dari pesawat dengan digendong oleh Taylor Shen. Keluar dari bandara melalui jalur khusus, Budi telah menunggu mereka di sana, dia segera membukakan pintu di barisan belakang, ketika mereka berdua telah naik ke mobil, baru dia kembali menutup pintu, lalu memasukkan koper yang diantarkan oleh petugas bandara ke bagasi mobil, setelah itu baru membalikkan badan dan naik ke mobil, menggerakkan mobil dan mengemudikannya.

"CEO Shen, apakah perjalanan kali ini menyenangkan?"

Taylor Shen mengangkat pandangan melirik Budi sejenak, berpikir sesaat, menjawab, "Setengah kebahagiaan dan setengah kesengsaraan."

Budi seketika tidak mampu mengerti maksudnya, lalu kembali melihat ekspresi Taylor Shen yang terlihat tidak ingin menjelaskannya sama sekali, dia tidak berani untuk menanyakannya lebih lanjut, dan hanya fokus dalam mengendarai mobil. Ada jalan bercabang di depan mata, yang satunya berjalan menuju Vanke City, dan yang satunya lagi menuju Sunshine City, dia tak tertahankan untuk menanyakan: "CEO Shen, pergi ke Vanke City atau ke Sunshine City?"

Taylor Shen menundukkan kepala melihat Tiffany Song yang masih tertidur, berkata: "Pergi ke Sunshine City."

......

Saat Tiffany Song bangun, hari sudah petang, dia duduk di ranjang, kepalanya masih terasa pusing, seluruh dirinya bagaikan masih berada di udara, memiliki perasaan yang terasa tidak nyata. Dia melihat dekorasi ruangan yang familiar di depan mata, setelah beberapa saat kemudian, baru mengingat dirinya berada di mana.

Mereka telah kembali ke Kota Tong, dan di sini adalah kamar utama dari Sunshine City.

Sang wanita menyibakkan selimut, bangun dan turun dari ranjang, keluar dari kamar utama, baru saja berjalan hingga di lorong, dia langsung mendengar suara "Prang" di bawah, terdengar ada suara suatu benda yang telah pecah. Dia mempercepat langkah kakinya, berjalan ke ujung tangga, langsung mampu melihat suasana di lantai bawah sedang terlihat sedikit aneh.

Angelina Lian memakai gaun, lalu mengenakan jaket berwarna ungu pudar, berdiri di depan Taylor Shen, di depannya terdapat pecahan-pecahan keramik porcelain, sepertinya suara pecahan tadi adalah suara pecahan vas keramik porcelain ini.

Dia berdiri di ujung tangga, tidak turun ke bawah, kalaupun dia turun sekarang, dia tetap tidak akan mampu melakukan apapun.

"Taylor, katakan padaku, bahwa ini bukanlah kenyataan!" Angelina Lian menunjukkan jarinya ke arah laporan hasil pemeriksaan DNA di atas meja, menangis terisak-isak.

Taylor Shen berdiri di sana, wajah tampannya penuh dengan aura dingin dan serius, berkata: "Angelina, kamu sangat tahu jelas, laporan hasil pemeriksaan DNA di New York tidak akan pernah muncul kesalahan, kamu adalah adik perempuan yang telah kucari selama 20 tahun lebih ini."

"Tidak mau, aku tidak ingin menjadi adikmu."Wajah Angelina Lian penuh dengan tangisan, hatinya merasa sangatlah putus asa.

"Angelina, apakah tidak baik jika memiliki kakak yang akan menyayangimu di masa depan? Aku ingat kamu pernah berkata, kamu berharap bisa memiliki sebuah keluarga yang hangat, dan tidak akan merasa kesepian lagi, mulai dari sekarang, kita akan menjadi keluarga yang paling dekat, dan tidak akan pernah berpisah lagi." Taylor Shen melihat penampilannya yang menangis dan mengalirkan tangisan dengan deras, spontan melembutkan suaranya, membujuknya dengan lembut.

Angelina Lian menggelengkan kepalanya sekuat tenaga, "Taylor, dari awal hingga sekarang, yang kuinginkan bukanlah menjadi keluargamu, melainkan......"

"Angelina!" Taylor Shen membentaknya, "Sebelum hasil pemeriksaan DNA keluar, aku boleh membiarkanmu beromong kosong sebelum hasil DNA-nya keluar, tapi mulai dari sekarang, kamu adalah adik perempuan kandungku, semua pemikiran yang tidak-tidak itu, jangan pernah kamu pikirkan lagi, kamu mengerti?"

Angelina Lian mendongakkan kepala menatapnya, dia ingin tidak perlu mengkhawatirkan apapun, tapi terakhir malah berubah menjadi tidak terima, masalah telah menjadi seperti ini, dirinya tidak bisa melakukan ataupun mengatakan apapun lagi selain menjadi adiknya. Tak berdaya.

"Biarkan aku menyendiri, aku harus mencerna kenyataan ini dengan perlahan." Angelina Lian memegang kepalanya, perlahan-lahan membalikkan kepala, berjalan ke atas.

Tiffany Song berdiri di atas tangga, melihat Angelina Lian hendak naik ke atas, dia tidak mampu bersembunyi darinya, dan hanya bisa berdiri diam di tempat. Angelina Lian melihatnya, pandangan mata memancarkan kebencian yang sangat kuat di baliknya, terus menatap Tiffany Song tanpa mengalihkan pandangan mata, kebencian itu bagaikan seekor ular dingin yang melilit di tubuhnya, dia merasa sedikit sesak.

Jarak Angelina Lian dengannya semakin lama semakin dekat, dia berdiri mengkaku di sana, hingga kedua orang saling berpapasan, Angelina Lian tiba-tiba berkata dengan suara serak terhadapnya: "Tiffany, jangan kira kamu telah menang, siapa yang bisa tertawa di akhir, masih belum bisa di pastikan."

Hati Tiffany Song menjadi murung melihat wajah Angelina Lian yang penuh dengan kebencian, Angelina Lian malah tidak lagi melihatnya, membalikkan badan dan naik ke lantai tiga.

Tiffany Song melihat sosok punggungnya, Angelina Lian telah berubah, cinta yang tak mampu diraih membuatnya berubah menjadi seorang iblis. Di dunia ini, hubungan darah adalah satu-satunya halangan yang tidak bisa dihancurkan, dia tidak tahu, Angelina Lian akan berubah menjadi seperti apa nantinya, dia hanya merasa sangat ketakutan.

Taylor Shen berdiri di ruang tamu, dari sudut pandangnya, dia tidak mampu melihat apa yang telah terjadi di atas tangga, dia membungkukkan pinggangnya mengambil laporan hasil pemeriksaan DNA di atas meja, jelas-jelas menemukan Tiara harusnya merupakan sebuah hal yang dirasakan gembira, tapi mengapa dia malah merasa begitu lelah?

Dia merebah di atas sofa, kepalanya sangat pusing.

Sepasang tangan mungil yang lembut bagaikan tak bertulang menekan keningnya, sang pria merasa kaget sejenak, saat memalingkan kepala dan melihat dia adalah Tiffany Song, dia seketika menghela nafas lega, "Sudah bangun? Bagaimana keadaanmu?"

Tiffany Song membantunya memijat keningnya dengan lembut, sang wanita berkata: "Aku baik-baik saja, kamu tidak perlu mengkhawatirkanku, sebaliknya, kamu malah terlihat tidak begitu baik. Demi menjagaku, kamu tidak beristirahat di pesawat, pergilah ke atas untuk tidur sejenak, bagaimana?"

Tiffany Song memalingkan kepala melihatnya, mata sang pria telah penuh dengan urat nadi merah, kelihatannya sangatlah letih. Mereka hanya bisa beristirahat dengan nyenyak selama dua hari saat baru tiba di Amerika, selain itu, setelah sang wanita diculik, Taylor Shen tidaklah pernah tidur dengan tenang lagi, dalam perjalanan terbang selama belasan jam untuk pulang, dia terus menjaga dirinya yang mabuk udara, juga tidak bisa beristirahat dengan baik.

Meskipun dia adalah orang yang kuat bagaikan besi, tapi setelah tidak tidur dengan baik selama beberapa hari berturut-turut, dia tetap tidak akan mampu menanggungnya.

Taylor Shen memejamkan kepala beristirahat, pikirannya kembali memunculkan gambaran Angelina Lian menangis tersedu-sedu tadi, dia seketika menjadi sangat kacau, menarik tangannya sang wanita, sang pria membuka matanya, berdiri dari sofa, "Aku sangat lelah, boleh menemaniku tidur bersama?"

Tiffany Song menganggukkan kepala, Taylor Shen memutari sofa, mengulurkan tangan merangkul pinggangnya, dan naik ke lantai atas. Bibi Lan melihat mereka semua telah pergi, baru mulai mengambil sapu untuk membersihkan pecahan keramik di ruang tamu.

Di dalam kamar utama, Tiffany Song duduk dengan bersandar ke ujung ranjang, Taylor Shen tidur di atas kakinya, nafasnya dengan perlahan-lahan telah menjadi stabil. Sang wanita menundukkan kepala melihatnya, paras wajahnya begitu menawan, lekukan wajahnya sangat berkharisma, meskipun telah tertidur lelap, bibir tipisnya tetap tertutup rapat, begitu serius bagaikan seorang kakek tua.

Novel Terkait

Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu