You Are My Soft Spot - Bab 148 Ini Pacar Baruku (3)

“Ah, CEO Shen bisa saja memujinya,” balas Karry Lian datar. Ia tidak memedulikan sikap dingin Taylor Shen padanya. Setelah menegak habis bir dan menaruh gelasnya di meja, ia bangkit berdiri: “Aku masih ada urusan. Cabut dulu ya.”

Karry Lian keluar dari ruang privat. Christian buru-buru menghampiri Taylor Shen dan bertanya: “CEO Shen, dia kok ada di sini?”

“Ia dapat separuh hak pengembangan Proyek Kota Dalam Kota.” Tatapan Taylor Shen sangat garang. Ia bertanya balik ke Christian: “Jadi ada urusan apa Tiffany Song kemari?”

“Ikut pesta perjodohan.”

Mendengar jawaban ini, tatapan Taylor Shen jadi semakin garang. Karry Lian terkejut sekali sampai mundur-mundur menjauh. Melihat Taylor Shen berjalan cepat keluar ruang privat, ia segera mengikutinya dari belakang.

Hall lantai tiga sangat riuh dan ramai. Ketika Tiffany Song berjalan masuk, pandangan sebagian besar pria langsung tertambat padanya. Ia tidak menyadari diperhatikan mereka sampai sebegitunya. Ia mengambil sebuah bir buah dan mencicipinya. Rasanya cukup enak.

Seorang pria berjas biru tua menghampirinya. Melihat Tiffany Song minum bir buah dengan sangat anggun, ia langsung berpikir ini wanita yang paling memenuhi seleranya malam ini. Ia membuka perbincangan, “Wanita cantik, boleh berkenalan?”

Tiffany Song mendongak. Pria itu berwajah kotak dan penampilannya sangat biasa. Ia ingin mengabaikannya, tetapi kemudian teringat ia kemari untuk mencari teman baru. Tidak ada salahnya menanggapi pria ini dengan bersahabat. Ia pun menjawab, “Halo, aku Tiffany Song.”

“Jose Che.” Pria itu gantian memperkenalkan namanaya. Meleihat Tiffany Song tersenyum padanya, sekujur tubuh Jose Che terasa melayang-layang. Ia mengamati Tiffany Song dari atas ke bawah. Wanita ini tidak memakai perhiasan apa-apa, tetapi dilihat dari pakaiannya, sepertinya dia orang yang sangat kaya raya.

Ia jadi semakin jatuh hati pada Tiffany Song. Wanita ini sudah cantik, kaya lagi. Kalau ia beerhasil mendapatkannya, ia tidak perlu pusing dengan urusan keuangan. Derajat sosialnya juga akan ikut naik. Ia mencoba membujuk Tiffany Song bercerita soal pekerjaannya: “Kamu kerja di mana? Wanita secantik kamu ini kok bisa-bisanya masih ikutan pesta perjodohan?”

Tiffany Song menegak habis bir buahnya, lalu mengambil satu gelas lagi dan menjawab: “Aku kerja di sebuah perusahaan kecil, gajiku tidak tinggi. Soal ikut pesta perjodohan, aku kemari hanya untuk menemani teman. Biar ramai saja.”

“Oh begitu, temanmu itu harusnya banyak-banyak ajak yang model kamu begini nih. Di hall ini, selain kamu, yang lain cacat semua,” sindir Jose Che.

Tiffany Song mengernyitkan alis dengan gusar. Ketertarikannya pada pria ini langsung buyar. Jose Che daritadi berbicara dengan sangat blak-blakan dan sarkastis, padahal mereka baru berkenalan. Kalau saja Jose Che tahu ia sudah pernah menikah sebelumnya, pria itu pasti tidak akan sungkan untuk menghina-hina dirinya.

“Maaf, aku kemari hanya untuk meramaikan saja. Aku tidak mau ganggu waktumu untuk cari pacar. Silahkan, silahkan,” ujar Tiffany Song sambil bangkit dari kursinya dan pergi. Pria berikutnya yang mengajak dia berkenalan tidak bertanya soal gajinya, melainkan langsung menyatakan cinta dan memintanya jadi ibu rumah tangga penuh waktu setelah menikah. Pria itu juga mewajibkannya menghormati ayah ibunya dan tidak boleh membalas meski mereka memukul.

Tiffany Song baru sadar pesta perjodohan sangat menyeramkan dan menjijikan. Pantas saja pria-pria di sini tidak punya pacar. Mereka ini aneh-aneh semua, juga tidak paham bagaimana cara memperlakukan wanita agar si wanita merasa terhormat.

Ia menyesal datang ke sini. Meski ia ingin buru-buru dapat pacar baru dan menikah, cara yang ia tempuh tidak seharusnya begini. Baru ia mau pergi, di hadapannya datang lagi seorang pria. Tanpa menatap pria itu, ia langsung menolak: “Maaf, aku kemari hanya untuk meramaikan saja.”

“Tiffany Song, ini aku.” Melihat wajah Tiffany Song yang gelisah, Karry Lian tidak tahan menahan senyum.

Tiffany Song mendongak. Melihat Karry Lian tersenyum ramah, hatinya perlahan berangsur tenang. Ia merespon: “Bikin kaget saja, aku pikir kamu...... Kamu kemari cari jodoh juga?”

“Iya. Dari dulu tidak pernah bisa dapat jodoh, jadi ya coba-coba saja datang kemari,” jawab Karry Lian, entah bercanda atau serius.

“Ah ngaco saja kamu, masa CEO sebuah perusahaan yang masuk bursa saham kesulitan dapat pacar? Coba kamu teriakkan jabatanmu di atas panggung, aku jamin pasti langsung ada sederet wanita berbaris di sana,” ledek Tiffany Song.

“Kamu sendiri bakal ikut berbaris tidak?” Raut Karry Lian langsung berubah serius saat menanyakan ini.

Tiffany Song terhenyak. Teringat cerita Stella Han waktu itu, ia menjawab canggung dengan kepala tertunduk, “Aku tidak pantas. Aku pernah bercerai.”

“Aku tidak peduli dengan masa lalumu.”

“Karry Lian......” Tiffany Song menjawab lemas tidak berdaya. Kriteria pria yang ia cari di sini hanya dua, yakni baik dan bisa diandalkan. Yang paling ideal adalah tidak ada cinta di antara mereka berdua, yang paling penting adalah mereka bisa makan dengan cukup setiap hari. Ia tidak perlu berkorban pada pria itu, juga tidak perlu mengharap imbalan. Dengan begitu, meski hubungan mereka tidak intim, pernikahan mereka akan tetap stabil. Ia mengidamkan hari-hari berumah tangga yang datar seperti ini.

Jadi, tidak peduli seberapa keras usaha Stella Han untuk menjodohkannya dengan Karry Lian, ia tidak pernah tertarik menanggapinya. Ia tahu ia tidak akan bisa membalas pengorbanan Karry Lian kalau mereka berpasangan.

Selagi menunggu Tiffany Song menjawab, Karry Lian baru sadar model rambut Tiffany Song berubah. Pria itu bertanya, “Tiffany Song, mengapa kamu potong rambut?”

Tiffany Song mengelus-elus rambut pendeknya. Hatinya berdesir. Ia sungguh kelewatan polos. Ia pikir, dengan memotong pendek rambutnya, ia akan bisa menghilangkan semua kerumitan dalam hatinya. Kenyataan membuktikan tindakannya ini tidak berdampak apa-apa.

“Berhubung kamu juga datang kemari untuk mencari jodoh, mengapa kamu tidak coba terima aku? Aku setidaknya paling paham kamu dibanding pria-pria tidak dikenal ini. Kamu juga cukup kenal aku kan,” bujuk Karry Lian. Ia berbicara dengan sangat lembut karena cemas Tiffany Song merasa terpojok.

“Karry Lian, kamu orang baik. Aku tidak ingin menyakitimu.” Tiffany Song kekeuh pada pendiriannya. Ia tidak ingin menerima pria lain selain Taylor Shen. Kalau ia berpasangan dengan Karry Lian, berarti ia sudah melanggar pendiriannya sendiri.

“Tiffany Song, izinkan aku merawatmu, boleh?”

Belum sempat Tiffany Song membalas, tiba-tiba terdengar teriakan bernada sindiran, “Ada apa nih? Sepertinya ada seorang bajingan yang mau merebut kekasih pria lain ya? Wow, luar biasa.”

Tiffany Song refleks mencari sumber suara itu. Taylor Shen berjalan keluar dari kerumunan orang-orang dan menghampiri mereka. Tiffany Song sangat panik, mengapa dia bisa ada di sini?

Melihat kehadiran Taylor Shen yang tiba-tiba di hadapannya, Karry Lian merasa gusar. Ia berujar sinis: “Aku belum menikah, Tiffany Song juga belum menikah. Atas dasar apa aku harus mengabari CEO Shen dulu kalau aku ingin mendekatinya?”

Taylor Shen berjalan mendekati Tiffany Song. Ia memegangi pinggang wawnita itu seolah ingin mengumumkan pada dunia bawah Tiffany Song adalah miliknya seorang. Ia kemudian menatap Karry Lian, “Cinta yang CEO Lian dambakan tidak ada hubungannya sama sekali denganku. Yang jadi masalah adalah Tiffany Song itu milikku. Kalau kamu ingin mendekatinya, kamu harus dapat izin dulu dariku.”

Dua pria super menawan memperebutkan seorang wanita. Pemandangan unik ini langsung menyita perhatian orang-orang di sekitar mereka bertiga. Para wanita menunjuk-nunjuk Taylor Shen dan Karry Lian sambil berteriak-teriak histeris seolah bertemu idolanya.

Dua pria ini terlihat sangat royal. Jas keduanya murni jahitan tangan, harganya pasti ratusan juta rupiah. Si wanita yang di tengah-tengah itu, jelas-jelas dia punya dua pilihan yang sama berkualitasnya, mengapa dia masih datang ke pesta perjodohan coba? Dasar serakah ih!

Tiffany Song menyadari orang-orang mulai mengerumuni mereka. Ia tidak ingin pertengkaran ini jadi urusan besar. Ia berjuang sekuat tenaga melepaskan tangan Taylor Shen dari pinggangnya. Dengan wajah merah, ia berteriak, “Taylor Shen, lepaskan aku!”

“Lepaskan kamu biar kamu bisa goda pria-pria lain ya? Jangan harap aku akan memenuhi permintaanmu.” Pegangan Taylor Shen semakin kencang.

Cengkraman Taylor Shen yang semakin kuat ini jelas membuat pinggang Tiffany Song sakit. Ia protes, “Ini kamu namanya menyakitiku.”

Mendengar keluhan Tiffany Song, Karry Lian mengernyitkan alis, “CEO Shen, dia bilang kamu sudah menyakitinya, dengar tidak? Kalau kamu pria sungguhan, lepaskan dia.”

“Hehe, pria yang menggoda wanita milik pria lain memangnya pria sungguhan ya? Karry Lian, aku peringatkan kamu sekali lagi, Tiffany Song adalah wanitaku. Jangan harap kamu bisa merebutnya dariku, kalau tidak jangan salahkan aku kalau aku melakukan sesuatu padamu.” Setelah selesai dengan ancamannya, Taylor Shen segera menyeret Tiffany Song keluar hall.

Dengan susah payah, Tiffany Song akhirnya berhasil lepas dari seretan Taylor Shen. Pria itu langsung menatapnya dengan terkejut. Sambil merapikan rambut, Tiffany Song melampiaskan kekesalannya: “Taylor Shen, aku perlu bilang berapa kali? Kita sudah putus.”

“Tiffany Song, kemari!” ujar Taylor Shen dingin. Ia tidak menerima permintaan putusnya, jadi mwreka belum putus. Kalau pun sudah putus, Tiffany Song tidak pantas datang ke pesta perjodohan seburu-buru ini. Bukankah itu sama saja dengan tidak menghargai perasaannya sebagai mantan?

“Tidak mau!” Tiffany Song menggeleng. Ia tidak boleh berhubungan lagi dengan Taylor Shen. Itu kakak kandungnya sendiri. Jangan sampai ia dan Taylor Shen sama-sama masuk neraka hanya karena cinta.

“Jangan sampai aku memanggilmu tiga kali.” Taylor Shen jelas sekali kelihatan sudah murka.

Orang-orang sudah berapi-api melihat keributan di antara mereka. Pria ini betul-betul CEO yang ganas dan posesif.

Christian dari tadi berdiri di belakang Taylor Shen. Melihat raut wajah si bos, ia memberi kode mata pada Tiffany Song untuk menuruti perintahnya dulu. Kalau ada urusan apa-apa, nanti bicarakan di rumah. Di sini ada banyak orang, kalau bertengkar nama baik Taylor Shen akan tercemar.

Tiffany Song paham betul temperamen Taylor Shen. Kalau mereka hanya bertengkar biasa, ia bisa berkompromi dan memaafkannya. Yang jadi masalah sekarang adalah pemisah di antara mereka bukan sebuah masalah yang bisa diselesaikan, melainkan norma kepantasan dan adat-istiadat. Ia jelas tidak boleh melangkahi keduanya.

“Tiffany Song, jangan kesana!” Karry Lian mengingatkan dari belakang.

Taylor Shen sudah kehilangan kendali atas emosinya sepenuhnya. Pria itu bisa melakukan apa saja tanpa memedulikan konsekuensinya, tetapi ia tidak bisa. Mereka jelas-jelas punya hubungan darah. Sekali pun ia gagal melenyapkan diri dari kehidupannya, ia tidak boleh kembali mendatanginya untuk memenuhi hasrat cintanya.

Tiffany Song memejamkan mata. Hatinya membuat sebuah keputusan dengan cepat. Begitu membuka mata, semua kepedihan dalam tatapannya lenyap seketika. Ia merangkul lengan Karry Lian, lalu sambil tersenyum lebar berujar: “Kakak Keempat, ini pacar baruku. Kalian ternyata sudah saling kenal ya, berarti aku tidak perlu perkenalkan satu sama lain lagi.”

Wajah Taylor Shen bertambah muram mendengar ini. Bukan hanya soal panggilan “Kakak Keempat” Tiffany Song padanya, tetapi juga soal isi kata-katanya. Rongga dadanya seperti dipenuhi api yang siap membakar siapa pun yang memprovokasi kemarahannya hidup-hidup.

Pernah ada masa di mana hatinya merasa sangat tersentuh ketika Tiffany Song memanggilnya “Kakak Keempat”. Tetapi, sekarang, begitu dipanggil begitu, yang ada di hatinya hanya kemarahan bercampur keputusasaan. Ia mengepalkan kedua tangannya erat-erat dengan geram. Ia mencengkeram bahu Tiffany Song dan memerintah dingin: “Ikut aku!”

Melihat wajah Tiffany Song yang pucat dan tidak tersenyum lagi, Karry Lian mengernytikan dahi. Ia mencengkeram lengan Taylor Shen dan berujar: “Tuan Shen, kamu tidak dengar pernyataannya barusan? Tiffany Song sekarang sudah jadi pacarku, mohon lepaskan tanganmu dari tangannya.”

Taylor Shen tidak peduli sama sekali dengan Karry Lian. Ia berujar sekali lagi pada Tiffany Song, “Jangan berani-berani kamu ucapkan kata-kata barusan lagi!”

Tifffany Song meringis menahan cengkeraman Taylor Shen pada lengannya. Ia tahu persis apa konsekuensi yang akan ia terima kalau ia mengucapkan kata-kata barusan lagi, tetapi ia tetap akan mengucapkannya agar ia bisa terbebas darinya.

“Karry Lian adalah pacar baruku.”

Taylor Shen melepaskan tangan Tiffany Song. Api kemarahan di matanya padam tidak bersisa. Tiffany Song sontak merasa iba dengannya. Ternyata begini ya rasanya menyakiti pria yang paling ia sayang.

Ia memandangi sosok Taylor Shen yang berjalan lunglai keluar. Baru jalan beberapa langkah, Taylor Shen tiba-tiba berbalik badan. Tiffany Song bisa melihat api kemarahan dan kebencian yang kembali berkobar dalam tatapannya. Tatapan itu mengarah ke Karry Lian.

Melihat Taylor Shen bersiap menghujankan bogem mentah ke Karry Lian, tanpa berpikir panjang, Tiffany Song langsung menempatkan kedua tangannya di depan Karry Lian. Pukulan yang mengandung jutaan bola api kemarahan itu sudah diihempaskan dan kini tengah bergerak kencang menghampiri tangannya. Tiffany Song memejamkan mata dalam-dalam……

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu