You Are My Soft Spot - Bab 311 Masih Berani Sembunyi, Apakah Ingin Mati? (3)

"Kamu tidak perlu mempedulikan ini, naiklah." Taylor merangkul bahunya dan membawanya kelantai atas.

Vero tidak bisa merebut kembali hpnya, dia tidak tahu juga kemana perginya James membawa Erin, dia hanya bisa membatalkannya saja, dia kembali ke kamar pasien, dia duduk disamping ember yang sedang membakar arang, tangannya kedinginan parah, udara yang dikeluarkan dari mulutnya langsung berubah menjadi asap putih.

Sungguh dingin sekali!

Tidak lama kemudian pengawalnya pulang sambil membawa makanan, suhu terlalu dingin, toko sudah tutup pagi-pagi, mereka mencari kemana-mana barulah menemukan satu toko dan membeli sedikit daging sapi dan sup kambing, serta ada sedikit bakpao, mereka hanya bisa makan itu dulu saja.

Vero melihat mereka membeli banyak makanan, dia membagikan sebagian besar kepada para pengawal, awalnay mereka tidak berani mengambilnya, hingga setelah Taylor menundukkan kepalanya barulah mereka berani menerimanya dan keluar.

Disini lingkungannya tidaklah bagus, tidak seperti di kota Tong yang punya kamar pasien mewah, didalam kamar pasien masih bisa ada dapur.

daging supnya membeku karena cuaca dingin, Taylor mencari sebuah gelas yang terbuat dari aluminium dan memasukkan sup kedalamnya dan diletakkan disamping ember arang untuk dipanaskan, Vero memang sudah lapar, namun ketika melihat daging sapi dan bakpao, dia tidak punya selera, dia makan beberapa daging sapi lalu tidak makan lagi.

Melihat begini, Taylor lalu merobek bakpaonya menjadi kecil dan memasukkannya kedalam sup kambing,tidak lama kemudian, sup kambing panas dan mendidih, suara mendidih terdengar terus, sebuah aroma daging kambing tercium.

Vero langsung bernafsu makan, Taylor mengambil sebuah sendok sekali pakai dan mengambil sesendok lalu ditiup dingin, barulah diletakkan kemulut Vero, disaat ini, Vero juga tidak malu-mal lagi, dia meminumnya.

Sup panas masuk kedalam tenggorokan, rasa mengigil didalam tubuh hilang, Taylor terus menyuapinya, tidak disadari, dia sudah meminum lebih dari setengah, melihat Taylor yang hanya menyuapinya terus dan tidak makan, Vero mengelengkan kepalanya, "Aku sudah kenyang, kamu makan saja."

Taylor tidak memaksanya untuk memakan lebih banyak lagi, dia minum sup sambil makan daging sapi disertai bakpao, mereka nyaris tidak pernah makan seperti begini diluar, mereka biasanya berada di restoran mewah.

Namun ditempat yang bersalju seperti begini, mereka berdua berada ditempat yang tidak lebih luas dari pada 10 meter persegi lagi, mereka memakan sup kambing yang sederhana, mereka ternyata merasa sangatlah bahagia.

Setelah makan malam, salju tidak berhenti, Taylor membiarkannya baring ditempat tidur biar tidak masuk angin.

Vero membuka sendalnya dan baring diatas kasur, Taylor setelah membereskan sampah-sampah juga ikut masuk kedalam selumutnya, dia mengulurkan tangannya dan memeluk Vero, Vero mengelak beberapa kali, namun tidak bisa terbuka, dia lalu membiarkannya.

Terkadang Vero merasa dirinay sungguh berguna, dia terus saja mengingat kebaikan dan tidak ingat dengan yang buruk, sekali terpikiran begini, Vero terus merasa ingin merubah dirinya, "Taylor, didalam hatimu, apakah kamu benar-benar merasa aku ada apa-apanya dengan Karry?"

Hari Taylor awalnya melayang, dia sedang membayangkan sesuatu adegan dewasa, namun ketika mendengar pertanyaan ini dari Vero, pikirannya buyar, dia duduk tegak dan menatapinya, "Tiffany, aku itu karena iri barulah mengatakan kata-kata marah, kamu jangan terbawa ke hati."

"Orang sering bilang bahwa bertengkar tidak ada kalimat baik, karena ketika bertengkar akan mengeluarkan semua kata-kata dendam yang biasa tertimbun didalam hatinya, kamu benar, aku tidak bisa membuktikan bahwa aku dan Karry bersih." Vero berkata dengan kecewa, sekalipun dia tidak ada apa-apanya dengan Karry, namun didalam ingatannya, dia pernah dipaksa melakukan gerakan tidak senonoh dan difoto, dia tidak tahu kapan foto ini akan muncul, sekali dipublikasi, maka dirinya dan Taylor akan menghadapi masalah besar.

"Tiffany!" Taylor merapatkan giginya, dirinya benar-benar melukai Vero, ucapan adalah senjata tajam yang sekali digunakan akan susah untuk ditarik kembali.

"Aku dikurung dua tahun, aku mengalami banyak hal kotor yang tidak bisa kamu bayangkan, Taylor, aku sudah bukan diriku yang bersih yang bersama denganmu, kamu jangan terus begini terus, aku tidak pantas." Vero menundukkan tatapannya, dia memang sednirian terjebak didalam ini, bagaimana mungkin dia bisa berani berpikiran untuk bisa mendapatkan kebahagiaan.

"Tiffany, apapun yang telah kamu alami, cintaku terhadapmu juga tidak akan berubah, penderitaanmu juga merupakan penderitaanku, jangan menolakku, biarkanlah aku menemanimu, ok?" Taylor tidak akan dengan polosnya mengira tidak ada apa-apa yang terjadi dengan Vero selama 2 tahun di kurung, dia sudah melakukan rencana paling buruknya, meskipun begitu, dia juga tidak akan melepaskannya.

Vero merasa sedih, "Mengapa kamu mau begini? Apakah kamu tahu itu akan membuatku sangatlah kesusahan?"

"Tiffany, aku tidak peduli apapun, aku hanya mempedulikanmu saja." Taylor mengulurkan tangannya dan mencoba untuk memeluk Vero, namun malah ditolak oleh vero, "Suatu hari nanti kamu akan menyesal>"

"Tidak, aku tidak akan menyesal hingga aku mati."

Semalam itu mereka tidak melakukan apapun lagi, hingga hampir pagi, salju diluar sana akhirnya berhenti, Vero dibangunkan oleh kebiasaan dirinya, ketika dia membuka matanya, muncul beberapa adegan dihadapannya, namun sebelum dia melihatnya dengan jelas, adegan itu menghilang lagi.

Dia berdiri dan mengarahkan kepalanya kearah Taylor yang sedang tidur, dai tinggi dan kakinya panjang, kasur pasien yang kecil ini tidak bisa membuatnya terbaring lurus, dia hanya bisa menyusutkan badannya saja.

Vero terpikiran dengan percakapan kemarin, matanya memerah, Taylor sungguh keras kepala, bagaimanapun dirinya mengatakannya dia terus tidak mau dengar, Vero menghempaskan nafasnya, dan turun dari kasur, baru saja dia memakai sendal, lelaki yang dibelakangnya langsung berkata dengan suara mengantuk, "Kamu mau kemana?"

"Ke toilet." Vero keluar tanpa membalikkan kepalanya.

Ketika keluar dari toilet, Vero tidak ingin kembali ke kamar pasien, dia langsung turun, pengawal terus saja mengikutinya dari belakang, seolah takut dia lari saja.

Dia ingin mencari makanan di kantin, ketika melewati ruang data, dia bertabrakan dengan seorang suster, data pasien ditangan suster terjatuh semua, Vero bergegas berjongkok dan membantunya memungut berkas-berkas itu.

Vero melihat sebuah berkas, dari luar terlihat sangatlah familiar, dia melihat isinya dan didalamnya tertulis tangan, dibenaknya langsung muncul seorang dokter yang baik, dia tersenyum bahagia, "Bayi didalam kandungan tumbuh dengan baik, beberapa minggu lagi akan melahirkan, beberapa minggu ini harus hati-hati, jika ada ketidaknyamanan, segeralah datang ke rumah sakit."

Vero terlihat sedikit bingung, berkas ditangannya ditarik oleh suster, susternya berkata, "Terima kasih."

Vero sadar kembali, dia melihat susternya akan pergi, dia bergegas mengejarnya, "Suster, kalian sini apakah masih menyimpan berkas 7 tahun yang lalu?"

"7 tahun yang lalu sudah tidak ada lagi, waktu itu klinik kebakaran dan semua berkasnya terbakar." Suster tidak begitu mengerti akan kepanikannya.

Vero ingat bahwa Marco bilang kliniknya kebakaran barulah diperbaiki lagi, dia menarik tangan suster dan berkata, "Apakah semua berkasnya terbakar, tidak ada yang tersisa?"

"Ada sih, waktu itu berhasil berhasil mempertahankan sebagian, namun terus saja diletakkan begitu saja dan tidak ada yang mengurusnya, yang penting-penting itu sudah dibangun ulang lagi datanya oleh para pasien, berkas-berkas itu juga tidak akan dipertanyakan lagi." kata suster.

Vero mengerutkan keningnya, dia berkata, "Aku pernah berobat diklinik ini, apakah kamu boleh memberikan berkasnya kepadaku, aku cari apakah punya milikku apa tidak."

"Ini........" Suster sedikit ragu-ragu, "Aku juga tidak bisa membuat keputusan, bagaimana jika kamu pertanyakan kepala rumah sakit saja?"

Meskipun semuanya adalah berkas yang tidak terurus, namun rumah sakit biasanya akan menjaga privasi pasien, jadi dia seorang suster biasa saja juga tidak bisa mengambil keputusan.

Vero melihat susternya akan pergi, dia menarik tangan susternya dan berakta, "Hal kecil ini tidak perlu melibatkan kepala rumah sakit kan, aku lihat sebentar saja, jika tidak bisa menemukan milikku aku akan pergi, aku tidak akan menambah masalahmu."

Sambil berkata, dia mengeluarkan setumpuk uang dan memasukkannya kedalam pakaian suster, susternya menolak beberapa kata lalu berpikir bahwa ini sebenarnya juga bukanlah sebuah hal besar, dia lalu membawa Vero ke ruang berkas.

Ruang berkas adalah sebuah ruangan yang kecil, didalam sana penuh dengan debu, bisa dilihat bahwa itu adalah tempat peletakkan barang-barang serba-serbi, didinding bahkan ada jaring laba-laba.

Suster menunjuk kearah sebuah karton yang penuh dengan debu, dan berkata, "Sisa berkasnya semuanya ada disana, kamu cari saja."

"Terima kasih." Vero bergegas kesana, karton itu dilakban, dia melepaskan lakbannya dan debu langsung bertebaran, Vero batuk, dia membuka karton itu dan berkas didalamnya sudah terbakar hingga berbentuk aneh, dipinggirnya juga sudah semuanya menjadi hitam.

Dia jongkok dilantai, dia mengambil sebuah berkas dan melihatnya satu per satu, suster melihat dia sedang melihat satu persatu, lalu dia pergi keluar.

Vero melihatnya satu demi satu, ada yang 4 5 tahun yang lalu, ada yang 6 7 tahun yang lalu, juga ada yang belasan tahun yang lalu, ingin menemukan berkas yang diinginkannya benar-benar susah sekali.

Mungkin setelah melihat semuanya juga tidak bisa menemukan berkasnya.

Vero sudah mencari sangat lama, hingga belakangnya terdengar suara lelaki yang berat, dia kaget, berkas ditangannya terjatuh dilantai, dia langsung membalikkan badannya, ketika melihat Taylor berdiri dibelakangnya, Vero lega, "Kapan kamu datang?"

Taylor kemari, dia menunggu belasan menit di lantai atas, melihat dia tidak kembali, dia mencari hingga kemari, barulah dia tahu dia berada didalam ruang berkas, Taylor berdiri dihadapan Vero, melihat sepasang tangannya sudah penuh dengan kotoran, dilantai ada segumpulan berkas, dia mengerutkan keningnya, "Apa yang kamu cari?"

"Cari berkas." Vero menundukkan kepalanya, bukan, bukan, bukan, semuanya bukan, tidak ada berkas yang ingin dicarinya.

Tidak dirasa, seisi karton sudah hampir habis dilihatnya, Taylor berjongkok disampingnya, "Untuk apa kamu mencari berkas?"

"Ketika aku mengandung Anna, aku sepertinya pernah datang diperiksa disini." Vero sepertinya ingat sedikit adegan, namun dia tidak bisa mengingatnya dengan jelas, hanya dengan menemukan berkasnya, barulah mungkin bisa yakin dirinya pernah diperiksa disini atau tidak.

Taylor menyipitkan matanya, "Kamu dikurung dua tahun, kamu tidak mungkin datang untuk diperiksa."

"Iya, justru karena tidak mungkin makanya aku harus menemukan berkasnya, mungkin dengan ditemukannya berkas akan membantuku mengingat beberapa kejadian lampau." Kata Vero, hanya berkaslah yang bisa membuktikan apakah dirinya dipenjara atau tidak, apakah semua ini asli atau tidak.

Taylor mengerti maksud Vero, dia berkata, "Aku bantu kamu saja."

Vero menghalanginya, "Sebentar lagi akan selesai dicari, aku sudah membuat tanganku kotor, kamu jangan membuat tanganmu kotor juga."

Taylor tidak mempedulikannya, dia mengulurkan tangannya untuk mencari berkas, mereka beradu kecepatan, tidak lama kemudian, berkasnya tinggal satu, mereka mengambilnya bersamaan, Taylor menatapi Vero, Vero sedikit menggunakan tenaga dan mengambil berkasnya.

Berkasnya sudah terbakar, ditambah lagi waktu memadamkan api, banyak tulisan sudah pudar dan tidak bisa dibaca lagi, Vero melihat kebelakang, tulisan dibelakang masih terhitung jelas, dihalaman terakhir tulisannya sedikit pudar namun masih bisa terbaca.

Luna Bai, 20 tahun, pukul 2 subuh melahirkan seorang......., tulisan paling pentingnya sudah terbakar oleh api.

Novel Terkait

My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu