You Are My Soft Spot - Bab 11 Terima Kasih Sudah Membuatku Jadi Seperti Ini

Tiffany Song keluar dari vila dan dari kejauhan mengamati William Tang, yang sedang berdiri di bawah pohon depan sambil merokok. Ia seperti tengah bernostalgia ke lima tahun lalu. Saat itu, William Tang memanjat dari tembok luar, duduk di bawah pohon itu sambil menjepit sekuntum mawar merah dengan mulut, dan menatapnya lekat-lekat: “Tiffany Song, aku mencintaimu dan aku ingin menidurimu. Bersediakah kamu menikah denganku dan membuatku bisa menidurimu seumur hidup dengan legal?”

Saat itu Tiffany Song merasa lamaran William Tang sangat romantis. Ia langsung menerimanya tanpa pikir panjang. Kini ia sadar, ia saat itu sungguh bodoh karena tidak menangkap petunjuk dari kata-kata William Tang. Pria itu hanya mau menidurinya, dan begitu tahu ia sudah tidak perawan lagi, sikap pria itu langsung berubah serratus delapan puluh derajat.

Tiffany Song berjalan perlahan mendekatinya. Ketika berjarak dua langkah dari William Tang, ia berhenti sejenak. Ia menikmati bau mawar yang bercampur dengan udara, sungguh harum dan enak dihirup. Ia mendongakkan kepala menatap bunga-bunga itu. Dari sela-sela daun pohon, cahaya matahari tembus menyinari wajahnya.

William Tang mematikan rokoknya. Ia menatap curiga Tiffany Song, yang tengah memejamkan mata menikmati bau mawar. Ia kemudian mendeham. Wanita yang dulu ia pandang sempurna ini baginya sekarang hanya seseorang yang tidak bernilai. Tidak ada nilainya, tetapi ia juga sayang untuk membuangnya.

Lima tahun lalu, wanita inilah yang mengkhinatinya, mengkhianati cinta mereka!

William Tang berkata dingin, “Tiffany Song, kamu bilang apa pada Paman Keempat?”

Tiffany Song menoleh dan menjawab dengan nada meremehkan: “Kalian sudah melakukan semuanya, baik yang memang seharusnya kalian lakukan maupun yang tidak, masa takut aku bilang apa-apa padanya? William Tang, aku tidak paham mengapa dia, kamu kan jelas-jelas tahu……”

“Tiffany Song, masa kamu tidak tahu mengapa dia? Karena dia bersih, dan kekasih pertamanya memang aku. Sementara kamu, siapa kekasih pertama kamu?” ujar William Tang memotong kata-kata Tiffany Song. Nada bicaranya penuh kebencian.

Wajah Tiffany Song pucat. Kata-kata William Tang ini untuk kesekian kalinya mencabik-cabik lagi luka di hatinya. Perasaannya sangat terluka hingga ia kesulitan bernafas, “Kamu…… Kamu pernah bilang kamu tidak mempermasalahkannya……”

“Kamu mengapa jadi sepolos ini sampai percaya kata-kata seorang pria?” William Tang menatap Tiffany Song, yang perasaannya terluka, dengan puas. Ia melanjutkan kalimatnya: “Tiffany Song, kamu sungguh kotor! Kamu selama ini seperti lalat yang terjebak di tenggorokanku. Kadang membuatku jijik, tetapi aku tetap menahannya, aku tetap mempertahankan janjiku untuk menikahimu. Coba kamu tanyakan pada dirimu sendiri, sebenarnya bersih atau kotorkah kamu? Kalau sampai kamu berani berbicara sepatah kata pun dengan Paman Keempat, aku akan membuatmu mati segan hidup tak mau!”

Tiffany Song terkejut hingga mundur beberapa langkah. Ia melotot seolah ingin menatap pria di hadapannya sejelas-jelasnya, tetapi tatapan itu semakin lama semakin kabur. Ia berkata, “Kalau begitu, mengapa kamu tidak menceraikanku?”

“Bercerai? Kalau bercerai aku tidak bisa melihatmu menderita dan putus asa lagi dong? Tiffany Song, tidak ada orang yang bisa melarikan diri begitu saja setelah mengkhianatiku.” Melihat Tiffany Song yang putus asa, hati William Tang seketika iba. Kata-kata adalah senjata yang paling ampuh untuk menyakiti hati seseorang, dan ia selama ini memang ingin menyakiti Tiffany Song dan membuat wanita itu menebus semua kesalahannya. Ia selama ini selalu berkeyakinan, hanya dengan melihat wanita itu sakit hatilah kebenciannya bisa mereda.

Tetapi, pada kenyataannya, setiap kali ia melihat wanita itu terluka, hatinya malah remuk dan iba.

Ia benci dirinya yang seperti ini, dan lebih benci lagi dengan Tiffany Song yang membuatnya jadi seperti ini. Mengapa ia tidak bisa melupakan wanita itu meski hubungan mereka tidak bisa diperbaiki lagi? Mengapa ia bisa bertahan selama lima tahun ini?

Tiffany Song dalam hati sadar, pria itu tidak mau menceraikannya bukan karena tidak rela berpisah dengannya, tetapi karena belum cukup menyakitinya. Ia tersenyum kecut, senyumnya semakin lama semakin lebar. Air matanya juga semakin lama semakin deras. Ia kemudian berkata, “William Tang, terima kasih sudah membuatku jadi seperti ini.”

Novel Terkait

Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu