You Are My Soft Spot - Bab 191 Sudah Berhasil Temukan Dia? (3)

Raut wajah Taylor Shen langsung berubah. Tiba-tiba, kepala Tiffany Song juga ikut menyemburkan darah lalu meledak.

Taylor Shen terbangun dengan jidat penuh keringat dingin. Hidungnya bisa mencium bau rumah sakit yang sangat kentara. Sekeliling ranjangnya juga bernuansa putih. Taylor Shen melihat ke luar jendela, langit sudah terang. Satu malam sudah berlalu, ia sekarang harus cari Tiffany Song, wanita itu sedang menunggunya.

Pria itu melepaskan jarum yang ada di tangannya, lalu keluar dari selimut dan turun ranjang. Baru selesai pakai sepatu, pintu kamar dibuka seseorang dengan sangat kencang hingga membentur tembok belakang. Ketika mau menutup kembali, pintu itu kembali dibuka orang.

Sosok William Tang berdiri di depan pintu dengan tatapan penuh kebencian. Auranya sangat tidak enak dan penuh kemarahan. Ia beberapa hari ini pergi dinas ke luar negeri. Ia sengaja merencanakan perjalanan dinas tepat pada hari pernikahan mantan istrinya biar bisa lupa dengan pernikahan itu. Kemarin, mamanya menelepon dan mengabarkan dengan penuh kebanggaan bahwa Tiffany Song mendorong Angelina Lian sampai jatuh dari tangga. Angelina Lian sekarat, sementara Tiffany Song dipenjarakan oleh Tuan Besar Shen. Mama tidak lupa bilang Paman Keempat tidak menghalangi usaha Tuan Besar Shen memenjarai istri barunya sama sekali.

Tanpa memedulikan pekerjaan yang belum selesai, William Tang langsung memesan tiket pesawat balik. Baru turun dari pesawat, ia melihat kabar soal ledakan bom kantor polisi di Weibo. Pelaku utama ledakan itu dicurigai merupakan anggota geng gelap. Yang paling tragis, berita menyebut istri baru seorang pembesar meninggal di tempat.

William Tang saat itu langsung punya firasat buruk. Ketika menelepon teman baiknya, ia baru dikabari ternyata istri pembesar yang disebut-sebut media itu memang Tiffany Song. Bagaimana bisa ia percaya Tiffany Song yang sehat sentosa tiba-tiba bisa meninggal tanpa bilang apa pun?

Mantan suami Tiffany Song itu berduka sekali. Ketika ia pergi ke kantor polisi, area ledakan sudah disegel. Para petugas yang berjaga juga tidak mau membocorkan informasi apa pun.

Dari kantor polisi, William Tang langsung bergegas ke rumah sakit dengan hati murka. Ia ingin membuat perhitungan dengan Taylor Shen. Melihat pria itu baik-baik saja di ruang pasien, kemarahannya semakin membara. Ia mengayunkan sebuah tinju ke badannya.

Yang diserang tidak menghindar dan menerima tinju ini. Mungkin dengan mengalami rasa sakit di tubuh dia baru bisa menurunkan rasa sakit di hati.

William Tang menarik kerah baju Taylor Shen dan bertanya garang: “Tiffany Song aku titipkan padamu untuk dijaga baik-baik. Sekarang kamu kemanakan dia?”

Taylor Shen tidak menjawab. Jiwanya seolah ikut terbawa pergi dengan kematian Tiffany Song. Diamnya Taylor Shen ini membuat William Tang menjadi semakin gemas, “Jawab, sekarang kamu kemanakan dia! Kembalikan dia padaku!”

Satu bogem mentah kembali dilancarkan William Tang pada Taylor Shen. Sudut bibir orang yang ditinju mengeluarkan darah segar. Taylor Shen dalam hati ingin sekali mati sekarang juga. Sakit, sakit sekali. Beruntung, Wayne Shen tiba-tiba datang. Melihat wajah Taylor Shen yang bonyok, ia buru-buru memisahkan keduanya. Sayang, ia juga ikut ditinju di dagu. Dengan menahan rasa sakit, pria itu berkata, “William Tang, jangan pukul dia. Kamu pukul dia sampai mati juga tidak ada gunanya.”

“Pukul dia sampai mati?” William Tang tersenyum dingin. Ia mendorong Wayne Shen dan memaki: “Mana rela aku pukul dia sampai mati? Aku ingin biarkan dia hidup dan menyesal setiap hari, bahkan setiap detik, karena sudah membawa bencana bagi Tiffany Song! Aku ingin dia membusuk dengan semua penyesalannhya. Taylor Shen, selalu ingat baik-baik, Tiffany Song meninggal karena kamu!”

Wayne Shen melihat Taylor Shen yang terbaring di lantai bak anjing mati. Sejak kapan Kakak Keempat tidak melawan ketika disakiti orang? Ia kembali mengalihkan pandangannya ke William Tang, “Cukup. Tidak ada yang lebih sedih dibanding Kakak Keempat. Itu istrinya sendiri.”

“Istri?” William Tang merapikan kerah bajunya sendiri. Dengan perasaan terluka, ia mengecam, “Kalau dia benar-benar menganggap Tiffany Song sebagai istri, ia tidak akan membiarkan polisi membawanya ke penjara.”

“Sudah selesai belum marah-marahnya? Kalau sudah, pergi kamu!” ujar Wayne Shen memperingatkan sambil menunjuk pintu kamar pasien.

Sambil merapikan bagian lain baju yang acak-acakan karena barusan meninju Taylor Shen, William Tang membalas dingin, “Kamu pikir aku senang berlama-lama di sini? Taylor Shen, jaga dirimu baik-baik agar tidak mati. Kalau pun kamu tidak punya semangat hidup lagi, kamu tidak boleh mati. Kamu harus menanggung konsekuensi perbuatanmu!”

Wayne Shen sungguh ingin menamparnya, tetapi ia menahan-nahan diri. Melihat William Tang keluar, ia buru-buru menghampiri Taylor Shen dan memapahnya bangkit dari lantai, “Kakak Keempat, orang yang sudah meninggal tidak akan bisa kembali. Aku turut berduka cita.”

Setelah berucap begini, dagu Wayne Shen tiba-tiba ditinju Taylor Shen. Ia kesakitan hingga refleks mundur. Ia menatap Taylor Shen, Taylor Shen juga menatap dirinya. Yang ia ingin tolong tiba-tiba berkata, “Ia belum meninggal. Aku tidak mengizinkanmu bilang dia meninggal.”

Wayne Shen memegangi dagunya yang ngilu. Pukulan Kakak Keempat barusan sungguh tidak tidak berperasaan. Ia berujar tidak berdaya, “Baik, baik. Itu lukamu dibasuh dan diobati dulu. Aku ingat kamu paling benci kalau ada orang yang memukulmu, mengapa kamu barusan membiarkan William Tang main tangan?”

Wayne Shen kembali berusaha membantu Taylor Shen bangkit berdiri. Depan rumah sakit penuh wartawan yang melaporkan kondisi terkini sepanjang hari. Mereka semua sebenarnya ingin masuk ke dalam, tetapi dicegat para pengawal pribadi Taylor Shen. Peristiwa jatuhnya Angelina Lian dan ledakan kantor polisi yang membunuh Tiffany Song jadi dua topik terhangat di Weibo. Semua orang mengikuti ini. Sebagai suaminya, Taylor Shen juga dapat perhatian publik.

Kemarin baru kawin, sekarang langsung ditinggal mati. Sial sekaligus tragis!

Taylor Shen langsung bangkit berdiri setelah dokter kelar mengurusi lukanya. Wayne Shen buru-buru menahan, “Kakak Keempat, kamu masih harus istirahat untuk memulihkan luka. Kamu mau ke mana?”

Taylor Shen menjawab singkat, “Aku mau cari dia.”

“Kakak Keempat, kamu tidak akan bisa menemukannya. Kakak Ipar Keempat……” Mendapat tatapan tidak senang dari Taylor Shen, Wayne Shen refleks menuduk. Kalau dia ditonjok sekali lagi oleh Kakak Keempat, bisa-bisa ia harus menjalani operasi konstruksi wajah.

“Pokoknya kamu harus pulihkan diri dulu sekarang. Biarlah polisi yang mencarinya,” ujar Wayne Shen membujuk halus. Ia barusan menuturkan kata “mencarinya” dengan setengah ragu. Kakak Ipar Keempat mana mungkin masih hidup, ledakannya saja sangat besar dan berpusat di sel sebelah selnya. Area yang jauh dari pusat ledakan saja ikut hancur, apalagi tubuh dia?

Tetapi ia tidak berani mengatakannya. Ia bukannya takut ditinju lagi, melainkan takut membuat Kakak Keempat putus asa. Biarlah waktu yang menyadarkan dia untuk menerima kenyataan.

Taylor Shen bersikeras turun dari ranjang. Pria itu mengenakan mantel yang ada noda-noda hitamnya. Melihat noda-noda itu, ia teringat kejadian ia menggali bekas ledakan kemarin malam. Taylor Shen meremas bagian bawah mantel itu seolah ingin menyobeknya.

Wayne Shen ikut sedih melihat perasaan kakaknya yang hancur. Ia berusaha menenangkan, “Kakak Keempat!”

“Tiffany Song menghilang begitu saja tanpa berujar selamat tinggal padaku. Wayne Shen, kamu tahu tidak sebenci apa aku pada diriku sendiri? Aku ingin membenturkan kepalaku sendiri ke tembok biar aku mati dan bertemu dia di alam lain!” Taylor Shen memejamkan mata dan air matanya mulai mengalir turun.

Wayne Shen sekarang paham Kakak Keempat sebenarnya tahu istrinya sudah mati. Dia hanya tidak bisa menerima kenyataan saja. Sampai sekarang, Wayne Shen masih merasa dirinya berada dalam mimpi. Kemarin pria tampan yang karismanya menyebar ke seluruh aula tempat pernikahan adalah Kakak Keempat, sekarang yang hancur di hadapannya juga orang yang sama.

“Kakak Keempat, Kakak Ipar Keempat tidak akan menyalahkanmu.”

“Aku yang akan menyalahkan diriku sendiri. Kalau kemarin aku temani dia balik kamar, tidak akan ada orang yang punya kesempatan untuk memfitnahnya. Kalau aku tidak memberi kesempatan bagi penunggang gelap untuk melancarkan aksinya dan tidak membiarkan polisi membawanya ke penjara, ia tidak akan mati seperti ini. Semuanya salahku. Aku pernah bilang ke dia aku akan membuatnya bahagia, namun sekarang aku malah membawanya ke jalan kematian,” keluh Taylor Shen. Tidak peduli bagaimana ia menyalahkan dirinya sendiri, ia tidak akan bisa mengembalikan Tiffany Song ke sisinya lagi.

Wayne Shen tidak tahu bagaimana harus menenangkannya. Dunia tidak mengenal kalau-kalauan….

“Kakak Keempat, aku akan menyuruh Christian kemari membawakan pakaian. Setelah ganti pakaian, kamu baru pergi.” Wayne Shen tidak membujuk Taylor Shen untuk istirahat lagi. Pria itu tidak mungkin bisa tidur, ada banyak sekali urusan yang harus dia selesaikan.

Kemarin, ketika polisi menemukan kalung tulang pemberiannya pada Tiffany Song, ia sontak tahu istrinya itu tidak akan kembali lagi. Teringat kalung tulang, ia merogoh-rogoh kantong untuk mencarinya. Semua kantong di mantel dan celana sudah disentuh, namun kalung tulang itu tidak ketemu. Ia kaget, “Kalung tulangku, kalung tulangku ke mana?”

Wayne Shen tidak paham, “Kakak Keempat, kalung tulang apa?”

“Yang aku kasih ke Tiffany Song. Ia selalu mengenakannya setiap saat. Sekalipun tubuhnya sudah habis dilalap api, kalung tulang itu masih utuh meski ada bagian yang gosong……” Suara Taylor Shen sampai sini sudah terisak, jadi ia tidak kuasa melanjutkan omongannya.

Wayne Shen bisa membayangkan seberapa seramnya ledakan kemarin. Kalung saja bisa gosong, apalagi daging manusia? Ia berusaha menenangkan lagi, “Kakak Keempat……”

Aliran air mata Taylor Shen semakin lama semakin deras. Ia sudah mengelilingi setiap sudut kamar, namun kalung tulang itu tidak ketemu juga. Itu satu-satunya kenangan dia dengan Tiffany Song, jadi tidak boleh hilang. Taylor Shen melepas mantel, mengelus-elus ranjang dan kepala ranjang, namun hasilnya tetap nihil. Ia memanggil-manggil seolah kalung itu punya telinga, “Kalungku ke mana, kalungku……”

Di mata Wayne Shen, kakaknya yang selama ini selalu tenang dan karismatik berubah jadi seorang anak kecil yang merengek mencari boneka kesayangannya. Matanya terasa hangat dan pandangannya mengabur. Ia menghampiri kakaknya itu dan berujar pelan: “Kakak Keempat, aku bantu kamu cari.”

Mereka berdua mencari ke segala sudut ruang pasien hingga kelelahan. Beruntung, kalung tulang akhirnya ditemukan di bagian paling pojok laci kepala ranjang. Begitu melihat Wayne Shen menyorokan benda itu, Taylor Shen langsung merebutnya. Ia menggenggam erat-erat kalung tulang itu bak sebuah harta karun. Air matanya masih tetap turun.

Christian datang dengan membawa pakaian ganti. Hatinya langsung iba melihat kelakuan bosnya. Sambil berjalan masuk, ia menyapa: “CEO Shen, aku sudah bawakan pakaian gantimu. Gantilah.”

Satu malam tidak bertemu, Taylor Shen langsung berubah drastis. Kedua kelopak matanya bengkak karena menangis, tatapannya juga seperti orang linglung. Untung saja saham Shen’s Corp di bursa saham sudah diturunkan dari dulu-dulu, jadi saham itu tidak terkena dampak kejadian ini. Bagaimana bisa bosnya menghadapi hati yang berduka sekaligus saham yang hancur kalau harga saham terpengaruh?

Pihak kepolisian menutup rapat-rapat perkembangan penyelidikan. Yang jelas, Nona Song sudah dipastikan meninggal karena ledakan oleh pihak kepolisian. Hal berikutnya yang harus dikerjakan adalah sesegera mungkin memakankan Nona Song biar jiwanya tenang. Tetapi, mayat Nyonya Song saja tidak ketemu, bagaimana bisa dimakamkan?

Soal media, mereka tidak dapat keterangan terbaru dari kepolisian, jadi mereka pasti akan memusatkan perhatian pada CEO Shen. Sekalinya CEO Shen menampilkan diri, ia pasti akan segera dikerubuti wartawan yang saling berdesakan. Dalam keadaan begini, CEO Shen pasti akan jadi makin stres.

Wayne Shen menaruh pakaian kakaknya di sisi ranjang. Ia berujar pelan: “Kakak Keempat, kami menunggumu di depan.”

Taylor Shen tidak menjawab. Ia terus mengamati kalung tulang dengan nafas sesak. Dalam hati, ia protes keras: Tiffany Song, Tiffany Song……, kamu tega meninggalkanku begini?

Taylor Shen berteriak dalam hati: ajarkan aku bagaimana harus menerima kenyataan ini, siapa pun ayo ajarkan!

Di depan, Wayne Shen bersandar di sisi tembok sambil menatap pintu kamar pasien dengan khawatir. Bagaimana bisa Kakak Keempat melewati ini? Kalau dia tidak bisa melewatinya, mereka harus bagaimana? Christian kebetulan juga mengkhawatirkan hal serupa. Ia berujar pelan: “CEO Shen Kecil, aku sungguh cemas CEO Shen tidak akan bisa melalui semua ini.”

“Ia pasti dan harus bisa.” Wayne Shen membuang nafas pasrah. Ia percaya Kakak Keempat pasti bisa melewati ini semua, sekali pun akan jadi orang yang mati segan hidup tak mau. Kakak Keempat sangat mungkin tidak akan bisa kembali ke karakter aslinya.

Novel Terkait

Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu