You Are My Soft Spot - Bab 81 Aku Ingin Hidup Demi Diriku Sendiri

Menyadari tatapan Tiffany Song terus terpaku ke pintu ruang pasien, William Tang mencoba mengikuti arah pandangannya. Ia hanya keburu melihat sekilas seseorang dengan potongan rambut yang rapi. William Tang mengernyitkan alis, ia tiba-tiba teringat ucapan Taylor Shen padanya di depan pintu masuk gedung Shen’s Corp waktu itu.

Jantungnya berdebar kencang, Ia berkata: “’Tiffany Song, apa kamu dan Paman Keempat……”

Tiffany Song menoleh dan menatapnya dengan alis terangkat, “Kamu sebenarnya ingin bicara apa?”

William Tang menatapnya lekat-lekat. Beberapa lama kemudian, ia menggeleng “Bukan apa-apa.” Di mulutnya William Tang berkata begitu, tapi dalam hatinya ia terus curiga, sepertinya kok ada yang ganjil antara Taylor Shen dan Tiffany Song.

Malam itu, di apartemen Tiffany Song, gerak-gerik Taylor Shen tidak terlihat seperti seorang senior, juga tidak seperti seorang atasan. Ia seperti seorang pria yang memergoki wanitanya membawa pulang pria lain ke rumah. Ia terlihat sangat cemburu.

Ia sebelumnya tidak pernah tertarik memikirkan hubungan Taylor Shen dan Tiffany Song, karena pria sekelas Taylor Shen jelas tidak mungkin mengambil Tiffany Song dari dia. Namun, kata-kata Taylor Shen perlahan memicu kecurigaannya.

Tiffany Song duduk sebentar. Melihat cuaca di luar tiba-tiba mendung, ia langsung bangkit diri dan pamit: “Baik-baiklah memulihkan lukamu. Aku pulang dulu.”

William Tang memandangi kain pembalut luka di tangan Tiffany Song. Ia lalu menatap wajah Tiffany Song yang kemerahan itu: “Tiffany Song, malam ini kamu di sini temani aku, oke?”

Tiffany Song menggeleng, “Ini sudah malam, aku sudah harus pulang.”

Melihat Tiffany Song mengambil tasnya dan langsung bergergas ke arah pintu, William Tang protes: “Kamu setidak sabar ini ya ingin bercerai denganku? Kamu sudah punya orang lain ya di luar sana?”

Tiffany Song, yang tengah memegang engsel pintu, menoleh. Ia menatap William Tang yang terbaring di ranjang pasien. Ia gigit-gigit bibir. Ia tidak mengaku, namun sekaligus juga tidak membantah.

Reaksinya yang seperti ini terkesan seperti mengaku diam-diam. Willaim Tang tersenyum dingin: “Orang lain itu Paman Keempat, betul kan?”

Kedua kaki Tiffany Song langsung lemas. Ia agak tidak tahan terus berdiri, tapi ia mencoba tetap tenang dan melawan: “William Tang, kelihatannya otakmu ikut rusak tertabrak. Sadar sedikit lah kamu. Besok aku tunggu kamu di pengadilan!”

“Tiffany Song, aku pikir sekali pun aku melakukan kesalahan yang tidak bisa dimaafkan, ketika aku kecelakaan kupikir kamu akan bisa memaafkanku. Sepertinya aku terlalu polos, kamu ternyata tidak sebaik yang kubayangkan. Ketika aku mengalami musibah berulang kali, kamu masih tega mau bercerai denganku?” tanya William Tang. Ia sudah mencoba memperbaiki kelakuannya, masa Tiffany Song tidak menyadarinya juga?

Tiffany Song memejamkan mata dalam-dalam. Ia menjawab: “Kamu pernah menolongku, dan aku sangat bersyukur atas itu. Aku delapan tahun lalu selalu merasa berterima kasih padamu, jadi lima tahun ini, meski aku tahu kamu punya wanita lain di luar, aku selalu tutup mata. Aku pikir kamu suatu hari nanti akan tobat, tapi kamu tampaknya tidak akan pernah tobat dan akan memilih terus bersama dengan Lindsey Song. William Tang, sampai sekarang, setiap kali aku teringat dengan apa yang kalian lakukan di rumah kediaman keluarga Shen waktu itu, aku selalu merasa jijik. Kamu memang menyelamatkanku sekali lagi, tapi aku tidak bersedia kembali mengorbankan lima tahun hidupku untuk berterima kasih padamu. Sejak kita pertama kali bertemu ketika usiaku 17, hingga sekarang usiaku 25, aku sudah memberikan tahun-tahun terbaik dalam kehidupan seorang manusia padamu. Sayang sekali pengorbananku ini tidak berujung apa-apa. Aku ingin menghabiskan sisa umurku dengan hidup sendiri.”

“Tiffany Song, aku sudah berusaha menebus kesalahanku, masa kamu tidak menyadari kesungguhan hatiku juga?” William Tang menatap Tiffany Song kecewa, “Tiffany Song, apakah pintu maafmu selamanya tidak akan pernah terbuka bagi orang yang melakukan kesalahan?”

Tiffany Song membuka matanya dan menatap William Tang dengan tenang. Ia berkata: “William Tang, aku tidak bersikap begitu dengan semua orang, aku hanya bersikap begitu dengan kamu. Hubungan kita sudah ada di ujung jurang, buat apa kamu berusaha membujukku lagi? Terima kasih kamu sudah menolongku, sampai jumpa!”

Seusai mengucapkan ini Tiffany Song membuka pintu ruang pasien dan keluar. Baru berjlana dua langkah, tubuhnya ditahan dari belakang dan kemudian terdengar suara William Tang, “Tiffany Song, beri aku satu kesempatan lagi, kali ini aku tidak akan mengecewakanmu.”

Tiffany Song menunduk menatap tangannya yang luka. Ia memejamkan mata sekali lagi dan menjawab dengan suara bergetar: “Bagaimana bisa hati yang sudah terlanjur putus asa dipulihkan seperti sedia kala?”

---------------

Melihat Tiffany Song naik ke atas, Taylor Shen langsung tidak senang. Ia mengitari jalanan sekitar, kembali ke tempat semula, turun dari mobil, lalu ikut naik ke atas. Sesampainya di depan ruang pasien, ia melihat William Tang dan Tiffany Song bergaendengan tangan di dalam. Mereka terlihat sangat harmonis.

Saat itu ada dorongan kuat dalam dirinya untuk masuk ke dalam dan melepaskan tangan keduanya, namun ponselnya tiba-tiba berdering. Jeda waktu ini memberinya kesempatan untuk berpikir rasional. Bersikaplah tenang sedikit, toh mereka besok juga cerai.

Taylor Shen berbalik badan dan bergegas pergi. Baru jalan sedikit, ia menghentikan langkah. Tunggu, tidak ada orang yang mengejarnya? Hatinya jadi makin kesal, dan ia pun mempercepat langkahnya. Ketika sudah masuk lift, Taylor Shen baru mengangkat telepon itu, “Ada urusan apa?”

Suasana hati Taylor Shen yang sedang tidak baik disadari Christian melalui nada bicaranya. Christian dalam hati bertanya, kok CEO Shen masih belum baikan juga ya? Ia lantas berbicara hati-hati, “CEO Shen, laporan penyelidikan sudah keluar, perlukah aku antar ke sana?”

“Aku segera balik ke kantor.” Taylor Shen mematikan telepon itu. Ia meluruskan pandangannya dan menatap bayangan dirinya yang tercermin dalam tembok lift. Pertanyaan tentang apa sebenarnya penyebab kecelakaan ini, apakah sekadar ketidaksengajaan atau ulah manusia, akan segera ditemukan jawabannya.

Lift tiba di lantai G1. Ia melangkah cepat, masuk mobil, dan langsung melaju.

Sekembalinya Taylor Shen ke kantor, Christian langsung mendatanginya sambil menyerahkan laporan penyelidikan padanya. Christian berkata: “CEO Shen, penyebab kecelakaan ini adalah ulah manusia. Mobil barang yang jadi penyebab kecelakaan adalah mobil milik sebuah perusahaan ekspedisi. Supirnya baru bekerja beberapa hari di perusaahan tersebut. Ada orang bilang, sebelum kecelakaan terjadi, supir tersebut ada bertemu dengan William Tang.”

“William Tang?” ujar Taylor Shen sambil membuka cover berkas itu. Beberapa foto jatuh ke tanah. Ia menunduk mengamatinya. Meski jarak matanya dengan foto itu cukup jauh, ia tetap bisa tahu orang di dalam foto itu adalah William Tang.

Christian segera memungut foto-foto itu dan memberikannya ke Taylor Shen. Pria itu kemudian mengangguk dan berkata: “Benar. Kami juga sempat memeriksa rekening bank dan riwayat telepon supir itu. Di rekening banknya ada transfer 1,2 miliar entah dari mana. Dan di riwayat telepon supir itu, satu setengah jam sebelum kecelakaan terjadi, ada seseorang yang misterius terus menelepon supir itu. Kami juga sempat mengecek riwayat perjalanan sang supir. Ia menghindari sisi barat kota agar tidak terhalang kebijakan pembatasan mobil barang, lalu berkendara melewati gedung Shen’s Corp.”

Taylor Shen membaca laporan sembari mendengarkan uraian Christian. Ia berkata: “Lanjutkan penjelasanmu.”

“Si supir berhenti di depan gedung Shen’s Corp selama setengah jam. Ketika Nona Song keluar dari pintu utama Song’s Corp, nomor misterius itu kembali menelepon si supir. Telepon itu hanya berlangsung dua menit, harusnya sih berisi perintah pada si supir. Ketika supir melajukan kendaraannya untuk menabrak Nona Song, nomor William Tang tengah muncul di ponselnya. Telepon itu berlangsung kira-kira sepuluh menit. Persis setelah kecelakaan terjadi, telepon itu langsung berakhir,” ujar Christian sambil bosnya itu dengan hati-hati.

Wajah Taylor Shen muram. Ia memegang kertas di tangannya erat-erat. Ia tersenyum bengis, “Aku sepertinya terlalu memandang remeh keberanian William Tang. Ia ternyata berani membuat perhitungan dengan Tiffany Song.”

Taylor Shen tidak berani membayangkan apa yang terjadi kalau supir itu benar-benar menabrak Tiffany Song. Hanya membayangkannya saja membuat dirinya gemetar. Ia sungguh murka dengan William Tang. Pria itu sudah menggunakan segala cara untuk mencegah perceraiannya dengan Tiffany Song terjadi, jadi jangan salahkan ia kalau ia melakukan pembalasan yang setimpal. Kelihatannya, kalau mereka tidak juga bercerai, Tiffany Song akan terus dijadikan sasaran berbagai ancaman setiap hari.

Christian menghindari tatapan Taylor Shen karena takut, “CEO Shen, sebelum si supir pelaku bertelepon dengan William Tang, ia juga sempat bertelepon dengan satu nomor misterius lagi. Hingga momen sebelum kejadian, nomor itu masih sempat menelepon juga. Aku curiga, kecelakaan kali ini bukan hanya untuk membuat perhitungan dengan Nyonya Song, tapi bisa juga untuk benar-benar mengambil nyawanya.”

Tatapan Taylor Shen terpaku ke deretan nomor-nomor telepon yang tertulis dalam laporan. Ia mengernyitkan dahi: “Ada sempat mengecek nomor itu?”

“Ada. Nomor itu baru didaftarkan hari ini, dan pemilik KTP yang digunakan untuk mendaftarkan nomor itu meninggal karena kecelakaan kemarin lusa, jadi aku tidak bisa menelusuri jejaknya sedikit pun. Setelah kecelakaan terjadi, ponsel itu hilang entah ke mana,” jawab Christian.

“Sepertinya si pelaku punya rencana tersembunyi dari awal. Kalau bisa membunuh Tiffany Song, ia akan bisa menikahi William Tang.” Kerutan di dahi Taylor Shen makin tebal, “Siapa sebenarnya yang sedendam ini dengan Tiffany Song sampai mau membunuhnya?”

“Lingkaran pertemanan Nona Song sangat simpel dan polos, harusnya sih tidak ada orang yang berencana membunuhnya seperti ini. CEO Shen, kamu masih ingat kejadian yang terjadi di lokasi proyek Kota C waktu itu? Aku curiga orang yang ingin dibunuh si pelaku saat itu adalah kamu, bukan Nona Song.” Setelah Christian menerima laporan investigasi ini, ia terus berpikir siapa sebenarnya yang mau membunuh Tiffany Song, tapi ia tidak juga menemukan jawabannya.

Wajah Taylor Shen semakin muram. Ia berbalik badan dan berjalan ke arah lift, “Christian, ayo temani aku pergi ke pusat polisi lalu lintas.”

Christian menggangguk dan buru-buru mengikutinya.

Di pusat polisi lalu lintas, supir mobil barang itu baru saja dilepaskan ketika ia berpapasan dengan Taylor Shen. Melihat wajah Taylor Shen, ia teringat suasana di tempat kecelakaan waktu itu. Hatinya langsung ketakutan, “Kamu…… Kamu mau apa?”

Taylor Shen menatapnya dingin tanpa menjawab apa-apa. Christian maju satu langkah, memegang erat-erat tangan supir itu, lalu berkata: “Ada yang ingin CEO Shen bicarakan denganmu. Patuhlah dan ikut kami.”

Supir itu ketakutan, tapi mau tidak mau ia harus mengikuti mereka. Di luar gedung polisi lalu linta, Taylor Shen berbalik badan dan memberi kode pada Christian untuk melepaskan tangan si supir. Taylor Shen kemudian berkata: “Kami sempat mengecek riwayata teleponmu. Sebelum kecelakaan terjadi, ada nomor misterius yang bertelepon denganmu. Siapa orang di balik nomor itu, dan apa perintah yang ia berikan padamu?”

“CEO Shen, aku tidak angkat nomor misterius itu,” dalih supir itu.

Taylor Shen tersenyum dingin: “Nampaknya kamu tidak akan mengaku sebelum aku lakukan sesuatu yang akan membuatmu menyesal. Saldo rekening bankmu bertambah 1,2 miliar juga. Menurutku, dengan identitas sebagai supir mobil barang, nampaknya bisa mendapatkan 1,2 miliar dalam beberapa hari sangat tidak masuk akal. Bagaimana kalau kita ke kantor polisi, nanti kamu jelaskan baik-baik di sana dari mana 1,2 miliar ini berasal.”

“Itu pinjaman yang istriku dapatkan untuk beli rumah. CEO Shen, kamu jangan menindas orang rendahan seperti ini,” jawab si supir asal.

“Apa? Kamu saja belum menikah! Cepat sebut itu uang dari mana?” debat Taylor Shen sambil menatapnya dengan wajah merendahkan. Ia datang ke sini untuk mencari si supir, dan investigasi sudah dibuat semaksimal dan sedetail mungkin, jangan sampai ia langsung terpengaruh dengan dalih-dalih si supir yang tidak masuk akal.

Supir mobil barang menjawab: “Yang jelas aku tidak tahu kamu sedang bicara apa. Kalian, orang-orang berduit, paranoid sendiri dengan pembunuhan ya? Aku ini juga sibuk tahu, masa aku tiba-tiba bunuh orang.”

Taylor Shen mengangkat foto yang ia pegang, “Kalau tidak mengaku ya tidak apa-apa. Christian, lapor polisi, bilang saja ada pembunuh di sini.”

Melihat foto itu, kekerasan hati dan pendirian si supir langsung runtuh. Ia mengakui kesalahannya dan membeberkan skenario kecelakaan itu dari awal sampai akhir. Tayor Shen mengernyitkan alis, “Kamu pikir William Tang memerintahkan ini semua hanya untuk main “The Hero Saves A Beauty”?”

“Iya. Awal ia mencariku, aku sebenarnya menolak, tetapi ia bilang ia akan memberiku 1,2 miliar di muka, lalu setelah misi berhasil akan menambahkan 800 juta. Ia bilang, asalkan aku bisa membantunya mengejar kembali istrinya, ia bersedia melakukan segalanya.”

“Kalau begitu, sebelum kecelakaan kamu yang kamu telepon itu siapa?” tanya Taylor Shen yang masih tidak percaya.

“Salah nomor itu.”

“Salah nomor belasan kali ke nomor yang sama, kamu pikir aku bodoh?” bentak Christian.

Supir mobil barang garuk-garuk hidung, “Orang itu sedang mengejar pertanggungjawaban seseorang yang bernama CEO Liu. Aku bilang aku bukan CEO Liu. Ia terus meneleponku, dan begitu aku angkat dan dengar suaranya, aku langsung matikan.”

Ketika Christian mau bertanya lagi, Taylor Shen memberinya kode untuk berhenti. Taylor Shen kemudian mengibas-ibaskan tangannya: “Sudah, pergi sana, kalau ada perlu lagi kami akan mencarimu.”

Christian tidak senang melihat gelagat supir mobil barang itu ketika berbalik badan dan mau pergi. Ia bertanya tidak puas: “CEO Shen, jadi kita melepaskannya begitui saja?”

“Ya memang mau bagaimana lagi? Masa mau menangkap dia? Christian, suruh orang membuntutinya selama 24 jam. Siapa yang ia temui, apa yang ia lakukan, semuanya harus dilaporkan padaku.” Taylor Shen berbalik badan dan masuk ke mobil. Ia masih punya banyak urusan yang lebih penting dari urusan ini.

“Baik, CEO Shen,” ujar Christian.

Setelah berjalan cukup jauh, supir truk barang mengambil ponselnya dari tas. Ia mengeluarkan kartu SIM yang terpasang di HP dan menggantiknya dengan kartu SIM satu lagi. Ia kemudian menelepon sebuah nomor. Setelah mencoba menelepon tiga kali, telepon akhirnya diangkat, dan terdengarlah suara tidak senang dari seberang “Bukannya aku bilang, sebelum aku mengontakmu, kamu tidak boleh mengontakku?”

“Tuan, aku ingin mengabarkan sesuatu yang di luar dugaan. Tiffany Song tidak terluka sama sekali,” jawab supir truk barang cemas.

“Dasar sampah kamu. Untuk sementara waktu, jangan hubungi aku.” Orang di seberang sana pun memutus telepon. Supir truk barang mengernyitkan alis. Ia mengeluarkan kartu SIM nya lagi, membuangnya ke tempat sampah, lalu buru-buru pergi.

Novel Terkait

Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu