You Are My Soft Spot - Bab 153 Berhenti Membahasnya, Kita Akan Melakukannya (2)

Wajah Tiffany Song memerah, merasa sedikit canggung, sang wanita berkata: "Atas dasar aku telah begitu berusaha membuatmu tertawa, berikanlah aku sebuah senyuman, bagaimana? Kalau tidak aku akan mengkhawatirkanmu."

Taylor Shen memaksakan diri untuk memberikan sebuah senyuman, memasukkannya ke dalam pelukan, berkata: "Meskipun lelucon ini sangat garing, tapi aku telah merasakan kehangatan di dalamnya, Tiffany, asalkan kamu berada di sisiku, aku tidak akan kenapa-napa, jangan mengkhawatirkanku."

"Meskipun kamu berkata seperti itu, tapi aku tetap saja sangat mengkhawatirkanmu, lihatlah dirimu yang begitu murung seperti ini, makanya aku berusaha untuk membuatmu tertawa. Taylor, melalui kejadian kali ini, aku sangat menghargai setiap menit dan detik ketika sedang bersamamu. Jadi jangan bersedih, setiap cobaan yang diberikan oleh kehidupan ini, semuanya adalah untuk membuat kita menjadi lebih menghargai apa yang kita miliki saat ini, kamu mengerti tidak?" Tiffany Song merebah di pelukannya, mengangkat kepala memandangnya.

Mereka pernah berdiri diantara jarak yang begitu jauh, rasa sakit akibat tidak bisa saling berpelukan ketika ingin berpelukan telah berlalu, sekarang hanya tertinggal hati yang penuh dengan kebahagiaan, sang wanita akan menghargai setiap menit dan detik yang sulit untuk didapatkan ini, menghargai segala hal tentang dirinya.

Taylor Shen menurunkan mata melihatnya, sudut bibir melekuk, "Kenapa hari ini malah berbicara begitu banyak denganku?"

"Itu karena aku ingin membuatmu senang, jika kamu gembira, baru aku bisa merasa gembira. Jadi jangan mengerutkan dahimu lagi, itu akan mempercepat penuaanmu." Tiffany Song berkata dengan jahil.

Taylor Shen menggenggam wajahnya, sengaja berkata dengan wajah galak: "Sekarang sudah merasa aku telah tua?"

"Mana ada?" Tiffany Song tersenyum, mengangkat pandangan mata melihat wajahnya, berkata: "Tapi, aku menyadari kamu beberapa hari ini telah memiliki keriput, sudut matamu pun sudah mulai keriput."

Taylor Shen menangkap tangannya yang nakal, meletakkannya ke samping bibir, mengangakan mulut dan menggigitnya dengan lembut sejenak, "Masih berani bilang, ini akibat penyiksaan darimu yang mengakibatkanku tidak berselera makan dan tidak bisa tidur, aneh jika tidak menjadi tua."

Sela-sela jarinya terasa tergelitik, Tiffany Song spontan ingin menariknya kembali, tapi malah digenggam oleh Taylor Shen dengan erat, dia tertawa girang sejenak, menunjuk ke dirinya dan berkata: "Lihatlah aku, aku juga sudah menua."

Taylor Shen dengan pandangan yang membara menatapnya, jari tangannya mengelus wajahnya yang putih mulus, jakunnya bergerak, hatinya tiba-tiba muncul sebuah gairah, mata phoenixnya perlahan-lahan menjadi gelap, sang pria menundukkan badan, tepat ketika bibir tipis hampir mengemut bibir sang wanita, telinganya tiba-tiba mendengar suara pramugari yang begitu manis, "Tuan, permisi, anda saat ini ingin minum apa?"

Pergerakan Taylor Shen terhenti, bara api di hatinya sedang menjalar ke atas secara perlahan-lahan, Tiffany Song menatap ekspresinya yang menyatakan harsatnya tak terpenuhi, sang wanita berkata terhadap pramugari yang tidak mengerti untuk muncul pada waktu yang tepat: "Berikan dua cangkir susu untuk kami, terima kasih!"

Sang pramugari menyadari dirinya sepertinya telah mengganggu kemesraan mereka, dia langsung bergegas pergi.

Tiffany Song tersenyum, Taylor Shen melihat penampilannya yang tersenyum ceria, sang pria mengulurkan tangan menarik tirai pembatas kabin kelas utama, tangannya yang besar terulurkan, lalu merangkul badannya, menyegel bibirnya dengan ciuman. 4 kelopak bibir saling menempel bersama, sang pria menghela nafas setelah puas, dan memperdalam ciuman ini.

Kedua orang ini saling berpelukan dan berciuman, seketika telah lupa di mana tempat mereka berada sekarang, hingga suara sang pramugari yang manis kembali terdengar di telinga, baru Taylor Shen melepaskannya dengan nafas yang terengah-engah, melihat mata sang wanita yang sedikit menyipit, wajahnya penuh dengan ekspresi malu, sang pria menempel ke telinganya dan berkata dengan suara serak: "Tunggu setelah kita tiba di New York, semua hutangmu selama ini padaku, akan kutagih kembali bersama dengan bunganya."

Wajah Tiffany Song seketika telah menjadi merah membara, melihatnya menyibakkan tirai dengan ekspresi wajah yang normal, dengan sikap yang begitu sopan menerima dua cangkir susu, jantung Tiffany Song berdebar kencang dan tak mampu berhenti.

Taylor Shen menyerahkan salah satu cangkir susu kepadanya, melihat pemandangan di luar sejenak, berkata: "Tidurlah setelah minum segelas susu, masih harus menempuh perjalanan selama belasan jam untuk tiba di Amerika, sangat melelahkan."

"Oh." Tiffany Song menerima secangkir susu, lalu meminumnya seteguk keharuman aroma susu seketika memenuhi lidahnya, dia tak kuasa menahan untuk meminumnya hingga habis, bahkan sampai menjilat bibirnya bersikap tak puas, menjilat tetesan terakhir di sudut mulut hingga bersih.

Sang wanita tidak tahu penampilannya saat ini, begitu menggairahkan saat masuk ke dalam pandangan mata sang pria yang duduk di samping, tatapan mata sang pria menjadi membara, Taylor Shen meletakkan gelas susunya, dengan satu tangan mengail kepalanya, dan kembali menciumnya bibirnya.

Ciuman yang panas, mengangdung tenaga kuat menghisapnya, jantungnya berdebar kencang, seakan-akan hampir copot dan keluar melalui kerongkongannya, merasakan tangan sang pria telah masuk ke dalam bajunya, sang wanita seketika menjadi kaget, segera memegang tangannya dan mengeluarkannya, lalu terdengar suaranya yang kecil di samping telinga, "Ada aroma susu."

Tiffany Song melihat cangkir susu yang tidak tersentuh olehnya, berkata: "Kamu belum meminum susumu."

Taylor Shen menatapnya, pandangan mata begitu mempesona, suaranya telah dilumuri oleh nafsu gairah hingga menjadi begitu rendah begitu berat dan begitu serak, sang pria menggigit cupingnya, merasakan getaran tubuhnya yang singkat, "Sebenarnya aku lebih suka meminum ...... milikmu"

Kata yang kosong menghilang di dalam rongga telinganya, sang wanita tertegun, sekujur tubuhnya memerah dari atas hingga bawah, iblis ini, sebenarnya perkataan apa yang tidak akan dikatakannya, sang wanita sudah hampir meledak.

Tiffany Song mengambil gelas susu di meja dan memasukkannya ke dalam pelukannya, berkata dengan kesal: "Minumlah susumu, jangan berbicara!"

Taylor Shen melihat penampilannya yang menjadi malu itu, sang pria mulai tersenyum, melihat sang wanita melototinya, sang pria bergegas tidak tersenyum, berkata dengan serius: "Aku tahu mukamu begitu tipis, aku tidak akan membahasnya lagi, setelah turun dari pesawat, kita akan melakukannya."

"......" Pikiran Tiffany Song tak kuasa untuk memunculkan gambaran seperti itu, yang benar saja. Sang wanita kembali sadar, segera menenangkan hatinya, jika sang wanita terus bersama dengannya lebih lama, dia akan ikut menjadi buruk oleh pengaruhnya.

Perjalanan terbang selama belasan jam, membuat Tiffany Song mabuk pesawat dengan sangat berat, saat tiba di Amerika, dia sudah tidak tahan saat masih berada di dalam pesawat, langsung bergegas ke toilet dan muntah beberapa kali, Tiffany Song sudah sangat lemah ketika turun dari pesawat, keluar dari bandara dengan digendong oleh Taylor Shen.

Taylor Shen mengembangkan usahanya di Amerika, meskipun sebagian besar dananya telah dialihkan ke dalam negeri, tapi di New York masih memiliki kantor cabang, saat mereka keluar dari bandara, kantor cabang telah mengutus sebuah mobil untuk menjemput mereka.

Taylor Shen menggendong Tiffany Song masuk ke dalam mobil, sangat sedih ketika melihat penampilannya yang begitu lemah, sang pria menurunkan jendela mobil, membuat udara segar masuk ke dalam ruangan mobil, menundukkan kepala melihat dia yang ada di dalam pelukan, sang pria berkata dengan lembut: "Tiffany, bagaimana keadaanmu?"

"Badanku merasa sedikit tidak nyaman, ini adalah pertama kalinya menempuh perjalanan pesawat yang begitu jauh, aku telah membuatmu malu, benar bukan?"

"Bodoh, setelah menempuh perjalanan udara selama ini, mengalami kekurangan oksigen merupakan hal yang wajar, jangan mengatakan perkataan bodoh. Aku ingat terhadap pertama kalinya aku menempuh perjalanan udara datang ke Amerika, reaksiku setelah itu adalah muntah selama 3 hari penuh, sama sekali tidak bisa makan sesuatu." Taylor Shen mengatakan.

Tiffany Song mengangkat kepalanya, menunjukkan ekspresi kaget padanya, dia sendiri saja sudah tak tahan dengan muntah selama belasan jam, namun Taylor Shen saat itu baru saja berusia 15 tahun, ditambah lagi dengan kepergian ibunya, pergi ke negari asing seorang diri, betapa sedihnya dia saat itu?

"Selanjutnya bagaimana?" Tiffany Song sangat jarang mendengarnya mengungkit hal-hal di masa kecilnya, tiba-tiba mendengarnya menceritakannya, sang wanita tak tahan untuk merasa kasihan.

"Kemudian karena tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan, aku berbaring di atas ranjang selama sebulan penuh, setiap hari hanya memakan hamburger dan kentang goreng, aku sangat merindukan bubur di China. Pada suatu hari, kakak tertua datang ke Amerika untuk bersekolah, datang ke Stanford University khusus untuk menemuiku. Aku ingat pada saat itu dia sengaja memasakkan bubur, saat mencium aroma kampung halaman, aku langsung menangis di tempat. Saat itu merasa begitu lemah dan sangat payah, sekarang saat mengingatnya kembali, hatiku tetap merasa sangat terharu." Memori ini tidak pernah Taylor Shen katakan pada orang lain, mungkin karena telah membawa Tiffany Song datang ke tempat di mana dia pernah hidup selama 10 tahun, sang pria merasa sangat ingin menceritakan pengalaman yang tidak pernah diceritakan keluar ini kepadanya.

"Pantas saja hubunganmu dengan Tuan Bo begitu akrab, persahabatan kalian sungguh membuat orang merasa iri." Tiffany Song berkata dengan suara lembut, sang pria dan Jordan Bo, sang wanita dan Stella Han, persahabatan yang polos seperti ini, mungkin mampu menebus perasaan kekecewaan dan kesedihan terhadap keluarga pada saat itu.

Tangan Taylor Shen secara tanpa sadar mengelus bahunya yang lembut, berkata: "Kita akan menetap di Amerika selama beberapa hari, kalau kondisi tubuhmu memungkinkan, aku ingin membawamu datang ke tempat di mana aku pernah tinggal, apakah kamu bersedia menemaniku menjelajahinya?"

"Tentu saja, kalau begitu aku harus memulihkan semangatku." Tiffany Song menganggukkan kepala, pancingan dari Taylor Shen ini begitu menggiurkan, sang wanita sangat ingin mengetahui kehidupannya di Amerika, beserta dengan semua pengalamannya.

Taylor Shen menggenggam wajahnya, mencium di keningnya, berkata: "Benar-benar bodoh."

Sang supir mengantar mereka ke hotel, setelah selesai mengurus prosedur check in, Taylor Shen menyuruh Tiffany Song untuk istirahat di hotel dulu, dan dirinya pergi mengantar sampel rambut untuk melakukan pemeriksaan tes DNA. Semangat Tiffany Song tidak begitu bagus, meskipun kepalanya telah dibantali, tapi tetap merasa kepalanya berat dan kakinya ringan.

Taylor Shen duduk di pinggir kasur, melihatnya tertidur, baru mengambil sampel dan pergi ke pusat pemeriksaan DNA yang paling terpercaya di Amerika. Setelah keluar dari tempat pemeriksaan DNA, Taylor Shen duluan pergi ke pasar untuk membeli beras dan sayur, hotel yang mereka tinggali, memiliki sebauh dapur kecil di dalam kamar, bisa memasak bubur untuknya.

Saat kembali ke hotel, Tiffany Song masih belum bangun, sang pria langsung berjalan ke dapur, mulai memasak makan malam.

Ketika Tiffany Song bangun, ujung hidungnya mencium aroma bubur, dia bangun dan duduk, tubuhnya masih terasa melayang-layang sulit untuk menemukan arah, mendengar adanya suara yang berasal dari dapur, dia berusaha bangun dan turun dari ranjang, memakai sandal dan berjalan ke arah dapur.

Mendorong pintu dapur, melihat sosok tubuh yang tinggi dan besar itu, kelopak matanya memerah, sang wanita berjalan ke sana secara perlahan-lahan, dan merangkul pinggangnya dari belakang, menempelkan wajahnya pada punggung sang pria yang gagah.

Taylor Shen menundukkan kepala melihat tangan mungil yang memeluk pinggangnya, berkata sembari tersenyum: "Sudah cukup tidur?"

Tiffany Song menganggukkan kepala bagaikan anak ayam yang mencatuk beras.

Melihatnya tidak berbicara, sang pria melepaskan tangannya, membalikkan badan melihatnya, "Ada apa, langsung bermanja padaku setelah bangun."

"Tidak melihatmu saat terbangun." Suara Tiffany Song begitu murung.

Hati Taylor Shen sangat merasa puas, sang pria menggenggam tangannya, berkata: " Aku berada di sini, tidak akan pergi kemanapun, pergi basuhlah mukamu, buburnya akan segera selesai, setelah makan bubur, aku akan membawamu jalan-jalan ke mall sekitar sini."

Tiffany Song menganggukkan kepala, mungkin karena berada di tempat yang asing, ditambah lagi dengan efek dari terbang jauh, sang wanita saat ini sangatlah bergantung padanya. Taylor Shen tentu saja sangat menikmati ketergantungan sang wanita terhadapnya, rasa sayang dari hati tak tertahankan untuk meluap keluar.

Menariknya masuk ke kamar mandi, membuka keran membasahi handuk dengan tangannya sendiri, membantunya mencuci muka dan tangan, memperhatikannya bagaikan sedang memperhatikan anak kecil. Tiffany Song membiarkannya memperhatikannya begitu saja sambil melamun, menatap sang pria dengan seksama.

Taylor Shen menjadi sedikit tidak nyaman akan tatapan matanya, berkata: "Kalau kamu terus menatapku seperti itu, kita tidak perlu memakan bubur lagi, aku akan langsung memakanmu."

Wajah menawan Tiffany Song memerah, sekarang baru mengalihkan pandangan matanya.

Setelah selesai makan, hari sudah menjadi gelap, langit senja di luar jendela dipenuhi oleh cahaya lampu, menerangi New York hingga terlihat seperti di siang hari. Tiffany Song telah meminum bubur, tenaganya telah kembali pulih, Taylor Shen menambahkan sebuah jaket kepadanya, membawanya turun ke bawah.

Hotel mereka berada di jalanan yang paling ramai di New York, setelah keluar dari hotel, pancaran sinar lampu di luar sangat mempesona, menambahkan sebuah aura imajinasi. Di jalanan penuh dengan orang asing yang berkulit putih, menambahkan kesan sedang berada di negeri asing.

Tinggi badan orang timur terlihat sedikit kerdil di sini, Taylor Shen merangkul bahunya, membawanya berjalan memasuki sebuah mall, berkata sambil berjalan: "Mall ini dipenuhi dengan barang berkualitas dan merek terbaik sedunia, ada berbagai barang yang belum tentu bisa dibeli meskipun memiliki uang, nanti kita akan berjalan-jalan, dan belilah sesuatu jika menyukainya."

"Kakak Keempat, kamu tahu tidak penampilanmu yang seperti ini terlihat sangat-sangat keren." Tiffany Song mengangkat kepala melihatnya dengan pandangan kagum, kapan seorang pria terlihat tampan, itu pasti saat dia membiarkan sang wanita memfoya-foyakan uangnya.

Taylor Shen mengulurkan tangan membuat rambutnya berantakan, seorang wanita yang baru ditemukannya setelah mencarinya selama lima tahun, juga telah saling menghadapi berbagai badai, mana boleh tidak memanjakan dan menyayanginya? Sang pria bahkan sangat ingin membuat seluruh barang terindah di dunia ini berada di hadapan matanya.

Novel Terkait

Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu