You Are My Soft Spot - Bab 251 Cintaku Padamu Sangat Mendalam (3)

Ide yang terlintas di benaknya adalah membeli perusahaan mal lain, lalu mencoba masuk segmen menengah atas.

Parkway Plaza pada mulanya menyasar segmen atas saja. Meski sekarang masih bisaa bertahan dengan susah payah, namun bila strategi tidak disesuaikan maka pada akhirnya harus menyerah juga. Jadi, membeli mal lain dan melirik segmen menengah atas adalah ide yang sangat ideal.

Kelas atas bagaimana pun juga jumlahnya terbatas. Sementara itu, karena menang jumlah populasi, kelas menengah atas bisa bawa pemasukan yang cukup menjanjikan.

Tengah memikirkan ini, ia tiba-tiba mendengar suara pintu diketuk. Yang mengetuk itu adalah sekretarisnya. Vero He bertanya: “Ada apa?”

“CEO He, Pengacara Han menunggu di ruang kerjamu.”

“Baik,” angguk Vero He. Ia berjalan keluar ruang kerja sembari menenteng laptop.

Setibanya di sana, Stella Han tengah menelepon di dekat jendela. Wanita itu mengenakan pakaian formal biru tua dengan bagian lengan yang dilipat. Di tangannya ada sebuah jam tangan. Wanita itu berbicara sambil berkacak pinggang: “Tidak peduli pakai cara apa, jebak dia dan tangkap basah juga boleh. Pokoknya, aku mau cerai dari pernikahan ini.”

Lucu sekali. Dia jelas-jelas seorang pengacara kasus perceraian, tetapi selama tujuh tahun dia tidak bisa menceraikan suaminya juga.

Vero He mengernyitkan alis. Jadi Stella Han ingin segera bercerai atau bagaimana nih? Ia berjalan mendekatinya, menaruh laptop di meja kerja, lalu bersandar di samping meja itu untuk lanjut menguping.

Si wanita tidak butuh waktu lama untuk mengetahui apa kira-kira yang tengah direncanakan sahabatnya. Ternyata, seorang wartawan memotret Jordan Bo berjalan masuk dan keluar hotel dengan seorang wanita seksi.

Stella Han mematikan telepon dengan marah. Ketika berbalik badan, ia menjumpai Vero He mengamatinya lekat-lekat. Ia bertanya tidak paham, “Ada apa menatapku begini?”

“Stella Han, apa yang terjadi antara kamu dan Jordan Bo?”

“Tidak terjadi apa-apa. Kami ribut mau cerai bukan satu hari dua hari belakangan saja kok, namun sudah sangat lama. Suatu hari, rencana ini harus direalisasikan,” tutur Stella Han santai. Nada bicaranya memang tidak ada beban, tetapi pandangannya terlihat agak muram.

Vero He bisa menyadari Stella Han hanya pura-pura rileks. Ia berjalan mendekatinya, “Stella Han, aku sudah kembali. Aku berharap kamu dan Jordan Bo bisa berhubungan baik-baik. Kalian kan juga sudah punya seorang putri, masak masalah tidak bisa dibahas dengan kepala dingin?”

Stella Han buka mulut, namun kata-kata yang mau diucapkan tertahan di tenggorokan. Ia buka mulut lagi dan berusaha mencari topik lain: “Jangan bicarakan aku lah, bicarakan kamu saja. Aku belakangan pergi tugas dinas, saat kembali baru tahu kamu mengalami sesuatu. Coba aku cek, ada yang kenapa-kenapa tidak?”

“Aku tidak apa-apa. Jangan mengalihkan topik kamu, aku bicara serius nih,” pinta Vero He.

“Aku tidak mengalihkan topik. Tiffany Song, kamu masih ingat tidak pernikahan aku dan Jordan Bo itu kawin kontrak? Aku lahir dari keluarga biasa-biasa. Kalau bukan karena aku ribut waktu itu, aku sebenarnya juga tidak bakal bisa masuk kehidupan dia. Sekarang kami hanya berpisah dari pernikahan yang pada mulanya memang dipaksakan kok,” ujar Stella Han pasrah. Di dunia ini memang ada hal-hal yang tetap tidak mungkin didapatkan, tidak peduli seberapa keras perjuangannya.

“Stella Han……”

“Sudahlah. Tiffany Song, aku tahu apa yang aku lakukan, jadi jangan khawatir. Perutku lapar, ayo temani cari makanan.” Waktu pergi dinas, Stella Han mendengar kabar dari teman seprofesi bahwa Vero He mengalami ini dan itu. Ia sangat khawatir, jadi buru-buru pulang begitu urusannya kelar.

Vero He bisa memahamai kata-katanya hanya akan diperlakukan seperti angin lalu oleh Stella Han. Ia menggeleng, lalu mengambil tas dan mantel: “Ayo.”

Keduanya turun ke lantai bawah dengan lift. Setibanya di lantai tujuan, mereka melihat Jennifer Li tengah duduk termenung di kursi sambil membopong Adam Song. Vero He memutuskan menghampiri. Ketika jarak sudah lebih dekat, ia menyadari ada koper yang tertutup kereta bayi. Dengan bingung ia pun bertanya, “Jennifer Li, kok kamu bisa ada di sini?”

Yang ditanya bangkit dari lamunan dan mendongak menatap Vero He. Dia juga menyadari kehadiran Stella Han di sebelahnya. Jennifer Li tersenyum kecut, “Aku tidak tahu harus pergi ke mana. Di Kota Tong, selain Wayne Shen, aku hanya kenal kamu. Tetapi, aku juga takut menganggumu.”

“Tidak usah sungkan denganku,” tutur Vero He. Melihat ekspresi muram di wajahnya, ia bertanya lagi, “Ini kamu bawa koper mau ke mana? Bertengkar dengan Wayne Shen ya?”

Mendengar nama Wayne Shen, Jennifer Li teringat kejadian pemaksaan tadi pagi. Wajahnya memerah padam, “Iya, kami bertengkar. Aku mau pindah, tetapi tidak mau ke hotel.”

Vero He bisa menebak, kalau Jennifer Li tinggal di hotel, Wayne Shen pasti akan bisa menemukannya dengan mudah. Ia juga agak tidak percaya dengan penuturan Jennfier Li bahwa mereka bertengkar. Vero He dan Stella Han saling bertatapan, lalu wanita yang kedua berinisiatif menarik koper Jennifer Li, “Nona Li, teman Tiffany Song juga merupakan temanku. Kalau kamu tidak masalah, kamu boleh tinggal di rumahku.”

“Itu bakal merepotkanmu. Aku cari hotel saja deh kalau begitu.” Jennifer Li bangkit berdiri sambil tetap menggendong Adam Song. Ketika mau mengambil kopernya balik, ia dihadang Vero He.

“Jennifer Li, kamu ini bawa anak. Tinggal di hotel tidak terlalu aman, jadi menginaplah di rumah Stella Han. Kamu masih ingat apartemen Vanke City? Stella Han sudah membelinya, kamu kan pernah tinggal di sana dulu.” Vero He sebenarnya ingin membawa dia tinggal di rumah kediaman keluarga He, namun belakangan rumah itu lagi banyak masalah. Ia tidak mau Jennifer Li yang tidak bersalah kena imbas juga.

Mata si wanita malang memerah karena terharu. Tadi waktu berjalan keluar dari kediaman Wayne Shen, ia berdiri di pinggir jalan dan memanggil taksi. Ketika masuk taksi dan ditanya mau ke mana, ia sama sekali tidak bisa menjawab meski sudah berpikir cukup lama. Pada akhirnya ia memutuskan datang ke Parkway Plaza, tetapi tidak berani naik ke lantai paling atasnya dan menemui Vero He.

“Terima kasih atas kebaikan kalian. Aku benar-benar tidak tahu harus tinggal di mana,” ujar Jennifer Li dengan terisak.

“Dengan teman tidak boleh sungkan ah. Santai saja,” kata Vero He. Ia mengelus-elus pipinya dan mengusap air matanya, “Ya sudah, kamu belum makan kan? Ayo kita makan bareng, telan dalam-dalam tuh semua keluh kesahmu.”

Hati Jennifer Li sangat tersentuh dengan kebaikan kedua wanita di hadapannya. Di Kota Tong, tidak peduli apa yang terjadi, ia tidak pernah sendirian karena Vero He selalu ada. Kesetiaan ini sungguh patut disyukuri!

Seusai makan, Vero He menyetir dan mengantar kedua penumpang ke Vanke City. Saat mereka makan tadi, Adam Song sempat terbangun, minum susu sebentar, dan kembali tidur. Saat Jennifer Li mau turun, Adam Song dipindah tangankan ke Vero He biar dia lebih mudah turun. Vero He terpesona dengan wajah tampan si anak saat tidur.

Melihat Vero He mengamati Adam Song tanpa berkedip, Jennifer Li yang sudah turun tidak memintanya balik. Ia membuka kereta bayi sambil menunggu Vero He turun. Mereka bertiga pun masuk Vanke City dengan posisi Jennifer Li berjalan di belakang.

Stella Han habis pergi dinas satu minggu. Rumahnya juga kosong karena Evelyn dititipkan ke Jordan Bo. Karena ditinggal cukup lama, lantai rumah kini agak berdebu. Si pemilik rumah mengajak si tamu ke ruang tidur tamu terlebih dahulu, lalu berujar sungkan, “Jennifer Li, rumahku ini agak berantakan. Jangan merasa tidak nyaman ya, aku segera cari pekerja rumah upahan untuk membersihkannya.”

“Tidak kok. Tidak usah panggil pekerja rumah upahan, aku saja sini yang kerjakan. Aku juga lowong kok.” Jennifer Li menaruh Adam Song di ranjang, lalu menggulung lengan baju untuk bersiap menyapu. Stella Han segera mencegah, “Ih, mana boleh? Kamu kan tamu, masak tamu disuruh menyapu.”

Vero He, yang tengah bersandar di pintu, menimpali: “Jennifer Li, anggap saja ini rumahmu sendiri. Tidak usah membatasi diri dan sungkan, bergeraklah sebebas-bebasnya.”

Jennifer Li tidak kenal dengan Stella Han. Ia hanya tahu dia merupakan sahabat Vero He. Sebagai akibatnya, ia jelas merasa canggung datang ke sini. Yang jadi masalah, kalau tidak di sini dan tidak di Kota Jiangning, ia tidak tahu harus pergi ke mana lagi. Wanita itu pun mengangguk, “Nona Han, maaf sudah merepotkanmu.”

“Orang serumah tidak usah bicara begini. Aku sebal nih lama-lama, hayo.” Stella Han bisa merasakan kecanggungan Jennifer Li. Ia memutuskan pergi biar si tamu ditemani Vero He dulu saja: “Tiffany Song, kamu temani Jennifer Li dulu. Aku mau madni, tiap balik dari hotel rasanya gatal-gatal dan tidak nyaman gitu.”

Stella Han bergegas keluar dan menutup pintu. Kini yang tersisa di dalam hanya Vero He dan Jennifer Li. Vero He membantu si wanita malang membuka koper untuk kemudian memasukkan pakaian-pakaiannya ke lemari.

Si tamu jelas tidak mau diperlakukan bagai raja begitu. Ia ikutan mengeluarkan pakaian.

Baju bulu Jennifer Li belahannya agak rendah. Saat ia berjongkok, bekas ciuman dan gigitan di sekitar lehernya kelihatan. Melihat bekas-bekas itu, Vero He menyadari sesuatu. Ia “menembak” langsung sesuatu itu: “Jennifer Li, kamu bukan bertengkar dengan Wayne Shen kan? Ia sangat perhatian denganmu, mana mungkin dia rela bertengkar sama kamu?”

Jennifer Li melihat mata Vero He tertuju pada lehernya. Ia jadi ikutan menunduk dan melihat bekas-bekas yang ada di sana. Wajahnya memerah. Sambil membenarkan pakaiannya biar bisa lebih tertutup, ia berkata, “Aku……”

“Jennifer Li, kita berdua sama-sama sudah dewasa. Tidak ada topik yang harus disembunyikan. Kalian sudah melakukan itu ya? Dia memaksamu? Terus kamu kesal dan pergi dari rumah?” tutur Vero He dengan blak-blakan lagi.

“Semuanya masuk?” tanya Vero He dengan alis terangkat. Ia sudah membuat asumsi sendiri bahwa Jennifer Li habis digagahi tanpa menunggu jawaban dari orangnya dulu.

“Nona Song, kalau kamu meledekku lagi, aku tidak mau ladeni ah.” Jennifer Li membuang muka ke sisis yang satunya lagi.

Vero He memegangi dagu sambil mengangguk-angguk: “Sebenarnya, aku dari dulu merasa kalian sangat cocok. Tujuh tahun lalu, waktu Wayne Shen bercerai demi kamu, aku pikir kalian akan bersatu. Mana terpikir aku kamu akhirnya malah menikah dengan Patrick Song? Sekarang langit mungkin memberi kalian kesempatan untuk berbalikan lagi. Jennifer Li, kamu tidak benci dia kan?”

Jennifer Li lanjut mengeluarkan pakaian dari koper. Waktu Wayne Shen mencium, ia tidak memberi penolakan yang keras dan tegas. Sewaktu Wayne Shen melakukan “itu”, ia juga berpikir ia tidak seharusnya membencinya.

Melihat Jennifer Li diam saja, Vero He tersenyum tipis, “Pertanyaanku barusan bodoh sih. Dia pernah jadi pria yang paling kamu cintai, jadi kamu tidak mungkin membencinya. Jennifer Li, berikanlah dia kesempatan.”

“Aku tidak tahu bagaimana harus berhadapan dengannya,” jawab Jennifer Li pasrah. Ia baru bercerai empat bulan. Hatinya kini baru bersiap menyambut cinta yang baru, namun tubuhnya sudah terlebih dahulu melangkah sangat jauh.

Selain karena tidak tahu bagaimana harus berhadapan dengannya, Jennifer Li juga pergi dari rumah Wayne Shen karena khawatir yang akan terjadi selanjutnya akan makin macam-macam. Ia sudah pernah menikah dan punya satu anak. Kalau mereka berpasangan, Wayne Shen rugi besar karena dapat barang bekas.

Vero He bertanya, “Karena kalian sudah melakukan itu?”

Jennifer Li mengangguk canggung.

Si penanya terhibur dengan responnya ini, “Sudah punya anak, kok kamu polos begini sih? Pria dan wanita berduaan bukannya memang untuk begituan? Lagipula, Wayne Shen itu kan pria normal. Dia melihatmu tapi tidak bisa menikmati tubuhmu, ya lama-lama tidak tahan lah dia.”

“Kakak Song!” Jennifer Li mengepalkan tangan erat-erat karena kesal.

“Sudahlah, aku tidak meledekmu lagi. Aku tahu apa yang kamu pikirkan. Jennifer Li, yang sudah lalu biarlah berlalu. Waktu itu kalian pernah terpisah, lalu sekarang diberi kesempatan untuk bersatu lagi. Jaga baik-baik kesempatan ini, bukankah ada pepatah yang meminta kita fokus pada masa kini juga? Kalau kamu masih tidak senang dengan tindakannya, biarlah dia panik beberapa hari, tetapi sesudahnya kalian harus berbaikan lagi. Aku percaya, selain Wayne Shen, di dunia ini tidak ada pria lain yang lebih mencintaimu lagi,” bujuk Vero He.

Seperti beberapa saat lalu, Angelina Lian tidak menanggapi. Berselang beberapa saat, wanita itu kembali buka suara: “Kakak Song, tinggalnya aku di rumah Kakak Han untuk sementara jangan kamu beritahu ke dia. Sementara ini, aku tidak ingin berjumpa dengannya.”

“Baik, aku hormati permintaanmu.” Vero He sendiri belum pernah berjumpa Patrick Song. Waktu itu, ia sangat menyesali perpisahan Jennifer Li dan Wayne Shen. Kalau saja mereka tidak berpisah dan menikah, ia pasti bakal sangat gembira.

Ada pepatah bilang ketika satu pintu tertutup maka pintu lain akan terbuka. Mungkin kebahagiaan Jennifer Li memang hanya Wayne Shen yang bisa jaga.

Novel Terkait

 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu