You Are My Soft Spot - Bab 138 Kamu Hanya Milikku Seorang (2)

Bos studio foto mengatur kamera, lalu mempersilahkan mereka berpose sesuai yang mereka inginkan. Agar perban pada kepala Tiffany Song tidak terpotret, wanita paruh baya itu sengaja mencari perspektif-perspektif yang bisa menutupinya.

Pria dalam lensa kameranya terlihat dewasa, sementara wanitanya terlihat segar. Cekrek! Cekrek! Si bos studio foto memotret mereka beberapa kali dengan gaya dan perspektif yang berbeda-beda.

Tiffany Song pergi berganti pakaian setelah pemotretan selesai. Taylor Shen berdiri di depan komputer sambil memilih foto-foto mereka. Ia tidak peduli dengan basa-basi si bos untuk mengatakan semua foto mereka bagus, jadi semuanya layak diambil. Ia hanya mengambil satu foto. Dalam foto itu, Tiffany Song berdiri di belakang Taylor Shen yang sedang terduduk sembari menyembunyikan surat cinta di punggung. Wajah Tiffany Song nampak gelisah, sementara wajah Taylor Shen menampilkan senyum tipis.

Bos studio foto tidak berhasil membujuk Taylor Shen mengambil lebih banyak foto lagi. Ketika Tiffany Song keluar dari ruang ganti dan bergegas melihat hasil-hasil jepretan tadi, semua foto sudah Taylor Shen hapus. Sepuluh menit kemudian, foto mereka sudah tercetak keluar. Fotonya hitam-putih, bukan warna-warni.

Foto itu kemudian dimasukkan ke sebuah plastik kecil. Tiffany Song mengeluarkan sekilas foto itu. Ia merasa sangat aneh dengan ekspresinya dalam foto itu. Ia menatap Taylor Shen tidak senang, “Mengapa kamu tidak tunggu aku keluar dulu baru pilih foto? Di foto ini aku jelek tahu.”

“Jelekkah?” Taylor Shen merebut foto itu dan mengamatinya lekat-lekat: “Tidak jelek, malah cantik.” Ia kemudian memasukkan foto itu kembali ke plastik dan menyimpannya di dompet. Taylor Shen kemudian menaruh selembar uang dua ratus ribu di meja kerja si bos dan menggandeng Tiffany Song keluar studio foto.

Setelah berjalan cukup lama, Tiffany Song baru tersadar sesuatu, “Tunggu, kok fotonya cuma ada yang buat kamu? Yang buat aku mana?”

“Aku memang sengaja hanya cetak satu. Itu melambangkan bahwa kamu hanya milikku seorang.” Taylor Shen melanjutkan langkahnya meninggalkan Tiffany Song. Tiffany Song kesal. Ia menatap kepala belakang Taylor Shen dengan geram, “Tapi aku kan juga mau punya satu. Taylor Shen, kita balik ke studio foto tadi dan minta si bos cetak satu lagi ya?”

“Aku sudah hapus semuanya,” jawab Taylor Shen santai.

Tiffany Song makin kesal. Ia melepas tangannya kencang-kencang dari Taylor Shen lalu berseru: “Aku tidak mau meladenimu lagi. Huh!”

Taylor Shen geleng-geleng, wanita ini kok saat marah malah jadi makin imut ya. Ia menghampirinya dan memegang pinggangnya: “Jangan marah lagi ah.”

“Kasih foto itu buatku, aku tidak akan marah lagi.”

“Kalau begitu mending kamu lanjut marah saja deh.” Taylor Shen sebenarnya tidak paham juga mengapa terpikir ide hanya cetak satu. Barusan ada banyak foto, namun ia hanya pilih satu dan cetak satu juga. Ia awalnya mau cetak dua, tetapi ia tiba-tiba terpikir, kalau cetak dua, ia dan Tiffany Song bisa berpisah.

“……” Tiffany Song berjalan kesal keluar Jalan Mingqing. Sambil jalan, ia protes-protes: “Dasar pelit, nambah cetak satu foto saja tidak mau. Pelit, pelit!”

Taylor Shen mengikutinya dengan santai di belakang. Mendengar protes kekanak-kanakan Tiffany Song, ia tersenyum geli.

Hari masih terang ketika mereka keluar dari Jalan Mingqing. Tiffany Song masih marah dengan Taylor Shen, jadi ia duduk di belakang. Sambil menyetir, Taylor Shen memulai pembicaraan: “Kamu benar-benar suka pakaian yang model gitu?”

Tiffany Song tidak meladeninya.

“Ya sudah, nanti saat kita foto pra-pernikahan, aku suruh desaienr rancang yang model-model begitu mau kan?” bujuk Taylor Shen.

Tiffany Song tetap tidak mau meladeninya. Ia hanya mendeham dingin. Tiffany Song menengok ke luar jendela. Taylor Shen mengapa tidak paham juga, foto nanti-nanti dengan foto sekarang itu rasa dan kenangannya kan beda.

Empat puluh menit kemudian, mobil mereka tiba di depan sebuah toko gaun kelas atas. Jendela toko itu dipenuhi berbagai gaun mewah. Tiffany Song tahu toko ini, sebab Lindsey Song adalah pelanggan setianya.

“Kamu ajak aku kemari untuk apa?” Tiffany Song akhirnya tidak tahan juga untuk terus diam.

“Coba gaun.” Taylor Shen satu bulan lalu sudah melaporkan ukuran tubuh Tiffany Song ke seorang desainer ternama asal Italia. Satu minggu lalu, gaun yang sudah selesai dibuat di sana sudah tiba di toko ini. Kebetulan mereka minggu lalu sedang “perang dingin”, jadi ia tidak bercerita soal itu ke Tiffany Song.

Taylor Shen melangkah ke pintu belakang dan membukakannya.

Tiffany Song tidak mau langsung turun. Ia ingin memanfaatkan momen ini untuk meminta foto yang Taylor Shen simpan, “Kasih foto tadi buatku, baru aku mau coba gaun denganmu. Kalau kamu tidak kasih, kamu pergi sendiri saja ke pernikahan Wayne Shen. Cari pendampingmu saja nanti di sana.”

Sejak foto ranjang Tiffany Song tersebar ke Weibo, Kakek Shen tidak pernah mencarinya atau pun berkomentar apa-apa lagi soal dirinya. Meski begitu, diamnya Kakek Shen bukan berarti pria itu menerima hubungannya dengan Taylor Shen. Kalau datang ke pernikahan Wayne Shen, ia takut Kakek Shen akan kembali mencari gara-gara lagi dengannya.

Taylor Shen tahu Tiffany Song masih kesal. Ia mencoba membujuk: “Habis kamu coba gaun, aku kasih hadiah.”

“Sungguh?” Mata Tiffany Song langsung berbinar-binar. Meski di foto itu ia jelek, tetapi ia tetap mau menyimpannya, sebab itu satu-satunya foto yang tercetak tadi.

Taylor Shen mengangguk, “Sungguh. Pegang kata-kataku.”

“Oke, sekali diucapkan tidak boleh ditarik lagi.” Tiffany Song gembira sekali. Ia buru-buru turun dari mobil. Melihat raut Tiffany Song yang tiba-tiba berubah dari cemberut jadi riang, Taylor Shen jadi teringat cuaca bulan Juni yang super tidak menentu.

Taylor Shen menutup pintu mobil lalu menggandeng Tiffany Song masuk ke toko gaun. Gaun-gaun di dalamnya berkilauan menyilaukan mata. Pelayan toko menyambut mereka dengan hangat, “Tuan Shen, gaun pesananmu sudah disiapkan. Mari ikut aku.”

Tiffany Song ikut Taylor Shen berjalan ke area tamu VIP.

Tiffany Song berjalan dengan Taylor Shen ke area tamu VIP. Begitu sampai, ia langsung melihat Wayne Shen sedang duduk tidak sabaran di atas sofa. Tepat pada momen ini tirai ruang ganti terbuka, dan keluarlah Angela He dengan gaun putihnya. Gaunnya panjang dengan model ujung lancip yang tengah tren belakangan ini. Ia terlihat sangat anggun.

Ketatnya gaun membuat lekak-lekuk tubuh Angela He terlihat jelas. Omong-omong, ia sebenarnya sudah hamil dua bulan, tetapi perutnya masih datar-datar saja bagaikan orang yang tidak hamil.

Begitu melihat sosok Angela He, Tiffany Song berbalik badan ingin keluar, tetapi pergelangan tangannya ditahan Taylor Shen. Pria itu menatapnya serius: "Sekarang coba gaunmu. Besok aku tidak punya waktu untuk menemanimu kemari."

Wayne Shen duduk di sofa dengan pikiran yang mengembara kemana-mana. Meski ia sudah menyerah pada nasib dan bersedia memperistri Angela He, di hatinya selamanya hanya akan ada Jennifer Li. Ia sempat mencoha mencari wanita itu di Kota Jiangning, namun gagal.

Jules Li bilang Angela He sudah pergi sekolah ke luar negeri. Wanita itu sempat menitipkan sebuah pesan untuknya. Pesan itu berbunyi "jangan kejar hal yang tidak ditakdirkan untukmu, syukurilah hal yang kamu bisa dapatkan." Pada titik ini, Jennifer Li sudah menyerah dengan hubungan mereka. Wanita itu sudah tidak punya harapan apa-apa lagi pada Wayne Shen.

Baiklah, kalau kamu ingin aku menikahi Angela He, aku akan menikahinya, tapi kamu jangan menyesal! Begitu jawab Wayne Shen dalam hati.

Mendengar suara Taylor Shen, Wayne Shen mendongak dan menatap mereka sejenak, lalu kembali menunduk. Tiffany Song menoleh ke Angela He. Wanita itu tengah menatapnya angkuh dengan dagu terangkat.

Tiffany Song gigit-gigit bibir. Mengapa ia barusan mau keluar? Yang harusnya muncul dari ruang ganti adalah Jennifer Li, bukan Angela He, jadi yang harusnya keluar pun Angela He juga.

Ketika pertama kali berjumpa Angela He di rumah kediaman keluarga He, ia sangat suka dengan keaktifan dan kelincahannya. Namun, hanya dalam waktu beberapa hari, wanita itu berubah menjadi orang yang intimidatif dan arogan. Ia pun jadi tidak suka dengannya. Ketidaksukaannya ini semakin bertambah parah ketika ia melihat Angela He rebutan rok putih dengan Jennifer Li. Impresinya pada Angela He sejak kejadian itu sepenuhnya buruk.

Tiffany Song menoleh lagi ke Wayne Shen. Ia tidak paham mengapa pria itu memilih menyerah pada nasib. Wayne Shen punya kenangan cinta sembilan tahun bersama Jennifer Li, mengapa bisa-bisanya ia bermesraan dengan Angela He waktu itu?

Merasa suasana ruangan berubah sedikit mencekam, penjaga toko, yang berdiri di sebelah, memecah kesunyian: "Nona Song, mari ikut aku."

Tiffany Song melepaskan genggaman Taylor Shen dan berjalan pincang ke ruang ganti. Melihat Tiffany Song berjalan dengan kesusahan, Taylor Shen buru-buru menghampirinya dan memegangi lagi tangannya. Pria itu membopong Tiffany Song sambil meledek: "Ada jasa bopong gratis buat apa menyusah-nyusahkan dirimu sendiri?"

Tiffany Song mendongak menatap Taylor Shen. Ia merasa tertekan dengan aroma tubuh dan karisma Taylor Shen yang sangat kuat. Ia kemudian memegang erat-erat bagian bahu kemeja Taylor Shen selama dibopong.

Merasa ada sepasang tatapan tidak senang dan cemburu yang mengikutinya, Tiffany Song melongok sekilas belakang bahu Taylor Shen. Itu tatapan Angela He. Wanita itu menatap mereka berdua sambil menggeretakan gigi kesal. Ia kini paham sesuatu.

Waktu itu, di kediaman keluarga He, meski Tiffany Song melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa Angela He merasa gelisah dengan intimidasi Taylor Shen, wanita itu tetap sesekali mencuri pandang pada pria itu. Kakek Shen kemudian juga sempat bilang padanya, hanya Angela He lah yang layak jadi istri Taylor Shen.

Tiffany Song kemudian teringat suatu kejadian di rumah kediaman keluarga Shen. Taylor Shen pernah diberi obat oleh Kakek Shen agar ia secara tidak sadar berhubungan intim dengan Angela He. Dengan cara itu, Kakek Shen bisa memaksa mereka berdua menikah.

Dari dua kejadian ini, ia bisa simpulkan bahwa pria yang Angela He sukai pertama kali adalah Taylor Shen. Lantas mengapa wanita itu pada akhirnya menikahi adik Taylor Shen, si Wayne Shen ini?

Taylor Shen mendudukkan Tiffany Song di bangku ruang ganti. Melihat Tiffany Song bengong, ia mengelus-elus lembut dagu wanita itu sambil bertanya pelan: "Sedang memikirkan apa?"

"Tidak ada," geleng Tiffany Song. Baguslah ia tidak paham dengan pemikiran Angela He. Kalau ia paham, ia berarti orang yang sejenis dengannya.

Taylor Shen membungkuk dan mendekatkan wajahnya ke wajah Tiffany Song. Suasana ruang ganti sangat sepi. Taylor Shen bisa merasakan bau tubuh Tiffany Song. Bagian hatinya yang paling sensitif terasa terpancing oleh bau itu. Nafsunya yang datang entah dari mana pun muncul seketika.

Pandangan Tiffany Song dipenuhi oleh wajah Taylor Shen yang berjarak sangat dekat dari wajahnya. Taylor Shen kemudian mengecup bibirnya. Suasana di ruang ganti jadi berasa panas. Meski itu hanya satu kecupan, tetapi perasaan mereka berdua sama-sama terbang karenanya. Tiffany Song menarik erat kemeja Taylor Shen, entah ingin mendorongnya agar menjauh atau menariknya agar mendekat.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Tiffany Song baru sadar mereka tidak seharusnya bermesraan di tempat seperti ini. Wajahnya memerah. Ia menyuruh: “Cepat keluar kamu.”

Nada bicara Tiffany Song terdengar serak dan lembut, mungkin ia masih larut dalam kenikmati kemesraan mereka berdua barusan. Taylor Shen berujar tidak senang, “Aku benar-benar ingin bermesraan denganmu seumur hidup.”

“Nanti akunya malah jadi bosan.” Tiffany Song hanya berujar asal, tetapi kata-katanya malah membuat tatapan Taylor Shen berubah jadi seram. Ia buru-buru mengoreksi: “Bukan aku yang bosan, aku tidak akan pernah bosan denganmu. Kamu yang bosan.”

Melihat reaksi ketakutan Tiffany Song, Taylor Shen tersenyum tipis. Ia mengelus-elus kepala wanita itu. Ketika melihat kotak gaun yang dari tadi tidak tergeletak begitu saja di sebelah mereka, Taylor Shen berujar serak: “Cepat coba gaunnya. Aku tunggu kamu di luar.”

Taylor Shen berjalan keluar. Pelayan toko masuk menggantikannya untuk membantu Tiffany Song memakai gaun. Laporan Taylor Shen soal ukuran tubuh Tiffany Song sangat akurat. Sayangnya, akibat sempat kecelakaan dan “perang dingin” dengan Taylor Shen, ukuran tubuh wanita itu kini kurusan. Ukuran area dada tidak berubah, yang berubah adalah bagian pinggang.

Usai berhasil memakai gaun, Tiffany Song keluar dari ruang ganti sambil menenteng ujung gaun itu. Angela He masih sedang mencoba gaun lain di ruang ganti sebelah, jadi yang ada di depan kini hanya Taylor Shen dan Wayne Shen. Begitu melangkah melewati mereka berdua, ia bisa mengamati dengan jelas kemurungan di wajah Wayne Shen.

Pria itu biasanya ceria dan ramah, namun kini cemberut dan muram. Orang yang lusa mau menikah ini mengapa sedikit pun tidak terlihat ceria? Itu pasti karena wanita yang sedang mencoba gaun pernikahannya bukan wanita yang ia inginkan. Meski sudah berusaha menahan diri, Wayne Shen tetap terlihat risih.

Taylor Shen mendongak menatapi Tiffany Song. Gaun yang tengah dikenakannya memperlihatkan dengan jelas seluruh bagian bahu Tiffany Song. Di lehernya kini juga terhelai sebuah kalung berkilau. Ia terlihat sangat segar, juga sangat seksi. Warna gaun yang kekrem-kreman pun sangat cocok dengan warna kulit Tiffany Song yang putih bersih.

Tiffany Song membalas tatapannya dengan gelisah, “Bagaimana menurutmu?”

“Luar biasa sempurna,” ujar Taylor Shen dengan mata berbinar-binar. Pelayan toko di sebelah Tiffany Song berujar, “Badan Nona Song belakangan mengurus cukup lumayan. Di bagian pinggang harus ditambahkan dua jarum untuk mengecilkan ukuran gaun. Tetapi, terlepas dari itu, gaun ini sudah sangat cocok dipakai olehnya. Aku naksir sekali dengan warna kremnya.”

Tiffany Song tahu jelas Taylor Shen hanya asal memujinya, tetapi ia tetap merasa senang disebut begitu. Ia menatap Taylor Shen lagi, “Sungguh cocok? Aku takut warnanya kurang sesuai.”

“Cocok kok!” Taylor Shen menatapnya lekat-lekat. Semakin dilihat, ia semakin tidak rela melepaskan pandangannya dari tubuh Tiffany Song.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
The Gravity between Us

The Gravity between Us

Vella Pinky
Percintaan
5 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu