You Are My Soft Spot - Bab 176 Tidak Akan Pernah Bisa Mendapatkan Apa Pun yang Diinginkan Lagi (1)

Tiffany Song agak lupa kamar mana yang merupakan kamar Angela He. Beruntung, James He kebetulan keluar dari salah satu kamar untuk merokok. Kebingungan Tiffany Song pun lenyap. Tiffany Song merasa agak bersalah dengan pria ini meski dia orang yang sangat bersahabat dan santun. Bagaimana pun juga, keguguran adik pria ini disebabkan oleh supnya.

Tatapan James He tenang. Ia sama sekali tidak menyalahkan Tiffany Song, bahkan malah meminta maaf atas perilaku dan kata-kata Nyonya He tadi.

Tiffany Song tidak merasa layak mendapat permintaan maaf itu. Raut canggung wajahnya malah menjadi bahan tertawaan James He. Pria itu meledek sambil senyum-senyum, “Aku tidak pernah membayangkan orang sepertimu ini seorang “pembunuh besar”.”

Nafas Tiffany Song tertahan. Ia meminta maaf lagi atas supnya itu, “Maaf, Tuan He. Aku sama sekali tidak sengaja membuat adikmu jadi begini. Aku sungguh salah karena tidak berhasil mencegahnya.”

“Angela He sejak kecil selalu dimanja, jadi ia tidak pernah mau mendengarkan cegahan orang lain. Semakin dicegah, ia malah semakin penasaran untuk mencoba. Misalnya, soal pernikahan dia dengan Wayne Shen, kami sekeluarga tidak setuju, tetapi ia malah bersikeras mau menikah dengannya. Sekarang ia mengalami kesialan ini, aku harap dia belajar hal penting dalam hidupnya. Semoga ia lain kali bisa lebih was-was dan mau dengar orang,” balas James He bijak.

Tiffany Song menatap pria di hadapannya dengan heran. Angela He adalah anak paling kecil di keluarga He sekaligus adik perempuan satu-satunya James He, kok pria ini sebagai kakak malah tidak marah adiknya mengalami tragedi begini? Tiffany Song pikir James He pasti akan menunjukkan kegeraman padanya. Tidak harus berbentuk suatu tindakan, bisa juga sekadar makian atau cacian. Ia sungguh menyangka James He akan bersikap tenang begini.

James He bisa menebak apa yang Tiffany Song pikirkan dari ekspresi wajahnya. Ia mengalihkan topik, “Kamu kemarin bukan untuk minta maaf padaku kan?”

“Oh iya. Begini, aku kemari untuk mencari Wayne Shen, tetapi tidak enak kalau menganggu orang-orang yang ada di dalam. Boleh kamu tolong panggilkan dia?”

“Tunggu sebentar.” James He berbalik badan dan masuk ke ruang pasien. Tidak lama kemudian, Wayne Shen keluar. Pria itu seketika langsung tahu tujuan Tiffany Song kemari. Ia menoleh dan mengangguk ke James He, lalu bersama-sama Tiffany Song turun ke lantai bawah.

Tuan Besar Lian duduk di kursi roda depan ruang pasien. Ia seolah tengah menunggu ajal menjemputnya. Pria tua itu menatap pakaiannya sendiri dan bertanya: “Karry Lian, apa aku terlihat masih sehat?”

Karry Lian mengangguk. Kakek sudah sekarat begini masih ingin menemui Jasmine Yang untuk yang terakhir kalinya. Ia harus menyemangati kakek untuk bertahan sesaat lagi. Pria itu kemudian mengetuk pintu: “Tuan Besar Shen, aku Karry Lian. Kakek ingin bertemu Nyonya Yang untuk yang terakhir kalinya, mohon izinkan kami masuk!”

Mendengar kata-kata itu, orang-orang yang ada di dalam semuanya menampilkan raut yang beda-beda. Tuan Besar Shen adalah yang rautnya paling risih. Ini reuni keluarganya, kok malah ada orang luar ganggu-ganggu sih? Pria tua itu memerintah anak keempatnya dengan dingin, “Taylor Shen, usir mereka pergi! Mamamu ini mau istirahat.”

Jasmine Yang yang terbaring di ranjang ingin berkata sesuatu, tetapi nafasnya terlalu lemah. Ia tiba-tiba berbatuk tanpa henti. Tuan Besar Shen buru-buru menepuk pudaknya, ia pikir istrinya itu masih trauma dengan Tuan Besar Lian. Volume suara Tuan Besar Shen meninggi, “Kok masih diam saja? Cepat sana usir mereka!”

Angelina Lian berdiri kaku di dalam. Melihat Jasmine Yang berbatuk tanpa henti, ia tidak juga mendekat. Ia malahan malah merasa jijik dengan luka bakar di setengah wajah wanita itu.

Saat tadi belum sadar masih oke untuk dekat-dekat. Sekarang, setelah ia siuman, Angelina Lian sungguh ingin menjauh dari ranjang.

Taylor Shen melangkah ke pintu. Begitu membukanya, ia melihat Tuan Besar Lian terduduk di kursi roda dengan lemas. Ia sungguh kaget. Sekali pun ia super benci dengan pria tua ini, kali ini penampilannya sungguh mengibakan.

Taylor Shen refleks merasa canggung pada Tuan Besar Lian. Meskipun mengandung penolakan, nada bicaranya sangat halus, “Paman, kami sekeluarga sangat berterima kasih atas simpatimu, tetapi mama sedang tidak ingin berjumpa denganmu. Silahkan pulang.”

Hati Tuan Besar Lian merasa teriris-iris mendengar batuk Jasmine Yang yang belum berhenti juga. Ia mendongak dan memohon: “Taylor Shen, tolong izinkan aku melihatnya. Satu tatapan saja cukup.”

Tiffany Song dan Wayne Shen yang baru datang dari lantai atas mendengar percakapan ini. Wayne Shen buru-buru melangkah ke depan pintu ruang pasien dan tersenyum dingin: “Masih punya muka kamu kemari? Kalau saja kamu tidak menyembunyikan mamaku, kami sekeluarga sudah bisa berkumpul dari jauh-jauh hari.”

“Wayne Shen!” Taylor Shen mengernyitkan alis, “Paman, kondisi mamaku masih sangat lemah. Dokter menyuruhnya istirahat, jadi ia tidak bisa ketemu tamu. Mohon pulanglah.”

Tiffany Song menghampiri mereka. Ia sebelumnya belum pernah berjumpa dengan Tuan Besar Lian. Hanya dari mendengar cerita-cerita Taylor Shen, ia merasa pria ini sangat kejam dan tidak punya hati. Sekarang, Tuan Besar Lian anehnya malah terlihat mengibakan karena frustrasi akan cinta.

Tuan Besar Lian tidak pernah menyangka ia dan Jasmine Yang, wanita yang hidup bersamanya lima belas tahun, suatu hari akan terpisahkan begitu jauh hanya oleh satu buah pintu. Fisik mereka sekarang sangat dekat, tetapi rasanya seperti berada di dua benua yang berbeda. Hati pria tua itu berdesir. Dengan mata berkaca-kaca, ia memohon, “Taylor Shen, aku memang menyembunyikan mamamu. Itu sebuah kesalahan, tetapi sebelum itu, aku sudah menyelamatkannya. Hariku tidak tersisa banyak, mohon izinkan aku untuk bertemu dengannya untuk yang terakhir kali.”

Karry Lian menunduk menatap kakeknya. Tuan Besar Lian belum pernah memohon pada seseorang. Sekarang, hanya demi seorang wanita, ia rela memohon-mohon bak orang susah. Hati Karry Lain jadi iba. Mungkin memang ada beberapa perasaan yang saat ini belum bisa ia pahami. Tetapi, suatu hari nanti, ia pasti akan tahu apa yang sedang kakeknya berusaha pertahankan.

Karry Lian berlutut dan bersujud tiga kali ke hadapan ruang pasien. Ia berkata: “Tuan Besar Shen, tindakan kakekku pada keluarga kalian memang salah, tetapi aku mohon padamu, izinkan kakek bertemu dengan Nyonya Yang untuk terakhir kali.”

Tiffany Song merasa tersentuh. Ia tidak menyangka Karry Lian bisa bersujud begitu. Ia menghampiri pria itu. Ketika ingin membantunya berdiri, Taylor Shen langsung melarang dengan datar, “Tiffany Song, kalau dia mau bersujud biarlah dia bersujud. Jangan bantu dia berdiri!”

Tiffany Song segera menarik jari-jarinya yang sudah sangat dekat dengan jas Karry Lian. Ia berujar pelan: “Karry Lian, berdirilah kamu. Kelakuan Tuan Besar Lian sungguh menimbulkan luka yang sangat mendalam bagi keluarga Shen. Kamu begini tidak ada gunanya.”

“Tiffany Song, kakekku sudah mau mati. Ia hanya punya satu keinginan ini saja, tidak ada yang lain. Mohon bantu aku bujuk Taylor Shen untuk mengizinkan pertemuan mereka, hanya untuk bertatapan sekali saja cukup kok. Aku tidak mau kakekku meninggal dalam keadaan masih punya keinginan yang belum terwujud,” pinta Karry Lian sambil memegangi tangan Tiffany Song.

Wanita itu menoleh ke Taylor Shen dengan gugup. Jelas, wajah Taylor Shen muram melihat ini. Ia segera mendekati mereka dan merebut tangan Tiffany Song dari tangan Karry Lian. Ia lalu tersenyum dingin dan memperingatkan: “Karry Lian, jangan manfaatkan Tiffany Song. Ia tidak bisa membantumu.”

Taylor Shen lalu merangkul Tiffany Song untuk menjauh.

Tuan Besar Lian marah besar melihat cucunya berlutut di hadapan anggota keluarga Shen. Ia menunjuk Karry Lian, “Bangkit berdiri, jangan bersujud. Selamanya jangan bersujud di hadapan orang-orang keluarga Shen, uhuk uhuk uhuk……”

Batuk Tuan Besar Lian semakin lama semakin parah. Tiba-tiba terdengar suara orang muntah. Darah segar pun langsung mengucur keluar dari mulut pria tua itu dan membasahi lantai depan ruang pasien. Karry Lian bangkit berdiri dan menepuk-nepuk punggung kakeknya. Dengan mata berkaca-kaca, ia menenangkan, “Kakek, jangan marah. Aku akan terus bujuk mereka.”

Wajah Tuan Besar Lian seketika pucat setelah muntah barusan. Ia menatapi pintu, pintu yang selamanya tidak akan pernah bisa lewati. Pria tua itu tiba-tiba tertawa kecut……

Tawanya sangat lama sampai matanya berair. Dengan perlahan, Tuan Besar Lian menenangkan diri. Ia lalu berkata: “Sudahlah tidak usah bertemu, biar saja nanti di alam kubur baru ketemu. Begini juga enak, biar nanti tidak ada orang yang larang-larang.”

Tuan Besar Lian kemudian menatap wanita dalam pelukan Taylor Shen. Ia berteriak mengutuk: “Taylor Shen, kamu hari ini menghalangiku, suatu hari nanti kamu pasti akan mengalami sakit hati yang kurasakan sekarang! Aku sumpahi kamu tidak akan pernah bisa mendapatkan apa pun yang kamu inginkan lagi seumur hidup!

Taylor Shen menatapi balik Tuan Besar Lian. Ia bisa merasakan api kemarahan yang sangat panas dari bola mata pria itu.

Tiffany Song sangat terkejut mendengar sumpah barusan. Ia nyaris jatuh saking kagetnya, untung Taylor Shen berhasil menangkap dengan sigap. Tiffany Song bisa merasakan kehangatan tubuh suaminya, tetapi hatinya sendiri amat dingin dan ketakutan.

Taylor Shen mendongakkan dagu. Ia merespon santai: “Hanya orang yang tidak punya kemampuan apa-apa yang menyelesaikan masalah dengan mengutuk orang lain. Hidupku bergantung pada diriku sendiri, bukan bergantung pada langit.”

“Hehe!” Tuan Besar Lian tertawa dingin. Tanpa berucap apa-apa lagi, ia melambai-lambaikan tangan ke Karry Lian tanda minta didorong pergi. Mereka berdua pun bergegas menjauh.

Tiffany Song mengamati bayangan tubuh Tuan Besar Lian dan Karry Lian. Entah mengapa ia merasa iba dengannya. Tiffany Song menoleh ke Taylor Shen dan bertanya: “Mengapa kamu tidak kasih dia lihat mama untuk yang terakhir kalinya? Aku rasa dia tidak punya niat buruk sama sekali.”

“Siapa tahu dia masih mau macam-macam. Kejadian ini anggap saja tidak ada, nanti jangan kamu ungkit di depan papa.” Taylor Shen mengajak Tiffany Song kembali masuk ruang pasien.

Jasmine Yang masih berbatuk terus. Batuknya jadi semakin parah sejak mendengar sumpah serapah Tuan Besar Lian. Sang suami terus menepuk-nepuk punggungnya dengan khawatir. Tiba-tiba, wanita itu mengeluarkan darah dari mulut tanpa henti.

Tuan Besar Shen kaget. Ia memanggil Angelina Lian yang berdiri satu meter dari kasur, “Tiara, cepat panggil dokter, cepat!”

Angelina Lian ketakutan sekali. Ia segera berlari keluar ruang pasien. Tanpa sengaja, ia menubruk Taylor Shen yang sedang ingin kembali masuk ruangan. Pria itu menahan bahu Angelina Lian dan bertanya: “Angelina Lian, kamu kenapa panik?”

“Ia, ia terus muntah darah. Papa suruh aku panggil, panggil dokter,” jawab Angelina Lian dengan gagap saking paniknya. Wanita itu langsung bergegas pergi lagi.

Taylro Shen dan Wayne Shen buru-buru membuka pintu dan masuk.

Setelah memanggil dokter dan perawat, Angelina Lian bersandar di depan meja resepsionis dengan nafas terengah-engah. Semua yang terjadi sehari semalam ini benar-benar menyeramkan. Ia sekarang tidak berani kembali masuk ke ruang pasien.

Tiba-tiba di samping Angelina Lian berdiri seorang pria. Ia mendongak, ternyata Karry Lian yang datang. Ia kaget sekali sampai memegangi dada sendiri. Masih dengan nafas yang naik turun dengan cepat, ia bertanya: “Kak, kok kalian masih di sini? Bukannya kalian sudah pulang?”

“Kakek ingin bertemu denganmu!” bentak Karry Lian. Pria itu lalu menarik tangan Angelina Lian ke lift.

……

Dokter dan perawat dengan segera tiba di kamar Jasmine Yang. Dokter menyuntikkan suatu cairan ke lengan wanita itu dan batuknya perlahan berhenti. Sang dokter kemudian menoleh ke Taylor Shen: “Tuan Shen, aku ingin bicara sesuatu denganmu.”

Taylor Shen menatap sekilas mamanya yang terbaring tenang. Ia dan sang dokter lalu keluar dari ruang pasien bersama-sama. Dengan wajah iba, dokter menyampaikan kabar buruk: “Tuan Shen, mamamu sudah berada di ujung hidupnya. Persiapkan diri kalian baik-baik.”

Taylor Shen menatap ruang pasien dengan perasaan campur aduk. Beberapa saat kemudian ia baru mengangguk kecut: “Iya.”

Dokter berbalik badan dan bergegas pergi. Taylor Shen bersandar di tembok sebelah ruang pasien dengan nafas yang berat. Ia tiba-tiba melihat Angelina Lian berjalan di lorong jalan dengan linglung. Begitu wanita itu sudah sampai di dekatnya, ia baru bertanya: “Angelina Lian, wajahmu kenapa linglung begitu?”

Angelina Lian baru sadar daritadi diamati Taylor Shen. Ia buru-buru menggeleng: “Tidak, tidak apa-apa. Aku hanya khawatir dengan mama.”

“Masuklah, sepertinya…… ini……” Taylor Shen tidak kuasa melanjutkan kalimatnya. Pria itu merangkul bahu Angelina Lian dan mengajaknya melangkah ke ruang pasien.

Angelina Lian tidak menyangka bakal diperlakukan begini oleh pria pujaannya. Ia mendongak menatap wajah tampan pria itu. Taylor Shen sangat jarang berinisiatif mendekatinya, ia bahkan lupa kapan terakhir kali pria itu merangkulnya begini. Angelina Lian sangat menikmati kehangatan ini. Ia berharap lorong jalan ini tidak berujung biar bisa terus dirangkul.

Novel Terkait

Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu