You Are My Soft Spot - Bab 231 Tiffany, Merindukanku tidak? (2)

Taylor Shen, saat mengungkit nama ini, sang wanita sudah seminggu tidak bertemu dengannya, dengar-dengar, sang pria sekarang sudah boleh turun dari ranjang, hanya saja tidak boleh banyak bergerak, jika cedera di tulang ekor tidak pulih dengan baik, maka akan berpengaruh terhadap tubuhnya untuk sisa hidupnya.

Demi proyek di tangannya, meskipun sang wanita tidak ingin pergi ke rumah sakit, tapi mau tidak mau tetap harus pergi.

Sang wanita pulang ke kediaman Keluarga He dan memasak sup sumsum dengan tangannya sendiri, pergi ke rumah sakit dengan membawakan ketulusan, membuka pintu kamar pasien, terlihat Taylor Shen sedang mengadakan rapat dengan bawahan, semua orang itu terlihat sedikit familiar, mereka adalah para petinggi Perusahaan Agency yang pernah ditemuinya, mereka mulai memalingkan kepala melihatnya satu per satu, sang wanita meremas kantong yang ada di tangannya, berkata sambil tersenyum: "Maaf telah mengganggu rapat kalian, kalian lanjutkanlah, aku akan menunggu di luar."

Taylor Shen melihat sosok tubuh kurus ramping yang telah lama tidak ditemui, mata sang pria seketika telah berkobar, Cristian Yan berdiri di samping, dia tahu bahwa hati Taylor Shen saat ini sudah tidak berfokus pada rapat lagi, sang pria langsung melakukan penyimpulan laporan dengan sederhana, lalu mengantar para petinggi keluar.

Vero He bersandar di dinding, melihat para petinggi Perusahaan Agency telah keluar, setiap orang yang melintas di sampingnya tidak bisa menahan diri untuk melihat sang wanita sejenak, semua pandangan mata yang penuh dengan maksud mendalam itu, membuat Vero He merasa sangat tidak nyaman.

Tapi pada akhirnya, tidaklah menaruhnya ke dalam hati, setiap orang memiliki jalan yang harus ditempuh masing-masing, siapa yang salah atau benar, biarkanlah orang lain membahasnya sesuka hati, lagipula daging tubuhnya tidak akan berkurang sepotong pun.

Setelah semua orang itu telah pergi, baru sang wanita mendorong pintu dan masuk, Taylor Shen sedang membereskan hal dalam laptop, ekspresinya sangat serius, pandangan matanya lurus ke depan, tapi sudut pandangan mata malah terus memandang sang wanita, melihat dia berjalan mendekat dengan perlahan-lahan, setiap langkah kaki sang wanita bagaikan sedang berjalan di hatinya, membuat hati sang pria terasa sesak.

Kalau sang pria tidak memaksanya, apakah sang wanita berencana untuk tidak muncul di hadapan sang pria lagi untuk selamanya? Dasar wanita yang tak berhati nurani!

Vero He berjalan hingga samping ranjang, melihat sang pria tidak menghiraukannya, sang wanita merasa sedikit tidak nyaman, langsung berjalan ke ruang dapur, menghidangkan semangkuk sup keluar, berkata: "Aku masak dengan tanganku sendiri, mau mencobanya tidak?"

"Tak akan datang kalau tak ada masalah, katakanlah, ada apa mencariku?" Nada bicara Taylor Shen sengaja dibuat terdengar dingin dan datar, sang wanita tidak mengangkat teleponnya, tidak membalas pesan singkatnya, kalau tidak ada masalah, mana mungkin sang wanita akan datang menemuinya?"

Vero He menggigit bibir, raut wajahnya terlihat sedikit buruk, tapi apa yang dikatakan oleh Taylor Shen memang benar, kalau bukan karena dia tidak ingin menyerah terhadap proyek ini, bagaimana mungkin dia akan mengambil inisiatif untuk muncul di depannya?

"Memang ada masalah, akan kukatakan setelah kamu meminum supnya." Vero He duduk di pinggir ranjang, tangannya tanpa sadar mengaduk-aduk supnya, "Kamu ingin meminumnya sendiri, atau mau aku suapi?"

Taylor Shen melihat sang wanita di depannya yang dingin ini, dirinya yang dulu mana ada terlihat seperti ini? Tapi dia yang pada saat itu, dirinya sendirilah yang telah menghilangkannya, makanya sekarang jika ingin menemukannya kembali, akan terasa lebih sukar berkali-kali lipat dibandingkan pada saat itu.

Ingin menggunakan hal seperti ini untuk menyogokku?" Taylor Shen mengangkat alisnya, pandangan mata tertuju pada sup sumsum yang berkilau, demi membujuk sang pria, sang wanita sudah berusaha sekuat tenaga.

Vero He tersenyum, memandangnya, "Jadi, apakah kamu berhasil kusogok?"

"Dibandingkan dengan makanan enak, aku lebih berharap kamu menyogokku dengan rayuan." Pandangan mata Taylor Shen mendarat di bibirnya yang merah, lembab dan berkilau, juga berisi, hanya dengan melihat sang wanita seperti ini, Taylor Shen langsung bereaksi, ingin menekannya di bawah tubuhnya, menyayanginya dengan baik.

Hasrat ini, tidak pernah berkurang segelintir pun sejak pertemuan kembali hingga sekarang.

Vero He telah menyadari bara api aneh yang terdapat di balik mata sang pria, sang wanita tersenyum, "Apakah CEO Shen juga seperti ini terhadap wanita lain?" Asalkan ada permohonan terhadapnya, maka pasti harus mengorbankan hal yang setimpal.

"Cemburu?" Tangan Taylor Shen yang besar terangkat dari laptop, merangkul pinggangnya, bergesekan dengan lembut, melihat raut wajahnya telah berubah, sang pria tersenyum puas, "Hanya terhadapmu."

Di tengah hujan di musim dingin yang sejuk, Vero He hari ini memakai baju berbulu putih, dan celana ketat hitam, membuat bentuk tubuhnya yang gemulai terlihat menawan, melihatnya memakai baju yang sexy dan memperlihatkan pinggang ramping, pesonanya dengan penampilan ini, tetap mampu merangsang gairah sang pria dengan mudah.

Vero He berusaha sekuat tenaga tidak menghiraukan panasnya telapak tangan sang pria, tapi perasaan gelitik di daerah pinggang, langsung menjalar ke hati, membuat jantungnya berdebar. Pria ini sepertinya tidak lagi berbasa-basi dengannya, asalkan sang wanita muncul di hadapannya, dia akan langsung mencium dan meraba kapan pun dia ingin melakukannya.

Tapi saat ini, sang wanita tidak mampu menolaknya, demi proyek itu.

Taylor Shen melihat penampilannya yang menahan napas, jari tangannya menjadi semakin jahil, dengan perasaan tidak puas membuat tangannya bergerak dari pinggang ke bagian atas. Di saat yang bersamaan, dia mengingat CEO Qin pernah melecehkannya seperti ini, hati sang pria mulai menjalar rasa amarah, apakah sang wanita juga akan menahan nafas dan membiarkan orang lain melakukan apapun terhadapnya seperti ini di hadapan pria lain?

Vero He sudah tidak tahan lagi, sang wanita tiba-tiba mengulurkan tangan menggenggam tangannya sang pria, melototinya dengan mata yang membara, berkata dengan suara yang terdengar sedikir serak, "CEO Shen, aku tidak menjual daging!"

Mendengar dia berkata seperti itu, ketegangan di hati Taylor Shen akhirnya telah lega, tangannya keluar dari dalam bajunya, kembali berekspresi seperti semula yang datar itu, memberi perintah, "Suapi aku minum."

Vero He menatap dia yang bersikap bagaikan tuan besar, sangat ingin menyiramkan sup yang ada di mangkuk ke wajahnya, tapi hal ini tetap ditahannya, sesendok demi sesedok menyuapi sang pria, Taylor Shen minum sambil bertanya, "Apa yang sedang kamu sibukkan belakangan ini?"

"Pekerjaan."

"Sangat sibuk?"

"Hmm."

"Sibuk hingga sama sekali tidak ada waktu untuk datang menemuiku?"

"Belakangan ini, ada fashion week di wilayah Eropa dan Amerika, aku bergegas untuk menghadiri beberapa diantaranya, kemarin baru saja kembali dari luar negeri." Vero He menjelaskan, jadwal perjalanan pada awalnya telah ditentukan, apalagi ini berkaitan dengan dana utama terhadap Parkway Plaza di tahun depan, jadi dia harus pergi.

"Pekerjaan lebih penting dibandingkan denganku?" Taylor Shen tahu dia telah ke luar negeri, tapi hatinya tetap tak tertahankan untuk cemburu, setelah terlontarkan, baru menyadari nada bicaranya sangat sedih, bagaikan seorang istri yang menjaga rumah kosong.

"Aku masih perlu uang untuk makan."

"Aku bisa menafkahimu."

"Aku senang mengandalkan diriku sendiri."

"......"

Semangkuk sup sumsum telah habis, Vero He menanyakannya, "Masih ingin minum tidak?"

"Mau."

Vero He kembali menuangkan semangkuk sup, keduanya saling berbicara santai, suasana terasa damai. Selera makan Taylor Shen sangat baik, dan telah minum 3 mangkuk sekaligus, akibat dari kebanyakan minum sup adalah sering pergi ke toilet.

Vero He keluar setelah selesai mencuci mangkuk, melihat Taylor Shen membuka selimut, berniat turun dari ranjang, sang wanita bergegas ke sana, menanyakannya, "Apakah kamu ingin mengambil sesuatu, panggil saja aku, akan kuambilkan untukmu, kamu tidak boleh turun dari ranjang sembarangan."

Taylor Shen mengangkat kepalanya, wajahnya yang menawan terlihat muncul kemerahan yang aneh, sang pria berkata: "Aku ingin ke toilet."

Vero He langsung mengerti, dia mencarikan sandal untuk dipakainya, memapahnya berdiri, berkata: "Bersandarlah padaku, jangan terlalu menggunakan tenaga pada kaki yang terluka...... kamu berat sekali!" Saat Taylor Shen benar-benar membiarkan berat tubuhnya bersandar padanya, sang wanita baru menyadari betapa beratnya pria ini. Jarak yang begitu dekat, ditempuh oleh keduanya hingga terengah-engah, dengan susah payah tiba di toilet, dan Vero He hendak keluar, Taylor Shen langsung menangkapnya, "Aku tidak bisa berdiri dengan stabil."

Wajah Vero He memerah, tidak tahu apakah karena kesal ataupun malu, dia menunjuk ke arah kloset, berkata: "Kamu boleh duduk."

"Aku ingin buang air kecil."

"Buang air kecil juga bisa dilakukan dengan duduk." Vero He benar-benar ingin membalikkan bola mata putih terhadapnya, kenapa pria ini begitu rewel?

Tapi Taylor Shen sepertinya memang sengaja ingin menyulitkannya, sang pria berkata: "Aku bukanlah wanita!"

"Kenapa kamu begitu rewel?" Vero He melototinya, tapi mampu melihat ekspresi kesedihan dari mata sang pria, dia benar-benar telah kalah terhadap pria ini, "Kalau begitu, katakan, harus bagaimana?"

"Berdiri di sini menemaniku." Taylor Shen berkata dengan santainya.

"Kamu ingin buang air kecil." Vero He merasa otaknya telah diserbu oleh ribuan kuda yang berlari pesat, lalu berlari kembali lagi, sungguh ingin memukul sang pria hingga pingsan, mana ada orang yang ke toilet harus ditemani.

"Aku tidak peduli, siapa suruh kamu menyuapiku begitu banyak sup." Taylor Shen berkeras kepala.

Vero He merasa tak berdaya, mengingat sang pria tidak boleh berdiri lama, sang wanita langsung membelakanginya, mengalah, lalu berkata mendesaknya: "Cepatlah."

Mata Taylor Shen terlintas sebuah senyuman yang puas, tidak lama kemudian, Vero He mendengar adanya suara air mengalir dari belakang, wajahnya menjadi panas dan merah membara, sang wanita merasa sangat malu hingga ingin menggali lubang dan menyelinap masuk.

Taylor Shen menundukkan badan menekan tombol menyiram, melihat sang wanita berdiri membelakanginya, pencahayaan di dalam toilet sedikit gelap, hati sang pria tiba-tiba sangatlah bergairah, memeluknya dari belakang, tubuh yang berada di dalam pelukan bergetar sejenak, suara sang wanita terdengar, "Sudah selesai? Aku akan memapahmu kembali, kamu tidak boleh berdiri terlalu lama."

Sang pria tidak melonggarkan tangannya, malah lebih mengeratkannya, dagu sang pria didaratkan pada bahunya, hawa nafas yang panas menghembus sisi lehernya, sekujur tubuh sang wanita merasa kebas, "Taylor Shen, kamu jangan macam-macam, aku akan memapahmu kembali."

Sedetik kemudian, terjalar perasaan yang lembab dan panas dari leher, seluruh tubuh sang wanita bagaikan tersengat listrik, dan mengkaku, lampu di toilet tidak dinyalakan, dengan mengandalkan cahaya luar yang menembus masuk melalui jendela, sang wanita melihat ke cermin yang ada di toilet, memantulkan gambaran mereka saat ini yang sedang saling berpelukan, begitu harmonis.

"Tiffany, merindukanku tidak?" Ditengah perkataan sang pria, hawa napas yang panas memasuki siput telinga, sang wanita spontan menjadi gemetaran, pria ini sungguh bagaikan iblis! Saat menyadari reaksi tubuh sang wanita, sang pria tersenyum ceria, dengan suara yang serak berkata: "Masih tetap......"

Sisa kata yang ada telah memasuki rongga telinganya dia, tangan sang wanita yang berada di samping kaki mulai melekuk perlahan-lahan, kukunya menusuk ke dalam daging secara mendalam, sang wanita baru saja hendak mendorongnya, sedetik kemudian, pandangan matanya terasa berputar, sang wanita telah ditekan di dinding olehnya.

Pencahayaan di sekitar sangat gelap, badannya yang tinggi besar telah menutupi seluruh cahaya yang ada, tapi sang wanita mampu melihat bara kembang api yang ada di balik matanya, merupakan kobaran yang tidak lagi disembunyikan. Jantung Vero He berdebar, dan ciuman sang pria telah menyerbu.

Sang wanita memalingkan kepala, menghindarinya, bibir sang pria dengan akurat mendarat di pipinya, sama sekali tidak berpura-pura, hati sang wanita benar-benar telah panik. Pria ini, meskipun masih sakit, tapi tenaganya tetap saja mengejutkan.

Sang pria mengangkat tangan, menjepit dagunya, bibir dengan keras mendarat, begitu kuat, seakan-akan ingin melampiaskan seluruh kerinduan hati selama beberapa hari ini dalam ciuman ini, semuanya akan disalurkan kepadanya. Eh bukan, tidak hanya beberapa hari saja, melainkan beberapa tahun.

Vero He menerima secara pasif, tangannya yang mendorong di dada sang pria telah ditarik oleh sang pria, membuatnya melilit di lehernya, sang wanita merasa dirinya sedang mengapung di laut, tak mampu menemukan daratan, jari tangan mencengkram bajunya dengan erat, seakan-akan dengan melakukan ini, dia tidak akan tenggelam.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari luar dan telah menyadarkannya, sang wanita membuka mata, melihat mata sang pria yang merah membara, seluruh akal sehat sang wanita telah kembali seperti semula, dan mendorongnya dengan sekuat tenaga.

"Bang." Tubuh Taylor Shen menabrak rak yang ada di belakang, dan jatuh ke lantai. Baru Vero He ingat dia masih terluka, sang wanita bergegas mendekat, berjongkok di sampingnya, melihat ekspresi gairah di wajahnya telah berubah karena kesakitan, sang wanita seketika merasa panik, "Taylor, kamu tidak kenapa-napa bukan?"

Saat perawat mendengar adanya suara yang keras dari toilet, dia langsung bergegas masuk, menyadari Taylor Shen telah merebah di lantai, sedangkan baju Vero He terlihat berantakan, sang wanita merupakan orang yang berpengalaman, dan langsung mampu mengerti apa yang telah mereka lakukan di dalam toilet.

Saat ini, sang wanita sama sekali tidak sempat mempedulikan apapun, bergegas menghampiri, dan memapah Taylor Shen keluar dari toilet bersama dengan Vero he.

Setelah Vero He selesai menempatkan Taylor Shen dengan baik, perawat pergi memanggil dokter kemari untuk memeriksanya, sang wanita sangatlah panik, dan telah melupakan penampilan dirinya yang saat ini masih berantakan.

Taylor Shen merasa sangat kesakitan hingga keningnya telah bercucuran keringat dingin, melihat penampilan sang wanita yang begitu panik, sang pria menekan tangan Vero He, berkata: "Aku tidak kenapa-napa, rapikanlah bajumu sejenak."

Vero He pergi melihat mengikuti arah pandangan mata sang pria, baru menyadari baju dalamnya telah terlihat, ritsleting celananya telah terbuka, wajahnya memerah, bergegas berlari ke kamar mandi, dan merapikan penampilannya, setelah itu baru keluar.

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Unlimited Love

Unlimited Love

Ester Goh
CEO
4 tahun yang lalu