You Are My Soft Spot - Bab 162 Mengambil Gaun Pengantinnya (1)

Suasana perlahan jadi lebih cair. Tiffany Song dan Felix He mengobrol dengan asyik layaknya teman lama yang telah terpisah sekian lama. Tiffany Song sungguh kagum dengan pembawaan pria ini. Setiap kata yang terucap dari bibirnya mengandung filosofi yang dalam.

Berbincang dengan Felix He membuat Tiffany Song merasa dekat dan rileks. Seolah tidak punya beban, ia bisa membicarakan apa pun yang terlintas di benaknya tanpa takut kehilangan muka atau pun dianggap kekanak-kanakan. Tiffany Song pikir, bisa mendidik anak macam James He yang pembawaannya sangat dewasa, pesona Felix He lantas layak dikagumi.

Ia baru sadar waktu sudah berlalu satu jam lebih ketika Christian mengingatkannya sepuluh menit lagi ada rapat tingkat tinggi. Tiffany Song bangkit berdiri dan dengan ekspresi tidak enak hati berujar pada Felix He, “Tuan He, maaf, aku harus segera ikut rapat. Kamu……”

“Silahkan, silahkan, aku tunggu kamu di sini oke kok.” Felix He mengambil tabloid perusahaan yang tergeletak di atas meja teh. Ia membolak-balik setiap halamannya dengan penuh antusias. Ini majalah lama, jadi nama perusahaan yang disebutkan di dalamnya Winner Group dan belum berganti jadi nama perusahaan baru.

Tiffany Song menenteng berkas rapat dan keluar dari ruang kerja dengan berat hati. Sebelum bergegas ke ruang rapat, ia secara khusus mampir ke ruang sekretaris untuk memberi sebuah perintah: “Antarkan segelas teh Longjing untuk Tuan He.”

“Baik,” jawab sekretarisnya.

Tiffany Song datang ke ruang rapat dengan Christian. Rapat berlangsung selama satu setengah jam. Terlepas dari kemampuan manajerialnya yang kurang, Tiffany Song adalah orang yang paling paham soal prosedur pengerjaan proyek kantor. Pekerjaan yang masuk harus segera dialokasikan ke para desainer, lalu mereka dalam waktu secepat mungkin wajib membuat desain sesuai permintaan konsumen. Setelah itu, mereka harus secara berkala memantau proses perwujudan desainnya sampai selesai. Semakin banyak pekerjaan yang masuk, itu akan semakin baik bagi Tiffalor Design Corp untuk mengembangkan merek sekaligus memupuk kepercayaan klien.

Setelah rapat selesai, sikap para petinggi perusahaan pada Tiffany Song tidak lagi sedingin kemarin, tetapi mereka tetap masih belum bisa menerima kehadirannya. Para pekerja lama Winner Group tidak rela melihat Tiffany Song naik jabatan secara tiba-tiba dari seorang desainer biasa jadi petinggi perusahaan.

Ini menyebabkan ada banyak sekali rumor tidak sedap berseliweran dalam perusahaan. Yang paling menusuk telinga adalah Tiffany Song bisa mendapatkan jabatannya yang sekarang ini semata karena mengandalkan “layanan ranjang”-nya ke Taylor Shen.

Tiffany Song merespon semua ini hanya dengan senyum datar.

Felix He benar-benar belum bergegas pergi ketika Tiffany Song kembali ke ruang kerja. Ia masih asyik membaca majalah. Halaman yang kini ia buka adalah halaman soal profil Tiffany Song, yang di tengahnya ada terpasang fotonya saat wisuda dulu.

Felix He menatap foto tersebut berlama-lama dengan alis terangkat. Dalam foto itu, Tiffany Song menatap layar sambil tersenyum datar dengan mengenakan kemeja putih dan rambut dikuncir. Dalam benak Felix He foto ini mirip sekali dengan sebuah foto yang pernah ia lihat entah kapan. Ia sungguh tidak menyangka bisa ada dunia wanita semirip itu di dunia ini.

Felix He fokus sekali membaca majalah sampai tidak menyadari kehadiran Tiffany Song. Wanita itu pun berjalan menghampirinya dan menjelaskan: “Ini fotoku dua tahun yang lalu. Dibanding sekarang, penampilanku sudah banyak berubah.”

Felix He langsung terbangun dari pikirannya dan menutup majalah, “Sudah selesai rapat?”

“Sudah, Tuan He. Maaf membuatmu menunggu lama.” Tiffany Song duduk di sofa. Ia saat ini mengenakan kemeja putih, jas hitam, dan sepatu hak tinggi hitam. Ketika ia melihat jam tangannya, ia baru sadar jam makan siang sudah tiba. Ia tadi sudah janji pada Taylor Shen untuk menemaninya makan siang hari ini, tetapi ia jelas tidak bisa memburu-buru Felix He untuk pergi. Itu sungguh tidak beretika.

“Tidak apa-apa. Kamu kan baru memangku jabatan ini, pasti banyak urusan.” Felix He menaruh majalah di meja teh lalu mulai membeberkan masuk kedatangannya: “Aku kemari untuk menawarkan sebuah proyek. Aku sebelumnya sempat berkunjung ke ruang kerja Felix He. Ia sangat jarang memuji orang, tetapi ia bilang ia luar biasa kagum dengan rancanganmu dan komitmenmu dalam bekerja. Kamu tahu kan gedung pengadilan baru sudah kelar dibangun dan akan segera dipakai secepatnya? Gedung itu saat ini belum punya dekorasi apa-apa, aku ingin Tiffalor Design Corp. mendekornya. Kamu sanggup?”

Sebelum Tiffany Song keluar dari Winner Group, Winner Group dari dulu terus mengincar proyek ini, tetapi pengadilan tidak juga membuat keputusan. Ada kabar burung menyebut pengadilan akan menunjuk perusahaan kelas internasional macam Shine Group untuk ini. Ia sungguh tidak menyangka Felix He tiba-tiba memberikannya ke dia.

Ini sungguh seperti tertimpa durian runtuh. Dengan tatapan setengah tidak percaya, Tiffany Song menunjuk-nunjuk mukanya sendiri yang memerah, “Kamu serius dengan pernyataanmu? Kamu benar-benar ingin memberi proyek ini pada kami?”

Felix He langsung tertawa sekaligus menyadari wajah Tiffany Song ketika memerah sama persis dengan wanita yang tadi muncul di benaknya. Ia mengangguk dan meyakinkan: “Benar, aku tidak bercanda sama sekali.”

Senyum Tiffany Song langsung merekah lebar. Ia lalu dengan gestur hormat prajurit berucap: “Komandan, aku tidak akan mengecewakan kepercayaanmu pada Tiffalor Design Corp!”

Felix He menggeleng sambil tersenyum tipis. Ketahanan gadis muda ini dalam menghadapi tantangan ternyata jauh lebih kuat daripada yang ia bayangkan. Ia kemudian mengecek jam sejenak dan memberi tawaran: “Sekarang sudah jam makan, mau tidak kamu menemani aku makan siang? Nanti kita makan sambil bahas garis besar dekorasi gedung pengadilan baru.”

Tiffany Song jelas tidak akan menolak tawaran emas ini. Uang proyek pemerintah memang tidak banyak, tetapi itu akan sangat berdampak signfiikan bagi nama besar perusahaan. Tidak apa-apalah Tiffalor Design Corp kali ini hanya dapat untung sedikit, bukankah yang terpenting dalam fase awal pembangunan perusahaan adalah mengenalkan dulu merek perusahaan ke khalayak luas?

Tiffany Song mengambil tas dan memasukkan buku catatan ke dalamnya. Ia lalu keluar dari ruang kerjanya bersama Felix He.

Baru masuk lift, ponsel Tiffany Song tiba-tiba berdering. Ia mengecek layar, ternyata Taylor Shen yang menelepon. Ia tersenyum canggung pada Felix He dan mengangkatnya, “Halo, Taylor Shen……”

“Aku sudah di lantai bawah. Cepat turun.” Taylor Shen langsung memotong kata-kata Tiffany Song. Ia kali ini datang lebih awal karena kemarin gagal.

Tiffany Song: “……”

Tiffany Song menatap sekilas Felix He lalu berbicara lagi di telepon: “Tapi, Taylor Shen, aku sedang dengan klien. Aku……”

Felix He menoleh ke Tiffany Song dengan alis terangkat. Ia lalu berujar, “Tidak masalah, ajak dia sekalian.”

Tiffany Song tahu betul kepribadian Taylor Shen. Sekalinya ia sudah sampai di lantai bawah, ia tidak akan bisa disuruh pergi pakai cara apa pun. Lagipula kemarin Tiffany Song sudah memberinya harapan palsu untuk makan bareng. Kalau hari ini terjadi lagi, Taylor Shen bisa-bisa malah marah. Tiffany Song pun bilang akan segera turun dan langsung mematikan telepon.

Felix He menatap tombol-tombol lantai lift sambil mengenang, “Omong-omong, aku sudah lama sekali tidak makan bareng Taylor Shen. Sejak ia kembali dari luar negeri, ia menjauh dari kami yang tua-tua.”

Waktu itu ketika Taylor Shen tidak datang ke pernikahan Angela He dan Wayne Shen, Felix He sangat paham pria itu sama sekali tidak berkenan dengan pernikahan ini. Taylor Shen sekarang sudah perkasa, juga berhubungan akrab dengan keluarga Bo dan keluarga Go, jadi ia jelas tidak perlu pernikahan bisnis untuk menguatkan posisinya di Kota Tong.

“Dalam hatinya, ia sungguh menghormati kalian semua.” Tiffany Song tahu beberapa keluarga penguasa Kota Tong punya hubungan yang rumit. Kalau tidak salah, dua puluh tahun lalu, keluarga He, keluarga Shen, dan keluarga Lian berhubungan akrab. Kemudian, entah mengapa, hubungan mereka tiba-tiba meregang.

Lift tiba di lantai satu. Tiffany Song mempersilahkan Felix He keluar lebih dulu. Dari lobi kantor, Tiffany Song bisa melihat di depan sana terparkir sebuah Bentley Continental putih milik Taylor Shen. Pria itu bersandar di sisi mobil sambil merapikan kerah kemeja.

Melihat kedatangan mereka berdua, Taylor Shen langsung berdiri tegak. Ia menatap Tiffany Song sekilas, lalu menatap Felix He. Jadi klien Tiffany Song adalah Felix He? Kemarin anaknya baru saja datang mencari Tiffany Song, sekarang bapaknya…… Keluarga He sebenarnya punya rencana apa?

“Tuan He, pengadilan sekarang selowong ini ya?” sapa Taylor Shen tanpa menunjukkan kesungkanan sama sekali. Hatinya jelas tidak tenang melihat Tiffany Song tiba-tiba didekati ayah dan anak keluarga He dua hari berturut-turut.

Dari wajahnya yang serius, Felix He memasang senyum tipis. Ia teringat ia awalnya tertarik menjadikan Taylor Shen sebagai menantunya, tetapi karena berbagai faktor Angela He malah menikah dengan Wayne Shen. Ia menjawab, “Taylor Shen, jangan berpikir macam-macam. Aku menemui Nona Song untuk membicarakan urusan bisnis kok.”

“Urusan bisnis? Pengadilan setahuku kerjaannya hanya menerima pengaduan kasus dan membuat vonis deh? Memang ada pekerjaan yang berhubungan dengan Tiffany Song?” Taylor Shen merangkul Tiffany Song dengan sangat protektif. Ia tidak peduli sama sekali dengan sikapnya yang kekanak-kanakan ini, toh ia di Kota Tong tidak butuh keluarga He kok.

“Tuan Shen datang menemuiku untuk menawari proyek dekorasi gedung pengadilan baru. Jangan begini ah, Taylor Shen,” ujar Tiffany Song pelan. Tiffany Song merasa sangat malu dibeginikan oleh Taylor Shen di hadapan Felix He.

Taylor Shen menunduk menatapnya, “Oh gitu?”

“Iya lah, memang kamu pikir apa?” balas Tiffany Song.

Sudut bibir Taylor Shen terangkat, ia tersenyum gembira. Sikap dinginnya pada Felix He seketika berubah hangat: “Tuan He, dalam hal dekorasi ruangan, Tiffany Song selalu bisa membuat ide-ide yang kreatif dan unik. Kamu sudah benar mencari dia kali ini. Kedepannya, kalau ada proyek-proyek begini lagi, jangan lupa kasih ke dia.”

Tiffany Song memukul-mukul pinggang Taylor Shen. Orang ini promosinya gila sekali……

Felix He mengiyakan, “Aku memang sangat suka dengan talenta Nona Song. Orang selihai dia jelas akan aku monopoli, aku tidak mau berbagi dengan orang lain.”

Setelah naik mobil, Taylor Shen masih terus memikirkan maksud pernyataan “orang selihai dia jelas akan aku monopoli” barusan. Inilah mengapa ia tidak suka berbincang-bincang dengan orang lain, kata-kata mereka biasanya punya makna tersembunyi.

Kemarin James He datang mencari Tiffany Song dan memintanya mendesain rumah pengantin baru, sekarang Felix He memberinya proyek dekorasi gedung pengadilan baru secara cuma-cuma. Kan ada pepatah “tidak ada makan siang gratis”, jangan-jangan……

Mobil dengan segera tiba di depan restoran hotel. Ketiganya pun masuk ke dalam. Taylor Shen sudah memesan ruang privat yang suasananya sangat elegan dan santai. Pelayan dengan segera menyajikan makanan-makanan yang mereka pesan.

Felix He duduk di hadapan Taylor Shen dan Tiffany Song dengan canggung.

Baru pertama kali makan dengan Felix He, Tiffany Song agak was-was. Ia memulai percakapan: “Tuan He, jadi kamu punya permintaan apa aja untuk dekorasi gedung pengadilan baru?”

Felix He menguraikan: “Gedung pengadilan tidak sama dengan gedung-gedung lain. Gedung ini harus terlihat serius, sakral, dan tidak boleh ditentang……”

Tiffany Song buru-buru mengeluarkan buku catatan dan pensilnya lalu mulai menulis semua permintaan Felix He. Ini baru pertama kalinya ia berurusan dengan tempat semacam ini, jadi ia agak takut hasil kerjanya kurang memuaskan. Lagipula ini juga proyek pemerintah, pasti pengerjaanya tidak akan mudah.

Taylor Shen menoleh menatap Tiffany Song serius menulis catatan. Ketika ia sedang serius bekerja, ia terlihat sangat cantik dan mempesona. Ia larut dalam kecantikan itu dan sama sekali merasa terabaikan oleh mereka berdua.

Beberapa saat kemudian, Taylor Shen mulai merasa lapar. Ia menyendok sup dan menyodorkannya ke hadapan Tiffany Song: “Makannya sudah mau dingin nih. Makan dululah baru ngobrol lagi.”

Felix He setuju, “Yuk makan dulu, habis ini bahas lagi.”

Tiffany Song menutup buku catatannya. Ketika sedang serius mengerjakan sesuatu, ia selalu saja larut di dalamnya dalam waktu yang lama. Ia tersenyum canggung pada Felix He, “Baik, Tuan He. Selamat makan.”

Felix He memuji Tiffany Song sambil tersenyum, “Orang muda zaman sekarang sedikit sekali yang rendah hati sekaligus berkomitmen seperti kamu begini. Aku sekarang paham mengapa Taylor Shen menyerahkan pengelolaan perusahaan padamu. Kemampuan kerja dan kesungguhan hatimu membuatmu layak dapat posisi ini.”

“Ah, tidak perlu memujiku begini, Tuan He……” Tiffany Song mempersilahkan Felix He mengambil sumpitnya. Ia lalu menoleh ke Taylor Shen. Ia dalam hati sebenarnya ingin sekali bertanya apa ia sehebat yang Felix He katakan, tetapi rasanya ini akan terkesan seperti membanggakan diri sendiri secara berlebihan.

Felix He setelah makan siang ada jadwal sidang, jadi ia balik duluan. Taylor Shen mengantarkan Tiffany Song kembali ke kantor. Sesampainya di sana, ia memarkirkan mobil dan mematikan mesin. Tiffany Song bertanya heran: “Kamu tidak balik ke kantor?”

“Aku antar kamu ke atas.” Taylor Shen merangkul pinggang Tiffany Song sambil berjalan masuk.

Sesampainya di ruang kerja Tiffany Song, Taylor Shen memberikan jaketnya ke wanita itu lalu berjalan ke arah ruang istirahat. Sambil membuka pintu kayu ruang itu, ia berpesan: “Aku istirahat sebentar, pukul tiga bangunkan.”

Tiffany Song berdiri sambil memegangi jaket Taylor Shen. Ia geleng-geleng kepala keheranan melihat tingkah laku pria itu yang aneh-aneh. Tiffany Song kemudian menggantung jaket Taylor Shen lalu berjalan ke meja kerjanya dan mengeluarkan buku catatan tadi. Ia membaca sekali lagi daftar permintaan Felix He, mengetikkannya di komputer, lalu mencetaknya. Selepas itu, Tiffany Song menelepon Christian lewat sambungan internal kantor untuk memintanya datang mengambil kertas cetakan itu sekaligus menugaskan Departemen Perencanaan membuat rancangan desain berdasarkan daftar permintaan yang tertera.

Waktu baru menunjukkan pukul setengah tiga. Tiffany Song membuka berkas rapat tadi pagi. Ada beberapa kata yang ia tandai dengan pulpen merah, itu kata-kata yang ia tidak pahami. Tiffany Song lalu membuka Baidu, mencari arti kata-kata itu satu per satu, lalu menuliskannya dengan pulpen biru di samping setiap kata.

Tiffany Song bukan orang yang berlatar belakang manajerial. Kalau ia ingin perusahaan ini bisa beroperasi dengan lancar dan maju, ia harus belajar dan meningkatkan kualitas manajerialnya tanpa henti. Suatu hari nanti, semua jerih payahnya hari ini akan terbalaskan.

Taylor Shen langsung terbangun ketika baru tidur setengah jam. Ia keluar dari ruang istirahat. Melihat Tiffany Song sedang mengerjakan sesuatu, ia perlahan-lahan menghampirinya.

Ketika ia tahu Tiffany Song tengah sibuk dengan berkas rapat, hatinya langsung pilu.

Keputusannya mendudukan Tiffany Song dalam jabatan manajer umum sebenarnya cukup egois. Ketika tahu Angelina Lian adalah adiknya, demi tidak mengagetkan wanita itu, ia memutuskan menunda pernikahannya dengan Tiffany Song. Karena khawatir Tiffany Song akan berpikir macam-macam dengan penundaan ini, ia pun menyuruh Tiffany Song mengelola perusahaan.

Novel Terkait

My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu