You Are My Soft Spot - Bab 213 Lain Kali Tidak Usah Pakai Lipstick Lagi, Tidak Enak (3)

Angelina Lian mengernyitkan alis, “Aku tidak paham apa yang kamu bicarakan.”

Vero He memegangi dagu dan menatap Angelina Lian tenang. Masih mau bersandiwara ya, baiklah kita lihat saja sampai kapan dia tahan. Wanita itu melanjtukan, “Kamu sudah bangun beberapa hari, jadi aku yakin kamu juga sudah paham bagaimana keadaan terkini Kota Tong. Aku dan Taylor Shen pada akhirnya putus seperti harapanmu. Tetapi, tidak masalah, aku akan membuatmu melihat kami bersatu dengan mata kepalamu sendiri.”

Melihat wajah Angelina Lian yang pura-pura bodoh perlahan berubah, ia tersenyum puas: “Sebenarnya ada satu hal yang aku tidak pahami juga. Mengapa kamu rela mempertaruhkan nyawamu hanya untuk memisahkan aku dan Taylor Shen. Atas rasa penasaran, aku melakukan penyelidikan. Hasilnya ini luar biasa, coba kamu tebak aku berhasil menemukan fakta apa?”

Angelina Lain menegur marah, “Tiffany Song, kamu sudah kalah. Tujuh tahun lalu, tanpa peduli bahwa kalian berdua baru saja menikah, Taylor Shen membiarkan kamu melalui malam pernikahan di penjara. Kamu masih punya muka untuk menyombongkan diri?”

“Oh, akhirnya sudah tidak pura-pura amnesia lagi?” Vero He tersenyum dalam hati. Ia memang ingin membuat Angelina Lian marah, itu tujuannya datang kemari.

“Kamu! Aku sudah bilang, kalau kamu menyakiti aku, dia tidak akan memaafkanmu lagi.” Meski sempat koma tujuh tahun, Angelina Lian sudah mempelajari semua kabar terbaru selama ini dalam waktu singkat. Ia bisa menebak Tiffany Song cepat atau lambat akan kemari, namun ia sama sekali tidak tahu dia sudah menjadi orang sukses.

“Kamu yakin sekali kedudukanmu di hatinya sebegitu penting?” Vero He mengernyitkan alis. Ia melihat foto yang ada di kepala ranjang, “Sepengetahuanku, sejak kamu bangun saja ia belum pernah berkunjung sekali ke sini. Kalau aku beritahu dia bahwa kamu sudah menipunya dan berpura-pura sebagai adiknya, menurutmu ia akan mengapakanmu?”

Angelina Lain terhenyak, jadi Vero He sudah tahu soal ini?

“Tidak usah menakut-nakuti. Aku pernah menolongnya, ia tidak akan meninggalkan aku.”

“Jadi kamu mengaku?”

“Mengaku apa? Tiffany Song, wajahmu itu tebal sekali ya. Taylor Shen itu tidak mau denganmu lagi. Kamu sengaja berganti nama untuk kembali mendekatinya. Sungguh wanita murahan, pantas saja dia meninggalkanmu,” hina Angelina Lian. Ia waktu itu sudah berhitung segala hal, namun tidak menyangka dirinya akan koma tujuh tahun. Ketika ia bangun, Tiffany Song sudah kembali. Semua yang terjadi sungguh berbelok jauh dari perkiraannya.

Vero He tertawa, “Ayo hina-hina aku lagi, katakan apa pun yang kamu mau sekarang. Penyebabnya, kamu akan segera paham kamu tidak akan punya kesempatan berbicara lagi.”

“Kamu mau melakukan apa?” tanya Angelina Lian was-was. Tiffany Song yang sekarang sungguh menakutkan, ia sudah bukan lagi wanita yang mudah disakiti.

“Membalaskan dendam.” Melihat perubahan drastis pada wajah Angelina Lian, Vero He menambahkan kata-kata lagi, “Oh ya, aku tidak sebodoh kamu yang mengorbankan diri sendiri tetapi tidak berhasil membuat dampak apa-apa.”

“Tiffany Song, jangan macam-macam kamu!” tegur Angelina Lian.

Vero He bangkit berdiri dan menyindir: “Kamu melakukan hal sebanyak itu hanya untuk mendapatkan seorang pria bernama Taylor Shen kan? Sungguh maaf, kalau pun aku sudah tidak mau dengannya, kamu tetap tidak akan dapat dia.”

“Kamu!” Angelina Lian makin marah.

Vero He berbungkuk dan menepuk-nepuk pipi Angelina Lian pelan. Yang ditepuk jelas gusar dan langsung menyingkirkan tangannya. Ketika sudah kembali menurunkan tangan, Vero He berbisik pelan: “Rahasiamu aku bisa bantu sembunyikan. Soal bagaimana kamu mengubah status “adik kandung” menjadi “istri Taylor Shen”, aku ingin menyaksikannya setahap demi setahap.”

“Tiffany Song, sebenarnya apa yang kamu mau lakukan?”

“Aku ingin memberimu kesempatan untuk mewujudkan mimpimu mendapatkan dia. Tetapi, kamu harus pikir baik-baik, kalau kamu mau berpasangan dengannya, kamu harus mengakui dulu fakta bahwa kamu bukan adik kandungnya. Angelina Lian, aku ingin tahu apa taktikmu untuk mengatasi jalan buntu ini?” Vero He menegakkan badan, mengambil tas yang ia taruh di kursi yang diduduki barusan, lalu keluar ruang pasien dengan langkah cepat.

Angelina Lian menatap bayangan tubuh sosok yang pergi dengan penuh kebencian. Ia paham apa maksud Tiffany Song. Wanita itu ingin membuatnya mengaku ia bukan Tiara.

Sebodoh apa pun dirinya, ia juga tahu Taylor Shen pasti akan melakukan sesuatu padanya kalau ia mengaku bukan Tiara. Dengan kata lain, Tiffany Song ingin mengadu domba dirinya dan Taylor Shen. Wanita ini, licik sekali!

Angelina Lian dari dulu berpikir Tiffany Song kalah, padahal dirinya sendiri lah yang kalah. Ia sudah mengorbankan tujuh tahun masa mudanya tanpa mendapat rasa kasihan sedikit pun dari Taylor Shen. Dengan kondisi begini, mana layak ia dibilang pemenang?

Angelina Lian mengambil koran yang ada di kepala ranjang dan menyobeknya dengan penuh emosi. Tujuh tahun ini, Taylor Shen pergi ke luar negeri karena Tiffany Song. Kalau bukan karena wanita itu kebetulan kembali muncul, pria itu tidak mungkin tetap tinggal di sini.

Tiffany Song hari ini datang menemuinya untuk pamer. Salah, bukan hanya untuk pamer, tapi juga untuk menertawai kebodohannya.

Kalau ia mengaku pada Taylor Shen bahwa ia bukan Tiara, si pria pasti tidak akan membuatnya menderita tinggal di Kota Ini. Belum tentu akan dibunuh, tetapi yang jelas ia tidak akan bisa mendekatinya lagi.

Angelina Lian melempar sobekan lembaran koran ke lantai. Tiffany Song, jangan merasa menang! Sekali pun aku tidak berhasil mendapatkan apa yang aku mau, aku tidak akan membiarkanmu memperoleh apa yang kamu mau! Kalau tidak percaya lihat saja nanti!

……

Vero He masuk mobil dan menatap bangunan rumah sakit dengan senyum dingin. Angelina Lian, kamu orang jahat, jadi kamu harus merasakan akibat dari perbuatanmu sendiri! Jangan hara pada yang akan menyelamatkanmu!

Wanita itu lalu menarik pandangan, memakai kacamata hitam lagi, dan melajukan mobil.

Setengah jam kemudian, mobil Vero He tiba di depan gedung Shen’s Corp. Ia membuka pintu dan melangkah cepat masuk ke gedung. Di depan meja resepsionis, ia membungkuk dan berujar pada staf yang bertugas: “Tolong kabarkan aku kemari untuk menemui CEO Shen.”

“Nona, sudah buat janji?” Staf resepsionis mendongak. Yang staf itu lihat adalah seorang wanita yang berpakaian sangat modis dengan aksesoris kacamata hitam. Wajah wanita itu sekilas agak familiar, namun ia tidak ingat itu siapa.

Vero He melepaskan kacamata hitam dan tersenyum lebar: “Via scan wajah bisa tadi?

Staf resepsionis segera mengenalinya. Orang itu buru-buru bangkit berdiri dan mengajak: “Eh, nona bisa saja. CEO Shen bilang, kapan pun Nona He mau datang, kami harus mengizinkan. Mari ikut aku.”

Staf resepsioniss membawa Vero He ke depan lift. Setelah si tamu masuk lift, ia baru berbalik badan dan kembali ke tempat kerjanya. Dalam hati ia bergumam, wanita baru CEO Shen ini sungguh mirip dengan Nyonya Shen.

Vero He berjalan keluar dari lift sesampainya di lantai tujuan. Model ruang kerja CEO sekarang agak beda dengan yang tujuh tahun lalu. Yang sekaragn banyak kaca-kacanya, bahkan ia bisa melihat Taylor Shen yang ada di dalam ruang rapat. Pria itu tengah berdiri dan menunjuk layar prokeytor dengan pointer merah, entah apa yang dibicarakan olehnya. Di tengah-tengah presentasi, suara Taylor Shen tiba-tiba tertahan ketika pandangannya bertemu dengan pandangan Vero He.

Para peserta rapat langsung menoleh ke arah yang ditatap si bos. Ketika melihat Vero He, mereka langsung tercengang tidak percaya, mungkin karena penampilannya. Si wanita tersenyum tipis pada Taylor Shen tanpa merasa canggung karena jadi pusat perhatian.

Taylor Shen mengalihkan pandangan dan melanjutkan presentasi.

Tidak lama kemudian, Christian menghampirinya dengan langkah cepat. Melihat Vero He agak terkejut, pria itu tersenyum ramah: “Nyonya Shen, CEO Shen menyuruhku untuk membawamu istirahat ke ruang kerja CEO.”

Vero He mengangguk sambil memperbaiki panggilan: “Sekretaris Yan, aku bukan Nyonya Shen. Aku Vero He.”

Christian tidak tahu apa beda dua panggilan ini, tetapi ia tetap mengiyakan: “Eh iya, aku kelepasan. Maaf Nona He, maaf sekali. Yuk ikut aku.”

Mereka berdua pun masuk ruang kerja CEO. Christian mengamati Vero He dari atas ke bawah. Wanita ini sudah berubah banyak. Ia ingat Vero He masih memanggilnya Kak Yan waktu kerja di Tiffalor Design Corp, sekarang dia terlihat dingin sekali.

“Nona He, mau minum apa?”

“Tidak perlu. Kamu lanjutkan saja urusanmu sendiri, aku tunggu di sini tidak masalah,” geleng si tamu. Vero He dalam hati memendam rasa terima kasih yang sangat besar pada Christian. Waktu dulu menjadi asisten dirinya, pria itu memberinya banyak sekali pembelajaran. Kesuksesannya di Parkway Plaza dua tahun ini tidak lepas dari pembelajaran-pembelajaran itu.

Christian tidak bergerak, “Rapat baru dimulai. CEO Shen khawatir kamu bosan, jadi ia menyuruhku menemanimu ngobrol.”

“Oh begitu. Aku hari ini datang khusus untuk mengirimkan undangan. Berhubung dia sibuk, ini aku titipkan dulu ke kamu saja, jangan lupa kasihkan ke dia ya. Sudah, aku pamit.” Vero He mengeluarkan kartu undangan dari tas, bangkit berdiri, dan menyerahkannya pada si asisten.

Mana berani Christian terima? Ia menolak: “CEO Shen bilang kamu harus menunggu sampai ia kelar rapat. Kalau aku yang terima ini, ia pasti akan tidak senang. Bila Nona He tidak sibuk, mohon tunggu saja dulu. CEO Shen sangat kangen denganmu loh.”

Entah bagian kalimat mana yang bikin terharu, Vero JHe kembali duduk dan menatapi undangan itu dalam diam. Melihat tamunya tidak jadi pergi, ia buru-buru menuangkan kopi dan menyodorkan gelas padanya, “Nona He, silahkan minum kopi!”

“Terima kasih.” Vero He menyeruput sedikit, lalu menaruhya kembali ke meja teh. Wanita itu lalu bertanya: “Sekretaris Yan sudah menikah?”

“Sudah, empat tahun lalu menikah di Prancis. Istriku adalah orang Tiongkok yang migrasi ke sana. CEO Shen waktu itu jadi penanggungjawab acaranya.” Bicara soal istri, wajah Christian langsung berseri-seri,

Vero He ikut terpengaruh dengan kegembiraannya. Ia memuji: “Wah, beruntung sekali wanita yang kamu nikahi.”

Si asisten menggeleng, “Tidak lah, ada juga aku yang beruntung bisa mendapatkan dia. Nona He, CEO Shen selama ini tidak pernah lupa padamu. Di Prancis ada banyak sekali wanita yang mengejarnya, namun ia tidak jatuh hati sedikit pun pada siapa-siapa. Ia sering sekali mengenang masa lalu kalian. Sekarang, kalau diingat-ingat, tahun-tahun itu sungguh tahun yang sangat berat dalam hidup CEO Shen.”

Vero He menunduk dengan perasaan kaget. Taylor Shen yang diceritakan Christian sangat beda dengan Taylor Shen yang ia kenal. Sebenarnya masalahnya di mana? Ini ingatannya keliru atau Christian yang berdusta?

“Tadi kamu bilang di Prancis ada banyak wanita mengejar dia?” tanya Vero He sambil tersenyum.

Christian langsung tegang dan sadar ia sudah salah berbicara. Ia hanya ingin bilang CEO Shen jaga hati buatnya, tetapi makna yang ditangkap Vero He berbeda. Ia buru-buru menjelaskan, “CEO Shen tampan plus kaya, jadi jelaslah banyak wanita mendekatinya. Ia selalu menolak mereka kok. Kamu tahu apa yang ia katakan saat menolak setiap orang? Ia bilang, aku sudah punya istri.”

Setiap kali teringat kata-kata “aku sudah punya istri” yang diucapkan bosnya, Christian selalu merasa sangat sedih.

“Wanita-wanita itu percaya?” tanya Vero He.

“Beberapa percaya, beberapa lagi mau diapakan juga tidak mau percaya. Yang tidak percaya itu tanya CEO Shen, kalau memang sudah punya, mengapa aku tidak pernah melihat istrimu?”

“Apa jawaban dia?”

“CEO Shen bilang, istriku takut ketinggian, jadi tidak berani naik pesawat ke Prancis. Ia ada di Kota Tong dan selalu menantiku kembali.” Christian lalu menatap Vero He dalam diam. Ia sebanarnya tidak paham mengapa Nyonya Shen tidak mau memaafkan CEO Shen. Tujuh tahun kehilangan istrinya, CEO Shen terus-terusan hidup segak mati tak mau.

Vero He gigit-gigit bibir. Ia tidak seharusnya percaya dengan kata-kata Christian, masak iya Taylor Shen benar-benar begitu? Masak ketika ia sudah “mati”, Taylor Shen masih menjaga diri dan cinta untuknya? Bagaimana mungkin? Kalau Taylor Shen memang sungguh cinta padanya, mengapa saat tahu ia diculik, pria itu tidak menyelamatkannya? Terus, mengapa Taylor Shen membunuh putri mereka? Ada lagi, mengapa Taylor Shen bicara kata-kata yang kejam padanya?

Novel Terkait

Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu