You Are My Soft Spot - Bab 187 Setua-Tuanya Aku, Kamu Masih Lebih Tua (2)

Taylor Shen mengambilkan kantong plastik di tangan istrinya sambil memegang tangannya. Ia menatap lekat-lekat dan menjawab, “Aku takut ada yang kangen sama aku, jadi aku kemari tanpa diundang deh. Untung datang, jadi bisa ikutan makan hotpot daging kambing deh.”

“Ih, hidungmu peka banget!” Tiffany Song tertawa. Hatinya yang kosong perlahan diisi Taylor Shen. Ia pikir, ia memang orang yang sangat mementingkan simbol. Meski mereka sudah ambil kartu nikah, tetapi tanpa adanya acara pernikahan ia selalu merasa ada yang kurang. Itulah mengapa ia oke-oke saja ketika Taylor Shen bilang mau menghelat acara tersebut.

Taylor Shen senyum-senyum saja dan menggandeng Tiffany Song masuk.

Satu pasangan lainnya tidak natural seperti mereka, bahkan malah canggung. Setelah Jordan Bo mengambil kantong plastik yang ada di tangan Stella Han, wanita itu langsung menjauh darinya. Bahkan, untuk menatapnya saja, wanita itu tidak bersedia.

Jordan Bo menatap muram wanitanya. Stella Han berjalan ke dalam dengan tertunduk. Jordan Bo jadi makin marah. Ia menahan tangan Stella Han, tetapi wanita itu langsung melepaskan tangannya dan lanjut jalan. Suasana jadi makin canggung……

Jordan Bo mengejar Stella Han. Ia menggeretakan gigi: “Di rumah orang begini, bisakah kamu tidak ribut denganku?”

Stella Han tidak menghentikan langkah. Pertanyaan suaminya ia anggap masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Jordan Bo sungguh geram melihat kelakuannya yang tidak bisa diatur ini. Setibanya mereka semua di bangunan vila, Bibi Lan sudah mempersiapkan bumbu-bumbu masakan. Ia lalu mengambil semua kantong plastik dan bergegas ke dapur.

Tiffany Song menatap Taylor Shen sambil mendudukkan diri di sofa dengan Stella Han: “Kami beli banyak sekali lauk. Mau tidak panggil teman-temanmu kemari untuk makan bareng?”

Jordan Bo dan Taylor Shen datang ke Sunshine City…… Kelihatannya nongkrong terakhir masa lajang Taylor Shen sudah dibatalkan. Freddy Bi orang yang suka keramaian. Makan bareng kali ini, kalau tidak ramai, pasti tidak akan berkesan.

Taylor Shen berpikir sejenak. Ia menjawab: “Ned Guo dan Freddy Bi sangat suka makan daging kambing. Kalau kita panggil mereka, porsi yang kamu beli itu tidak bakal cukup. Kamu perlu ke supermarket untuk beli lagi.”

“Aku deh yang beli!” Jordan Bo tiba-tiba berucap pada mereka semua.

Tiffany Song menoleh ke sahabat Taylor Shen itu. Stella Han, yang duduk di sebelahnya, tengah bermain ponsel. Ia langsung tahu keduanya bertengkar lagi. Tiffany Song mencari cara untuk mendamaikan mereka: “Stella Han, pergilah kamu bareng Tuan Bo.”

Dengan mata tetap terpaku ke layar ponsel, Stella Han menjawab judes: “Aku tidak punya waktu. Aku mau main game.”

Suasana jadi canggung sekaligus tegang. Tiffany Song curi-curi pandangan ke Jordan Bo. Wajah pria itu sangat muram dan bibirnya cemberut. Tatapannya terlihat seperti siap memakan Stella Han hidup-hidup. Pria itu berjalan ke istrinya.

Jordan Bo merebut ponsel Stella Han dan menutup game-nya. Ia lalu menarik wanita itu untuk bangkit berdiri dari sofa. Stella Han protes dengan risih, “Jordan Bo, kembalikan ponselku.”

“Kamu sadar tidak kamu sudah umur berapa? Kayak anak kecil saja,” balas Jordan Bo dengan alis terangkat tanda tidak senang.

Stella Han kesal Jordan Bo membahas soal usia. Ia menyindir keras, “Setua-tuanya aku, kamu masih lebih tua.”

Jordan Bo mengamati Stella Han dengan tajam, udara di sekitar mereka terasa membeku. Pandangan Tiffany Song terpaku pada dua orang yang berhadap-hadapan di sebelahnya ini. Ia agak ketakutan.

Tiffany Song jadi teringat kejadian di Swiss Sea Club lagi. Waktu itu, Jordan Bo bertanya “kamu cinta aku tidak” ke sahabatnya berulang-ulang dengan galak. Ketika Tiffany Song ingin meminta mereka baikan, Taylor Shen buru-buru menggeleng kepala tanda menyuruhnya untuk tidak ikut campur.

Emosi Jordan Bo yang nyaris meledak tidak terkendali perlahan bisa ditahan. Pria itu menggenggam pergelangan tangan Stella Han dan menariknya keluar.

Tiffany Song bangkit berdiri dari sofa. Ia sempat mau ikut, tetapi akhirnya mengurungkan niat itu. Ia menoleh ke Taylor Shen dan bertanya khawatir: “Mungkinkah mereka akan pukul-pukulan?”

“Kakak Tertua Bo tidak pernah main tangan pada wanita. Kamu tenang saja.” Taylor Shen mendekati Tiffany Song dan merangkul bahunya. Saat menyetir mobil pulang ke vila, Taylor Shen sempat menerima telepon dari Jordan Bo. Pria yang biasanya bicara blak-blakan itu berbasa-basi cukup lama. Akhir-akhirnya, ia ternyata cari alasan untuk datang ke Sunshine City.

Menurunkan kesombongan Jordan Bo sangat sulit. Setidaknya, mantannya gagal.

Tiffany Song mengamati bayangan tubuh dua orang yang berjalan keluar vila dengan khawatir. Jordan Bo tidak akan main tangan dengan wanita tidak berarti pria itu tidak akan murka pada Stella Han. Kadang-kadang, Stella Han kalau protes bisa kelewatan dan bikin orang jadi lepas kendali juga.

……

Setibanya Jordan Bo dan wanita yang ditariknya di luar, hujan salju makin lebat. Butiran-butiran salju hinggap di kepala bahu, dan atas mata mereka. Stella Han bahkan tidak bisa melihat sosok Jordan Bo dengan jelas.

Si pria terus menarik Stella Han sampai cukup jauh, lalu akhirnya langkahnya memelan dan berhenti. Jordan Bo menoleh menatap wanita yang ia tarik di belakang. Ada butiran salju tipis di dekat alis dan bulu matanya. Ia melihat ini sebagai suatu hal yang sangat eksotis. Hatinya pun melembut.

Jordan Bo mengangkat tangan untuk mengelus wajah Stella Han. Dengan respon cepat, wanita itu langsung mundur satu langkah dan menghalau tangannya.

Tangan Jordan Bo terdiam di udara. Ia mengamati Stella Han lekat-lekat. Tanpa melihatnya balik, wanita itu berjalan ke supermarket yang ingin disinggahi. Jordan Bo terdiam di tempat mengamati bayangan tubuh istrinya yang menjauh. Kemarahannya kembali terkumpul lagi dan siap dilampiaskan.

Jordan Bo buru-burr menghampiri Stella Han dan mencengkeram tangannya erat. Ia memaksa wanita itu berhenti. Ia lalu mengangkat dagu si wanita supaya tatapan mereka bisa saling bertemu. Jordan Bo bertanya dingin sedingin-dinginnya, “Berencana mendiamiku seumur hidup ya kamu?”

Stella Han tidak punya pilihan lain selain menatap Jordan Bo. Ia tersenyum tipis: “Seumur hidup terlalu panjang. Aku tidak akan tahan selama itu.”

Jordan Bo mengenryitkan alis. Ini orang sungguh ingin dia meledak ya? Ia bertanya, “Oh ya? Aku pikir seumur hidup terlalu pendek, jadi aku berencana masih menghabiskanmu di kehiddupan berikutnya.”

“Tidak, tidak mau. Kalau di kehidupan berikutnya kamu masih ada di sekitarku, aku pasti akan menghindar dan buru-buru pergi,” tolak Stella Han cepat-cepat.

Jordan Bo mengencangkan pegangannya pada dagu Stella Han. Ia ingin sekali memencet dagu wanita itu sampai kesakitan. Ia bertanya pelan namun intimidatif, “Stella Han, aku mau tahu, kamu sebenarnya masih punya cinta padaku tidak?”

“Aku masih punya hati atau tidak, itu tidak ada urusannya dengan Tuan Muda Bo. Kamu jangan lupa, pernikahan kita ini kawin kontrak. Yang aku sediakan untukmu hanya tubuhku, bukan cintaku,” balas Stella Han provokatif. Ia tidak mau kalah dari siapa pun, termasuk Jordan Bo.

Jordan Bo mendekatnya wajahnya ke wajah Stella Han. Mereka jadi terlihat seperti pasangan yang mau berciuman. Jordan Bo merespon: “Kalau aku bersikeras mau cintamu bagaimana?”

“Bercanda kamu! Atas dasar apa kamu berhak minta cintaku? Kamu yakin sekali kamu bisa dapat?” Stella Han tersenyum dingin. Ia sungguh menyesal sudah masuk ke “jaring cinta” Jordan Bo. Ia kira mereka akan bisa jadi suami istri yang harmonis, ternyata tubuhnya hanya dimanfaatkan untuk memenuhi nafsu birahi saja.

“Kalau aku saja tidak bisa dapat, jadi siapa yang bisa dapat? Si itu? Sungguh dibutakan oleh cinta kamu. Jangan lupa, tubuhmu sudah aku nikmati habis-habisan. Kamu pikir si dia itu masih mau tubuh bekas pria lain begini?” Hati Jordan Bo panas sekali sampai otaknya tidak mampu memilah kata-kata yang akan dilontarkan.

Wajah Stella Han memucat. Seperti diinjak di titik lemah, Stella Han langsung terpancing emosi. Ia menyingkirkan lengan Jordan Bo dengan geram dan memukulnya. Plak! Pukulan ini memecah kesunyian hujan salju. Ia menyindir balik, “Sebenarnya yang gila cinta itu aku atau kamu? Bukannya kamu yang tiap hari minta bersetubuh?”

Jordan Bo menggeretakan gigi. Ia tidak ingin ribut lebih lanjut dengan istrinya. Saat bertengkar, yang lelah dan sakit bukan hanya jiwa, namun juga hati. Ia menarik tangannya sendiri, “Stella Han, aku tidak mau ribut denganmu sekarang. Nanti kita bicara lagi sesudah acara pernikahan selesai.”

“Aku tidak ingin membicarakan apa-apa denganmu sih. Kamu hanya perlu tandatangani surat kesepakatan cerai, aku akan langsung berterima kasih banyak.” Stella Han berbalik badan dan tidak menoleh lagi.

“Surat itu sudah kusobek.”

“Aku bisa cetakkan lagi.”

“Kamu mau cetak sepuluh lembar hasil akhirnya juga akan tetap sama, yaitu aku sobek-sobek dan buang ke tong sampah. Stella Han, kamu waktu itu menandatangani kesepakatan menikah tanpa paksaan. Berhubung kamu sudah menandatanganinya, itu jadi ikatan seumur hidup.” Jordan Bo berusaha keras menahan amarah. Ia tidak mau meledak lagi。

Stella Han kesal, dasar pria cabul! Ia mengancam, “Kalau kamu tidak mau tanda tangan, aku akan laporkan kamu dengan tuduhan kekerasan dalam rumah tangga.”

“Aku mau lakukan kekerasan ribuan kali, kalau aku tidak mau tanda tangan suratmu itu, kamu tetap tidak bisa cerai dariku,” balas Jordan Bo.

Stella Han: “……”

“Kamu lagipula juga teriak kesenangan. Kamu berarti sangat menikmatinya.”

“Jordan Bo!” Stella Han menggeretakkan gigi sambil menatap si pria. Yang ditatap mengangkat bahu dengan santai, lalu lanjut berjalan.

Stella Han terdiam di belakang dan tidak ikut jalan lagi. Setelah jalan beberapa meter, Jordan Bo menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang. Ia memerintah dingin: “Sini ikut!”

Stella Han sebenarnya tidak bersedia, tetapi melihat ancaman pada pandangan matanya, ia mau tidak mau ikut.

……

Sekembalinya Jordan Bo dan Stella Han dari supermarket, vila sudah tidak sesepi sebelumnya. Ned Guo, Freddy Bi, dan Alex Yue sudah tiba. Freddy Bi turun dari lantai atas. Melihat Jordan Bo dan Stella Han datang, ia meledek dengan ceria: “Kakak Tertua, atas pengaruhmu, kami akhirnya bisa dapat kesempatan berkunjung ke rumah Kakak Keempat, Sungguh terima kasih.”

Alex Yue protes: “Salah kamu, harusnya kita berterima kasih pada Kakak Ipar Keempat.”

“Setuju, setuju. Pengaruh dia bikin kita tidak hanya bisa lihat makanan yang enak-enak, tetapi juga bisa sekalian memakannya.” Freddy Bi bersandar di pegangan tangga sambil mengamati mereka semua. Ia orang yang jago makan. Di mana ada makanan enak, pasti dia ada di sana.

Tiffany Song tidak pernah berpikir ia akan dijadikan topik pembicaraan oleh mereka. Ia berujar canggung: “Nanti-nanti kalau ada waktu luang sering-seringlah kemari. Bibi Lan bisa masak banyak sekali makanan, rasanya juga jauh lebih enak dari buatan hotel-hotel bintang lima.”

“Tidaklah, kami akan merasa tidak enak kalau begitu,” balas Alex Yue.

Freddy Bi turun dari lantai atas dan berujar: “Sebenarnya Kakak Kedua juga sih yang bawa kita kemari. Ia mengiyakan ajakan Kakak Keempat dengan santai tanpa takut menganggu Kakak Keempat dan Kakak Ipar Keempat bercinta.”

Semua orang berbincang dengan seru tanpa menyadari ketegangan antara Jordan Bo dan Stela Han.

Ned Guo sedikit bicara seperti biasa. Meski begitu, setiap kata yang ia ucapkan bisa langsung menusuk. Ia bilang, “Jangan sok rendah hati kamu. Kamu sama Kakak Kedua sama saja.”

Freddy Bi: “……”

Alex Yue: “……”

Bibi Lan mengambil kantong plastik yang ditenteng Jordan Bo. Ia tertawa: “Sudah lama sekali rumah tidak ramai begini. Kalau kalian berkenan, datang saja kemari kapan pun. Aku pasti akan masakkan makanan terenak untuk kalian.”

Freddy Bi mengangguk dengan puas.

Bibi Lan menaruh sayur-mayur yang sudah dicuci di atas meja. Entah dapat dari mana, ia juga menaruh panci hotpot di sana. Panci itu dinyalakan dan tidak lama kemudian daging kambing di dalamnya bergelembung-gelembung. Bau harum langsung menyeruak ke segala arah, termasuk ke tempat mereka berkumpul. Air liur Freddy Bi tanpa sadar menetes. Ia tidak sabar mulai, “Kakak Keempat, bisa mulai makan sekarang? Lapar sekali nih.”

“Kamu doang tuh yang lapar sekali, kami tidak kok,” ledek Taylor Shen. Ia kemudian mempersilahkan semuanya untuk masuk ruang makan.

Tiffany Song dan Stella Han berjalan di paling belakang. Yang pertama bertanya khawatir pada yang kedua, “Stella Han, kamu tidak apa-apa kan?”

Novel Terkait

Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu