You Are My Soft Spot - Bab 327 Paparan Foto Tak Senonoh dan Serangan Balik (1)

Vero He tidak menetap di rumah sakit begitu lama, aroma cairan antiseptik membuatnya merasa sangat tidak nyaman, setelah bersabar hingga sore hari, dia langsung menyuruh Erin mengurus prosedur keluar dari rumah sakit. Dia tidak tahu kapan Karry Lian akan menyebarluaskan foto itu, sebelum saat itu tiba, waktunya sudah tak tersisa begitu banyak lagi.

Dia ingin kembali ke Sunshine City, menemani dua orang pria yang paling penting baginya dalam dunia ini, berharap bisa melewati kehidupan yang tenang lebih lama dengan mereka, hingga benar-benar tidak bisa bertahan.

Erin membujuknya tapi tidaklah berguna, terpaksa pergi mengurus prosedur keluar dari rumah sakit, pihak rumah sakit membuka resep untuknya sesuai dengan keadaannya, menyuruhnya mengkonsumsinya saat pulang ke rumah. Setelah prosedurnya selesai, Erin mengantarnya pulang ke Sunshine City.

Jacob Shen telah dijemput pulang oleh Budi, dia awalnya hendak mengantar Jacob Shen ke rumah sakit, kemudian Vero He meneleponnya, menyuruhnya untuk langsung mengantarkan Jacob Shen pulang ke Sunshine City.

Dia turun dari mobil, langsung terlihat Jacob Shen sedang memandangnya dengan tatapan tak berdaya, bersikap bagaikan orang dewasa, "Kenapa kamu lagi-lagi masuk ke rumah sakit? Kesehatanmu begitu lemah, harus perbanyak olahraga."

Vero He tersenyum, dia sedikit membungkukkan badan, memberi kecupan di keningnya, wajah sang bocah dalam seketika langsung memerah, dengan canggung membalikkan badan berlari masuk ke vila, saat melihat sosok tubuhnya yang berlari girang, sudut bibir Vero He sedikit melekuk, melintas sebuah senyuman.

Erin membawakan obat, hendak mendekat untuk membahunya, Vero He malah melambai-lambaikan tangan, dengan perlahan berjalan masuk ke dalam vila.

Saat masuk ke dalam, Jacob Shen sedang berada di ruang tamu melihat televisi, terkadang akan melirik ke sana sejenak. Vero He telah memakai sandal rumah dan berjalan ke ruang tamu, duduk di sampingnya, dia sedang melihat "Big-Headed Kid and Small-Headed Father" edisi terbaru.

Erin meletakkan obatnya di atas meja, Vero He berkata: "Erin, kamu pulang beristirahatlah dulu."

Erin melihatnya, lalu membalikkan badan dan pergi.

Di dalam ruang tamu, Vero He bertanya pada Jacob Shen, "Jacob, malam nanti ingin makan apa, aku masakkan untukmu."

Jacob Shen melihatnya sekali, muka Vero He terlihat pucat, raut wajahnya tidak terlihat begitu bagus, sang anak memiringkan bibir, "Melihat penampilanmu yang bahkan bisa tumbang tertiup angin seperti ini, sebaiknya jangan melakukan apapun lagi, aku ingin makan McDonald's, kamu pesankan untukku saja."

Ponsel Vero He telah di sita oleh Taylor Shen, dia terpaksa pergi ke ruang kerja menggunakan komputer untuk memesan makanan. Di tengah perjalanan, hatinya samar-samar merasa sakit, dia batuk sejenak, Jacob Shen yang ada di bawah memandang sosok tubuhnya dengan sedikit resah, hahh, sudah berapa umurnya, kenapa masih selalu membuat orang begitu mengkhawatirkannya?

Vero He telah memesan makanan, berjalan ke ujung tangga dari lantai dua, berkata terhadap Jacob Shen yang ada di bawah: "Jacob, aku sudah memesan makanan, kepalaku terasa sedikit pusing, aku pergi berbaring sejenak, kamu menetaplah di rumah, jangan pergi sembarangan, jangan membukakan pintu untuk orang asing."

"Aku mengerti, aku mengerti."

Setelah mendengar suaranya yang tidak senang, Vero He tersenyum, lalu berjalan ke kamar utama sambil batuk.

Dia berbaring di ranjang, tidak bisa tertidur untuk waktu yang cukup lama, saat baru saja hendak memasuki dunia mimpi, tiba-tiba terdengar sebuah suara yang sangat keras dari lantai bawah, mengangetkan rasa kantuknya.

Dia teringat di lantai bawah hanya ada Jacob Shen seorang, segera membuka selimut dan turun dari ranjang, tidak sempat mempedulikan rasa sakit di dada, bergegas keluar dari kamar, berlari ke bawah.

Baru berlari di anak tangga pertama, langsung terdengar suara batuk yang bertubi-tubi, dan terdapat asap yang muncul dari dapur, dia merasa sangat kaget hingga kalang kabut, sambil memanggil Jacob Shen, sambil menyerbu ke bawah.

Saat berlari ke dapur, sesosok tubuh yang gelap berlari keluar dari dapur, menabrak tubuhnya, Vero He mundur beberapa langkah akibat tertabrak, sedangkan Jacob Shen terpental balik, dan terduduk di lantai.

Vero He menstabilkan tubuhnya, melihat dapur, bagaikan kapal pecah, tempat ini terlihat bagaikan tempat yang telah mengalami bencana, wajan terjatuh ke lantai, di dalamnya terdapat gumpalan-gumpalan benda gosong, asap pekat berasal dari sana, terdapat berbagai benda yang berantakan di lantai.

Dia tidak sempat mempedulikan kekacauan itu, duluan membahu Jacob Shen untuk bangun, wajahnya begitu hitam, hanya tersisa sepasang mata bagaikan anggur yang berkilau bergerak dengan lincah, dia mengamati sang anak sejenak, "Jacob, kamu terluka tidak?"

Jacob Shen telah melakukan kesalahan, terus berdiam diri di sana tak bersuara, menunggu makian. Mendengar Vero He menanyakan dirinya terluka atau tidak, dia langsung mengangkat kepala, menatapnya dengan penuh resah, "Aku telah membuat dapur menjadi seperti ini, kamu tidak memarahiku?"

"Kenapa aku harus memarahimu? Katakan padaku, kamu terluka tidak, tanganmu terbakar tidak?" Hati Vero He merasa nyeri, kenapa pada saat seperti ini sang anak masih saja khawatir dirinya akan memarahinya?

Jacob Shen menggelengkan kepala, "Tidak terluka, hanya terkejut saja."

Ini adalah pertama kalinya Jacob Shen masak, dia melihat dari televisi, orang yang sakit tidak boleh makan makanan berminyak, harus makan bubur dan banyak makan sayuran, dia hanya ingin memasakkan makanan untuknya. Siapa sangka langkah-langkah yang terlihat sederhana, malah begitu sulit dilakukannya.

Nyaris saja membuat dapurnya terbakar, dirinya sendiri pun merasa sangat terkejut.

Vero He melihat penampilannya yang memprihatinkan itu, menarik tangannya berjalan ke lantai atas, "Mari kita pergi mandi dulu, ganti baju kotornya."

Jacob Shen ikut naik ke atas di belakangnya, Vero He membawanya pergi kamar mandi, mengisi bathtub dengan air hangat, Jacob Shen menelanjangkan dirinya bulat-bulat, lalu melompat masuk ke bathtub, pergerakannya begitu besar, hingga air terpancur ke mana-mana.

Vero he duduk di samping bathtub, membungkukkan badan membantunya mandi. Sebenarnya dia tahu, di usia Jacob Shen ini, harusnya sudah mulai mengajarkannya ada perbedaan di antara perempuan dan laki-laki, tapi dirinya ingin menjaganya tanpa batasan.

Dirinya sudah melewatkan masa kecil sang anak, sangat ingin meninggalkan beberapa memori.

Sambil membantunya mandi, sambil menanyakan: "Apakah McDonald's tidak enak? Kalau kamu ingin masak sendiri, sebenarnya kamu boleh memanggilku bangun."

Jacob Shen bergumam dengan suara kecil, "Sebenarnya aku masak untukmu."

Vero He kaget, pergerakan tangannya berhenti, melihat sang anak, berkata: "Kamu bilang apa?"

"Lupakan saja jika tidak mendengarnya." Jacob Shen bersikap arogan tidak bersedia mengulanginya, percobaan masak pertama kalinya ini telah gagal total, dia tidaklah ingin membuat Vero He tahu dirinya ingin memasak untuknya, khawatir dia akan menertawakannya.

Sebenarnya Vero He telah mendengarnya, hanya saja tidak berani percaya, melihat mulut sang anak yang sedikit cemberut, hatinya menjalar sebuah rasa hangat. Kelopak matanya terasa sedikit lembab, sambil memandikannya, sambil berkata: "Jacob, terima kasih."

Daun telinga Jacob Shen telah merah membara, yang benar saja, kenapa begitu segan terhadapnya, dia sampai merasa tidak enak hati.

Setelah selesai mandi, Vero He mengeringkan rambutnya, lalu turun ke bawah untuk membereskan kekacauan, aroma gosong yang sangat menusuk tercium, dia berjongkok di lantai, mengambil wajan dan kembali meletakkannya di atas kompor, niat dari anak ini telah dirasakannya.

Penanak nasi terus menghasilkan suara "blub blub", memancarkan aroma nasi yang telah sedang ditanak, melihat alat penanak nasi telah menunjuk ke tahap 'warm', dia menekan tombol mematikannya, membuka penanak nasi melihat nasi setengah tak jadi di dalam, seketika dia tertawa.

Jacob Shen bersandar di pintu dapur, melihatnya berdiri di samping penanak nasi, sang anak merasa sedikit canggung, sayurnya saja telah menjadi tak karuan seperti itu, entah nasinya akan menjadi seperti apa, dia berkata: "Buang semuanya, lain kali tunggu sampai aku bisa memasak, baru kubuatkan lagi untukmu."

Dia awalnya ingin merawat Vero He yang sedang sakit, alhasil malah membuatnya semakin sibuk.

Vero He membalikkan badan, kelopak matanya basah, berkata: "Nasinya sangat bagus, aku rasa pasti akan sangat harum."

Jacob Shen menggaruk-garukkan kepala merasa malu, membalikkan badan dan keluar.

Vero He tahu dia telah malu, dia segera membereskan dapur, lalu memasakkan dua sayur berdaging dan dua sayur biasa, juga sup tomat telur. Baru saja menghidangkan sayurnya ke meja, langsung terdengar adanya suara mesin mobil dari halaman.

Vero He berdiri di ruang tamu, melihat ke sana melalui jendela, malam telah tiba, lampu jalanan di luar vila telah menyala, dia melihat Taylor Shen turun dari mobil, merasa kaget, kembali ke dapur untuk menambah seporsi nasi lagi.

Dia baru saja menghidangkan nasinya keluar, Taylor Shen sudah berjalan kemari, mengamatinya dengan tatapan mata yang berat, Vero He dengan jelasnya menyadari ketidaksenangan di balik mata sang pria. Vero He berkata dengan menebalkan muka: "Kamu sudah makan belum, kemari dan makanlah."

Taylor Shen mengganti sandal, meletakkan tas dokumen ke rak pendek, melepaskan jaket, Vero he telah menghampirinya, mengulurkan tangan hendak menerimanya, sang pria malah menghindari tangannya, pergi menggantungkannya di rak gantung baju.

Tangan Vero He mengkaku di udara, jari tangannya terasa sedikit dingin, dia menarik kembali tangannya, diam tak bersuara membalikkan diri berjalan ke ruang makan, "Jacob, mari makan."

Jacob Shen sangat sensitif, mampu menyadari adanya masalah di antara mereka berdua, dia mematikan televisi, bergegas ke ruang makan, memanjat ke kursi, mengambil mangkuk dan mulai makan dengan lahap.

Vero He duduk di sampingnya Jacob Shen, awalnya mengira Taylor Shen tidak akan datang kemari, tiba-tiba hadapan matanya melintas bayangan hitam, dia mengangkat kepala melihatnya, terlihat sang pria sedang menarik kursi dan duduk, mengambil mangkuk, melihat nasi di mangkuk yang sangat kental, dia mengerutkan sedikit keningnya, aura risi langsung terlihat tanpa perlu dikatakan keluar.

Jacob Shen tidak melihat ekspresinya yang risi itu, langsung meminta pujian, "Papa, nasinya dimasak olehku, nasi yang kumasak pertama kali saja sudah seenak ini, aku sungguh merupakan orang berbakat."

"......" Taylor Shen melihatnya dengan dingin sejenak, tidak berkata untuk menusuknya, melainkan mulai mengambil sumpit dan makan dengan diam.

Vero He diam-diam menghela napas lega, di hari pertama tahun baru, dia tidaklah berharap mereka akan melewatinya dengan pertengkaran. Karena jika seperti itu, kehidupan selanjutnya dalam tahun ini tidak akan begitu mulus.

Setelah selesai makan, Jacob Shen kembali pergi menonton televisi, Vero he membereskan peralatan makan, dan membawanya ke dapur. Taylor Shen mengeluarkan kotak rokok dari kantong kemeja, mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya, lalu mulai menghisapnya.

Di tengah gumpalan asap, dia melihat sosok tubuh yang sedang sibuk di dapur dari balik asap, tiba-tiba dia mematikan rokoknya, bangun dan pergi ke dapur, tiba di sampingnya, mengulurkan tangan menangkap tangannya dan mencuci tangannya, setelah itu, dia mendorongnya ke samping, berkata: "Aku saja yang cuci, kamu kembalilah ke kamar beristirahat."

"Aku tidak kenapa-napa." Setelah Vero He mengatakannya, dia masih hendak merebut pekerjaan.

Taylor Shen tiba-tiba menjadi marah, dia melemparkan sumpit di tangan ke wastafel dengan kuat, menatapnya dengan tajam, dadanya kembang kempis akibat amarah, "Kamu tidak kenapa-napa, kamu tidak kenapa-napa, apakah yang bisa kamu katakan padaku hanyalah kalimat ini? Apakah harus membuatku melihat batu nisan yang berdiri tegak, baru kamu ada kenapa-napa?"

Taylor Shen tiba-tiba mengamuk, mengagetkan Vero he hingga mengkaku di tempat, melongo menatap mata phoenixnya yang penuh dengan amarah, terdapat butiran air mata yang berkilau di dalamnya. Dia telah menahan amarahnya sepanjang hari, lalu tidak mampu menemukan tempat untuk dilampiaskan, sekarang malah langsung menghempaskan semuanya sekaligus ke arahnya.

"Tiffany Song, kamu sebenarnya mengerti tidak, aku adalah priamu! Aku menginginkanmu, bukanlah demi menciummu atau menidurimu, melainkan demi dirimu dan hatimu, mendapatkan rasa percaya darimu yang sepenuhnya, kamu mengerti tidak?" Taylor Shen melototinya sambil bernapas terengah-engah.

Vero he membungkam bibirnya tak berani bersuara.

Taylor Shen naik pitam, "Kamu sudah bisu ya, bukankah kamu biasanya sangat sulit mengatakannya? Sekarang beritahukanlah padaku, apa kelemahanmu yang ada di tangannya?"

Akhirnya Vero He memiliki reaksi, karena dia mulai menyadari suara televisi di ruang tamu sudah mengecil, dia khawatir pertengkaran mereka akan membuat Jacob Shen merasa resah, dia berkata dengan suara kecil: " Taylor, kamu jangan mengatakannya begitu keras, jangan menakuti Jacob"

Mata Taylor Shen penuh dengan amarah, pada saat seperti ini, dia malah masih sempat mempedulikan orang lain? Dia pernah berpikir tidak, jika sampai melukainya secara tidak sengaja, betapa besarnya rasa bersalah dan sengsaranya dirinya sepanjang hari ini?

Sang pria membelakanginya, berkata dengan dingin: "Keluar!"

Vero he dengan cemas memandang sosok punggungnya yang dingin, membungkam bibirnya, membalikkan badan dan keluar.

Saat melintasi ruang tamu, Jacob Shen sedang melihatnya dengan tatapan khawatir, dia berusaha memunculkan senyuman, kemudian berjalan ke lantai atas. Meringkuk dalam selimut, dia hanya bisa merasakan rasa dingin, seluruh tubuhnya gemetaran.

Pintu kamar telah terbuka, Jacob Shen masuk dari luar, melihatnya meringkuk dalam selimut, dia duduk di pinggir ranjang, menghela napas: "Watak papaku sangat buruk, tidak ada banyak perempuan yang tahan dengannya."

Vero He melihat anak yang ada di depannya, tersenyum, berkata: "Jacob, aku tidak apa-apa, suasana hati papamu sedang tidak baik, aku tidak menyalahkannya."

Jacob Shen semakin mengkasihaninya, berkata: "Kamu tunggulah sebentar, tunggu setelah aku tumbuh besar, aku akan berbakti padamu dengan baik."

Vero he melongo, hatinya merasa hangat, perkataan dari anak ini, terkadang sungguh begitu hangat dan menjalar ke lubuk hatinya, setelah Jacob Shen mengatakannya, dia langsung keluar. Vero He memejamkan mata, dia tahu yang salah bukanlah Taylor Shen, melainkan dirinya sendiri.

......

Taylor Shen naik ke atas setelah selesai mencuci piring, saat melintas di depan pintu kamar utama, langkah kakinya berhenti, kemudian melewatinya, dan masuk ke ruang kerja. Dia memiliki rapat virtual di malam hari, setelah rapat virtual berakhir, dia mengangkat lengan melihat jam tangan, waktu sudah hampir jam 11.

Hari pertama di tahun baru, mereka malah mengakhirinya dengan pertengkaran. Sang pria mengambil kotak rokok, mengeluarkan sebatang dan mengemutnya di mulut, mengambil mancis dan menyalakannya, sinar api yang biru menyinari wajahnya, membentuk aura gelap.

Taylor Shen duduk di kursi, terus merokok sebatang demi sebatang, hingga sekotak rokoknya telah habis, suasana hatinya tetap tidak bisa kembali tenang. Perasaan tidak dipercaya dan tidak dibutuhkan sungguh sangat pilu, bagaikan 7 tahun lalu, perasaan ini sama seperti saat sang wanita ditahan, sang pria terus mondar mandir di luar kantor polisi.

Dirinya yang pada saat itu berpikir, kenapa wanita ini begitu kejam? Bahkan kesempatan untuk menjelasan pun tidak diberikan padanya?

Sekarang, dia tetap merasa dia begitu kejam, begitu kejam hingga tak memberikan satu pun penjelasan untuknya.

Tapi memangnya mau bagaimana lagi? Meskipun wataknya begitu buruk, dirinya tetap saja mencintainya dengan begitu mendalam. Sang pria berpikir, otaknya pasti telah ditendang oleh keledai, kalau tidak, bagaimana mungkin selalu bersikeras hanya menginginkannya seorang?

Setelah menekan puntung rokok hingga padam, dia bangun dan kembali ke kamar. Ada lampu dinding yang menyala dalam kamar, cahaya terlihat remang-remang, menyinari sebuah gundukan yang berada di tengah kasur, dia berjalan ke sana dengan perlahan, duduk di pinggir ranjang.

Vero He terlalu banyak tidur saat sore hari tadi, sekarang dia menjadi tidak bisa tidur, dia tahu sang pria telah pergi ke ruang kerja, juga tahu dia telah kembali ke kamar. Saat dia mendekat, napasnya langsung diselimuti dengan aroma nikotin yang pekat, entah sudah berapa banyak rokok yang dihisapnya.

Dia terus menahannya diri, tapi tak mampu menahannya, baru saja hendak membalikkan badan menghadapnya, sang pria sudah bangun dan berjalan ke kamar mandi. Suara langkah kaki perlahan menjauh, tak lama kemudian berbunyi suara air yang terpancur keluar, dia memejamkam mata, berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis.

Belasan menit kemudian, Taylor Shen keluar seusai mandi, sekujur tubuhnya merasa nyaman. Sang pria berjalan ke samping ranjang, membuka selimut dan duduk dalam ranjang. Rambutnya masih meneteskan air ke bawah, menetes ke wajahnya Vero He, sang wanita membuka matanya, melihat rambutnya yang basah kuyup, merasa ragu sejenak, tapi keudian memutuskan untuk bangun, pergi ke kamar mandi mengambil sebuah handuk keluar, berlutut di sampingnya, membantunya mengelap rambut.

Taylor Shen terus menatapnya, Vero he tidak menatapnya, seluruh perhatiannya terfokus pada rambutnya yang basah. Setelah mengelap rambut hingga setengah kering, dia membalikkan badan hendak pergi mencari hairdryer, baru saja turun dari ranjang, pergelangan tangannya langsung ditangkap, dia memalingkan kepala, sang pria menatapnya tanpa mengalihkan pandangan, menambah sedikit tenaga di tangan untuk menariknya, lalu sang wanita merebah dalam tubuhnya.

Aroma sabun yang familiar memasuki hidung, sang wanita baru saja kembali bangun, langsung dicium oleh sang pria, Vero He ditekan di ranjang, Taylor Shen menciumnya dengan semakin kuat, ini bukanlah ciuman, melainkan hampir mendekati gigitan, melampiaskan emosi dalam hati yang kesal dan resah.

Vero He pada awalnya hendak melakukan perlawanan, tapi kemudian dia mulai menyerah dalam perlawanannya, namun pergerakan Taylor Shen malah berhenti, dagu sang pria diletakkan di bahunya, napasnya sangat kasar.

Vero He membuka matanya, menatap foto pernikahan di langit-langit, kelopak matanya semakin lama semakin panas, kelopak mulutnya terasa sakit, tapi ini tidaklah sebanding dengan rasa sakit di hati, mereka berdua bagaikan binatang buas yang terluka, jelas-jelas ingin saling menghangatkan satu sama lain, tapi malah kembali menyakiti satu sama lain.

"Taylor, maaf, biarkanlah aku sendiri yang mengakhirnya, ini adalah perkara di antara aku dan dia."

Tubuh Taylor Shen mengkaku, sepasang tangannya menopang tubuh bagian atas, menatap sang wanita yang ada di bawah dengan tajam, "Tiffany, caramu untuk mengatasinya adalah dengan menyerahkan diri sendiri kepadanya? Kamu kira aku akan kembali memberikanmu kesempatan ini?"

"Aku......"

"Dan juga, ini bukanlah masalah di antara kamu dan dia, melainkan perkara antara Keluarga Lian dan Keluarga Shen, jangan harap kamu bisa mencampakkanku." Taylor Shen dengan penuh amarah memotong perkataannya, dia telah dibuat naik pitam hingga pusing oleh Vero He.

"Kamu pernah mendengar sebuah perkataan yang mengatakan, jika suami istri saling bersatu, emas pun mampu ditebas."

Vero he membungkam bibirnya, dia tidaklah benar-benar berniat untuk menentangnya, berkata: "Aku hanya pernah mendengar sebuah ucapan, suami istri pada awalnya merupakan jenis burung yang sama, masing-masing akan terbang menyelamatkan diri saat bahaya melanda."

Taylor Shen sangat marah, bangun dari atas tubuhnya, menekan kening yang merasa sakit, "Mulai dari sekarang, kamu diamlah, aku tidak ingin mendengarmu berbicara."

"......" Vero He menyilangkan kaki duduk di ranjang, melihat sosok punggungnya, tidak berbicara lagi.

Setelah berlalu cukup lama, baru Taylor Shen mulai menenangkan kegegabahan yang hendak mencekiknya hingga mati, sang pria membalikkan badan, melihat kelopak bibirnya merah membara, sepertinya telah terluka akibat gigitannya, dia kembali mengalah, mengulurkan tangan merangkulnya, "Untuk apa terus duduk melamun, tidurlah."

Novel Terkait

Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu