You Are My Soft Spot - Bab 248 Pasangan yang Saling Mencintai

James He hanya menoleh sekilas. Ia lalu berjalan melangkahi tungku api dan menginjak tangga. Pria itu lalu berbicara dengan Felix He. Si ayah membalas dengan menepuk-nepuk pundaknya.

“Balik kamar, mandi, dan ganti baju dulu sana. Kalau ada yang mau dibicarakan turun saja kemari.”

“Baik, papa,” angguk James He sambil berjalan masuk vila.

Vero He larut dalam pikirannya. Ketika ia kembali berkonsentrasi, bayangan tubuh James He sudah hilang di balik pintu. Wanita itu kembali menoleh ke Erin dengan bingung. Asistennnya itu sudah tiba di dekatnya dan membantu Bibi Yun merapikan tungku api.

Jelas-jelas keduanya tidak saling berdekatan, mengapa ia merasa ada yang ganjil ya?

Felix He berdiri di tangga sambil melihat putri yang suka bikin dia pusing. Ia mengibas-ngibaskan tangan ke sisi dalam, “Vero He, sini ke papa.”

Vero He segera bergerak dan berjalan ke hadapan Felix He. Ia merangkul bahunya dan bertanya manja, “Papa, kemarin kamu ketakutan ya pasti? Maaf sudah membuatmu khawatir.”

Si ayah sengaja menampilkan bibir cemberut, “Bukan cuma ketakutan, tapi jantungku sudah mau copot. Lain kali tidak boleh pergi tanpa bilang dulu, oke?”

“Iya, lain kali tidak akan begitu lagi,” jamin Vero He.

“Ya sudah, masuk kamar sana. Aku mau bicara dulu dengan Tuan Shen,” tutup Felix He. Vero he menoleh sekilas ke Taylor Shen. Entah apa yang mau dibicarakan papa dengannya, bisa jadi ada hubungan dengan dia. Ia bertanya: “Bagaimana kalau aku temani kalian bicara?”

“Takut aku jahati dia ya? Ada-ada saja kamu,” ledek Felix He.

Pipi Vero He memerah. Ia merespon: “Aku malah takut dia jahati kamu, hehe. Melihat kamu percaya diri begini, ya sudah aku masuk kamar saja deh.” Wanita itu pun melangkah masuk vila dengan sepatu hak tingginya.

Felix He menuruti tangga dengan agak canggung. Ia berjalan ke depan Taylor Shen, lalu disambut oleh si pemuda: “Paman He.”

Si pria tua mengangguk dan bertanya: “Tidak keberatan menemaniku jalan-jalan di luar sebentar kan?”

“Siap, tidak mungkin menolak lah aku,” jawab Taylor Shen sopan sambil berbalik badan biar searah dengan Felix He.

Si pria tua menoleh sekilas ke Taylor Shen, lalu berjalan ke taman bunga. Rumah kediaman keluarga He memiliki sebuah taman bunga yang cukup luas. Di sana ada banyak pohon mahal, juga ada bunga-bunga cantik. Karena kebetulan ini musim dingin, pohon-pohon itu semuanya gundul.

Felix He berjalan satu langkah lebih depan dari Taylor Shen. Jarak ini sudah menunjukkan rasa penghormatan si junior pada si senior. Felix He belum buka suara, namun Taylor Shen sudah bisa menebak topik pembicaraan mereka pasti akan berkaitan dengan seseorang.

Setibanya di air terjun buatan, Felix He mengamati air yang mengalir. Gemericik air yang teratur membuat hatinya tenang.

Beberapa detik kemudian, si pria tua akhirnya buka suara: “Tujuh tahun lalu, ayahmu berniat menyatukan keluargamu dengan keluarga kita melalui pernikahan. Waktu itu aku kepincut olehmu, tetapi hasil akhirnya Angela He malah menikah dengan Wayne Shen. Meski hasil itu tidak sesuai dengan yang diharapkan, keluarga Shen dan keluarga He pada akhirnya tetap bersatu. Sekarang, aku melihat takdir kedekatan antara dua keluarga ini sangat dalam. Setelah Vero He jadi anakku, kamu kembali mengejarnya lagi. Nampaknya kamu memang ditakdirkan untuk jadi suami dari putri anggota keluarga He.”

Senyuman tipis menyembul dari bibir Taylor Shen. Dari nada bicara Felix He, ia bisa membaca maksud “kamu pada akhirnya tetap tidak bisa lepas dari genggamanku”. Ia membalas: “Takdir memang sangat unik dan ajaib.”

Felix He bertanya, “Taylor Shen, kamu tahu apa yang paling aku iri darimu?”

“Apa?”

“Keberuntungan.” Si pria tua menarik nafas panjang dan mulai bercerita: “Keberuntungan yang tidak aku miliki. Kamu menunggu tujuh tahun, lalu kembali mendapatkan kesempatan untuk mendekati wanita yang kamu cintai. Aku sudah menunggu tiga puluh tahun, namun tidak dapat kesempatan kedua sama sekali. Vero He adalah permata hatiku, juga hadiah langit untukku. Kalau kamu mengecewakannya sekali lagi, aku rasa kamu bakal menjadi sepertiku tiga puluh tahun lagi.”

Taylor Shen sedikit mengernyitkan alis. Pria yang jidatnya sudah berkerut ini tengah melakukan dua hal sekaligus. Pertama adalah memperingatkannya, kedua adalah berbagi perasaan. Ia tahu, semua ayah tidak menginginkan anaknya disakiti siapa pun termasuk pria yang tengah dekat. Ia membalas dengan jaminan, “Pa, kali ini aku janji tidak akan melepaskannya lagi.”

Felix He agak kaget dengan panggilan yang tiba-tiba Taylor Shen sematkan padanya. Ia tersenyum kecil, “Sana pergi cari dia. Menyuruhmu menemani pria tua sepertiku pasti tidak menarik kan.”

Taylor Shen mengangguk, lalu berbalik badan dan pergi. Si pria tua mengamati bayangan tubuhnya sampai tidak terlihat lagi. Felix He dalam hati berpikir, pantas saja ia begitu tertarik dengan Taylor Shen. Panggilan “pa”-nya membuat hatinya tersentuh, bahkan sampai ia tidak tahu harus menjawab apa.

Halus dan menyejukkan telinga benar panggilan tadi, sungguh.

Taylor Shen kembali ke vila. Dengan panduan pembantu rumah, ia tiba di depan kamar Vero He. Dengan satu tangan disimpan di kantong, ia mengetuk pintu. Beberapa saat kemudian dari dalam terdengar jawaban Vero He, “Pintu tidak dikunci. Masuk saja.”

Taylor Shen menekan engsel pintu dengan perlahan. Ia pun berjalan masuk. Pemandangan yang terpampang di depannya penuh warna pink. Sofa pink, ranjang bersprei pink, langit-langit kamar pink, dan pink-pink lainnya. Kamar ini nuansa keperempuannya sangat kental.

Vero He berdiri di sisi ranjang. Ia baru habis mandi, jadi tidak mengenakan apa-apa. Wanita itu tengah memasangkan bra ke dada. Bayangan tubuhnya sekilas tertutup oleh tirai kristal yang ada dekat lemari baju. Sesekali terlihat, sesekali tidak, begitu terus.

Sembari mengenakan pakaian dalam, Vero He bertanya: “Erin, kamu tadi siang kemana? Aku sepertinya tidak melihat mobilmu di kantor polisi.”

Taylor Shen berdiri di ruang depan. Ternyata Vero He menganggap dirinya Erin, pantas saja wanita itu ganti baju sesantai ini di dekatna. Taylor Shen melangkah mendekat dengan mata dan tubuh yang makin lama makin panas. “Anu”-nya jelas ikut menegang.

Manaa ada si pria yang tidak punya reaksi apa-apa ketika melihat wanita yang dicintainya telanjang bulat?

Pertanyaannya tidak direspon, Vero He merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ketika menoleh, ia melihat Taylor Shen berdiri di balik tirai kristal. Ia kaget setengah mati karena tengah dalam keadaan tidak memakai apa-apa. Wanita itu buru-buru menutupi dadanya dengan handuk. Dengan wajah merah, ia bertanya panik: “Kamu…… Kok kamu bisa masuk?”

“Lah, tadi kamu yang suruh aku masuk.” Taylor Shen menyibak tirai kristal dan berjalan menghampiri Vero He. Ketika disibakkan, gantungan-gantungan tirai saling menyenggol dan menghasilkan bunyi.

Vero He jadi makin panik karena didekati. Ia mundur-mundur untuk jaga jarak. Ketika kakinya menabrak ranjang, ia pun jatuh terbaring di sana. Dengan sebal, ia mengusir si pria, “Keluar kamu, aku mau ganti pakaian.”

Taylor Shen menunduk dan meletakkan kedua tangan di paha Vero He. Ia meledek, “Kamu mempersilahkan aku masuk biar aku melihatmu dalam keadaan begini dan terpikat ya?”

“Tidak lah. Aku mengira kamu Erin.” Wajah dan telinga Vero He terasa panas sekali saking malunya. Ia bertanya was-was: “Mau apa kamu? Ini rumahku, kapan pun bisa ada orang yang datang loh.”

“Kamu,” jawab Taylor Shen sembari menunduk dan menikmati pemandangan indah di ranjang. Ia benar-benar selalu terpikat dengan tubuh Vero He, tidak peduli seberapa sering ia sudah melihatnya.

“Apa?” tanya Vero He tidak paham. Kok tiba-tiba bilang “kamu” sih ini orang?

Taylor Shen tersenyum lembut. Ia mengangkat dagu Vero He: “Tadi kamu tanya mau apa aku kan? Jawabanku ya mau kamu.”

Mendengar penuturan si pria, wajah si wanita jadi makin merah. Hatinya kacau balau, semua perasaan panik, gelisah, dan takut bercampur jadi satu. Tanpa berani menatap Taylor Shen, Vero He mengingatkan: “Taylor Shen, jangan macam-macam. Erin akan segera kemari. Kalau dia lihat kita begini, itu akan sangat memalukan.”

Taylor Shen menatapi wajah Vero He, lalu turun perlahan ke dadanya. Sekarang dia hanya mengenakan sehelai handuk untuk menutupi dadanya. Dari sudut pandang tempat ia berdiri, dada itu terlihat menonjol dan mengecap di handuk.

Vero He tidak sabar menunggu Taylor Shen pergi. Ia kesal sekali, benar-benar kesal.

Tengah mendumel dalam hati, Vero He tiba-tiba ditindih Taylor Shen di ranjang. Kedua kaki si pria ditahankan di kedua sisi tubuh Vero He, jadi posisinya terkunci. Ia menatap mata Taylor Shen yang berapi-api.

Sudah kenal selama ini dengan Taylor Shen, Vero He jelas paham betul apa arti api-api pada tatapannya.

Tebakannya benar. Satu detik kemudian, Taylor Shen menunduk dan menempelkan bibir ke bibirnya. Ciuman itu dimain-mainkan oleh si pria. Sesekali lembut, sesekali kencang.

Si pria melepaskan handuk si wanita dengan tidak sabaran. Taylor Shen menahan dada Taylor Shen dengan kedua tangannya untuk menghindari ciuman, “Taylor Shen, stop ah.”

Mana peduli sih pria yang sudah nafsu dengan permintaan begini? Yang ada ciumannya malah makin bernafsu. Tepat pada momen ini, pintu dibuka perlahan dari luar. Taylor Shen buru-buru mengatur posisi tubuhnya biar bisa menutupi tubuh Vero He. Sembari membuka pintu, Erin memanggil: “Nona He, kamu mencariku……”

Kata-kata Erin tertahan di tenggorokan begitu melihat adegan di balik tirai kristal. Ia sontak sadar apa yang terjadi dalam. Reaksi pertamanya adalah buru-buru menutupi pintu lagi. Jantungnya berdebar kencang.

Ia tidak berani tinggal diam di sini. Ia harus buru-buru menjauh.

Berkat gangguan barusan, suasana hangat di kamar jadi jauh menurun. Vero He mendorong Taylor Shen, mengambil handuk yang barusan dilepas, lalu berlari kabur ke ruang pakaian. Setelah mengunci pintu ruangan itu, ia membuang nafas lega.

Nyaris saja. Kalau tidak ada intervensi Erin, ia pasti akan diajak “begituan” lagi.

Vero He kali ini sangat sadar, namun perlawanannya pada ciuman Taylor Shen tidak begitu kuat dan tegas. Ia mencubit-cubit kedua pipinya yang terasa panas. Vero He, ayolah sadar, jangan sampai kamu terpesona oleh Taylor Shen berulang-ulang!

Taylor Shen duduk di sisi ranjang. Melihat si wanita lari ke ruang pakaian bagai kelinci yang ketakutan, ia tidak mengejar. Ia merapikan dasi dengan nafas yang masih terengah-engah karena nafsu barusan.

Sepuluh menit berlalu, namun Vero He tidak keluar-keluar juga. Taylor Shen bangkit berdiri, berjalan ke pintu ruang pakaian, lalu mengetuk pintu, “Tiffany Song, sudah selesai ganti pakaian? Kalau kita tidak keluar-keluar juga, pengawal pribadi wanitamu nanti mengira terjadi sesuatu denganmu loh.”

Si wanita sebenarnya sudah selesai berganti pakaian, hanya saja tidak tahu bagaimana harus bertemu si pria. Ia merasa super-duper canggung. Apalagi, Erin barusan juga tidak sengaja melihat adegan panas mereka. Kalau boleh dan bisa, ia mau menggali lubang di tanah dan bersembunyi saja.

Mendengar ketukan pintu, Vero He tahu ia tidak bisa bersembunyi lebih lama lagi. Ia lantas mencoba menenangkan diri biar wajah dan telinganya tidak semerah tadi lagi. Ia membuka pintu tanpa berani menatap mata Taylor Shen. Sialnya, pandangan yang sudah ia sengaja arahkan mendatar malah menemui sesuatu yang menyerupai kulit. Setelah dilihat-lihat, ternyata itu dada Taylor Shen yang terpampang jelas karena tiga kancingnya di buka. Gaya ini sangat seksi buat siapa pun yang melihatnya, termasuk Vero He kalau boleh jujur.

Wajah wanita itu jelas memerah lagi. Ia protes, “Taylor Shen, pasang kancingmu dengan benar. Jangan sampai mereka berpikir macam-macam.”

“Kancingku benar pun mereka bakal tetap berpikir macam-macam kok. Semua orang tahu apa yang dilakukan pasangan yang saling mencintai saat berduaan di kamar kan?” Melihat wajah Vero He yang lagi-lagi memerah, Taylor Shen jadi tidak tahan untuk tidak meledek.

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu