You Are My Soft Spot - Bab 328 Kamu Masih Berhutang Candle Light Malam Pertama Padaku (2)

Hati Nancy Xu tiba-tiba merasa nyeri, segera mengaitkan sabuk pengaman, terkadang dia merasa putranya ini berwajah dingin namun berhati hangat, putranya sebenarnya masih tetap mempedulikannya.

Mobil pergi meninggalkan manor, menuju ke Sunshine City, mereka sepasang ibu dan anak tidaklah berbicara di sepanjang perjalanan, Nancy Xu mengkhawatirkan Vero He, setelah terjadi hal sebesar ini, entah bagaimana dengan keadaannya sekarang?

"Sebenarnya siapa yang menyebarkan foto Vero, Vero tidak termasuk orang terkenal, siapa yang dendam padanya?" Nancy Xu merasa sedih atas putrinya, juga kesal terhadap dalang di balik layar, nama baik adalah hal terpenting bagi perempuan, dengan tersebarnya foto tak senonoh, bagaimana caranya dia mampu menghadapi orang lain kedepannya?

James He meliriknya sejenak, "Kami akan menangani hal ini, kamu jangan mengungkitnya di hadapan Vero, agar dia tidak sedih."

Nancy Xu memalingkan kepala melihatnya, "Musuh dari Keluarga He atau Keluarga Shen?"

James He membungkam bibirnya, beberapa saat kemudian baru berkata: "Benci karena cinta, Vero pernah disekap oleh orang itu selama 2 tahun, kami semua mengira dia telah mati, tapi sebenarnya diam-diam telah dibawa pergi oleh orang itu."

Nancy Xu mengingat gambaran fotonya, pergelangan tangan dan kakinya diikat rantai besi, seketika hatinya sakit serasa diremas, air mata mengalir deras, berkata: "Orang apa yang begitu tak berhati nurani? Vero begitu baik hati, kenapa dia tega melakukan ini?"

"Dia memang seorang psiko, psiko mana mungkin akan mempedulikan dia itu baik hati atau tidak." James He berkata sambil menggertakkan gigi, kalau dirinya tahu di tangan Karry Lian terdapat semua foto ini. dia dari awal pasti akan membereskannya, mana mungkin masih akan membiarkannya bersikap semena-mena hingga sekarang.

Nancy Xu merasa sedih, berapa banyak penderitaan yang diderita anak ini? Jika dulu dia tidak menelantarkannya, dia tidak akan mungkin mengalami semua ini. Dengan berpikir seperti ini, dia menjadi merasa bersalah, dia sudah berhutang banyak terhadap putrinya, seumur hidup ini tidak akan pernah bisa menebusnya.

Setelah melalui verifikasi sesaat, baru mobilnya diperbolehkan masuk, mobil berhenti di taman bunga, James He dan Nancy Xu menuruni mobil, melintasi taman bunga, berjalan ke vila, Taylor Shen sedang berada sekitar pintu, Nancy Xu melihat ke arah belakang sang pria, tidak terdapat sosok tubuh Vero He, berkata: "Mana Vero?"

"Dia sudah tertidur, Anda silahkan duduk!" Taylor Shen dengan susah payah berhasil menidurkan Vero He, langsung menerima panggilan telepon dari bodyguard saat baru turun ke bawah, katanya ada tamu yang datang.

"Aku boleh pergi melihatnya tidak?" Hati Nancy Xu merasa nyeri, hanya dengan melihatnya tidak kenapa-napa, baru dia bisa merasa tenang.

Taylor Shen memanggil Jacob Shen, menyuruhnya membawa Nancy Xu naik ke atas, Jacob Shen merasa suasana di rumah sedikit aneh, para orang dewasa begitu misterius, tapi tidak mengatakan apapun padanya, dia berlari mendekat, memanggil Paman terhadap James He, kemudian membawa Nancy Xu naik ke atas.

Di bawah hanya tersisa James He dan Taylor Shen, tindakan James He begitu cepat, dalam seketika, sebuah tonjokan sudah mendekat di hadapan mata Taylor Shen, Taylor Shen sebenarnya bisa menghindarinya, tapi malah berdiam diri menerima pukulan ini, menjadi mundur beberapa langkah akibat pukulan ini, dan meringis sejenak.

James He sangat marah, melototinya dengan tajam, "Apa yang pernah kamu janjikan padaku? Kamu pernah menjamin tidak akan membiarkannya terluka, mana janjimu? Saat hal sebesar ini terjadi, kamu pergi melakukan apa? Kenapa sampai membiarkan dia memiliki kesempatan untuk menyerang?"

Taylor Shen sama sekali tidak mampu membantahnya, membiarkan Vero He terluka terasa lebih menyakitkan daripada membunuh dirinya sendiri. Tonjokan James He, malah membuatnya merasa sedikit lebih nyaman, "Aku akan mengatasinya secepatnya."

"Secepatnya? Memangnya kamu mampu membungkam mulut banyak orang?" James He membencinya, juga membenci diri sendiri, menyalahkan dirinya sendiri yang tidak mampu melindunginya dengan baik, dan lebih tidak mampu memaafkan kelalaian Taylor Shen.

Taylor Shen menggertakkan gigi, "Setelah masalah ini berakhir, aku akan membawa Tiffany pergi ke Perancis, segala kegaduhan di Kota Tong tidak akan pernah bisa melukainya lagi."

Sepasang tangan James He bergantung di samping badan, dia dengan cepat masuk ke ruang tamu, Taylor Shen mengikutinya, James He berkata: "Sudah ada ide untuk mengatasi dia tidak? Kali ini, aku ingin menghancurkannya menjadi abu."

Taylor Shen menganggukkan kepala, "Aku telah mengumpulkan beberapa data para hartawan Amerika yang bermanfaat, mereka sudah setuju bekerja sama denganku, untuk mencabut jabatan CEO yang dipegang Karry di China, lalu juga akan mengutus orang untuk memburu Karry, dia dalam waktu dekat akan menjadi anjing terlantar, tentu saja, aku tidak akan membiarkannya mati, terlalu murah hati jika membiarkannya mati begitu mudah, aku ingin membuatnya merasakan segala siksaan dan hinaan, sama seperti apa yang dia lakukan terhadap Tiffany, membuatnya hidup sengsara selamanya."

Bagaimana dengan foto di tangannya? Semua foto itu ada di tangannya, cepat atau lambat pasti akan menjadi ancaman."

"Melalui kejadian ini, tidak akan ada orang yang berani menggunakan foto darinya, aku telah memutuskan segala jalan yang mungkin akan digunakannya, ketika dia menghadapi jalan buntu, semua foto itu tentu saja bisa didapatkan kembali." Taylor Shen berkata dengan sangat yakin, meskipun dia memutilasi Karry Lian hingga berkeping-keping, tetap tidak akan mampu meredam amarah di hatinya.

James He menatapnya dengan dingin, "Kekuatan Keluarga Lian di Kota Tong begitu mendalam, Karry Lian pernah merupakan seorang pengacara, kasus yang ditangani semuanya merupakan kasus orang bengis, tidaklah mudah jika ingin menghadapinya, kamu jangan menganggap remeh, dan membuatnya memiliki kesempatan untuk menyerang."

"Aku tahu, demi Tiffany, aku juga akan menjaga diriku dengan baik." Taylor Shen berkata."

"Perkataanku masih sama, Vero adalah adikku, merupakan orang tercinta kita, siapapun yang melukainya, tidak akan pernah kumaafkan." Ekspresi wajah James He bagaikan es, begitu dingin hingga membuat orang merinding.

Taylor Shen menganggukkan kepala, "Kali ini memang merupakan akibat kelalaianku, aku tidak akan membiarkan hal ini terulang kembali."

"Aku untuk sementara akan mempercayaimu sekali lagi, bagaimana dengan keadaan Vero?" James He menanyakan.

Taylor Shen kembali mengingat Vero He, wanita yang sangat membuatnya sedih ini, berapa banyak penderitaan yang tersembunyi di balik bahu yang kurus mungil itu? Sang pria tidak menanyakannya apa saja yang telah terjadi pada masa itu, dia takut, ini akan menjadi luka kedua padanya.

Sang pria sangat ingin mencarikan ahli hipnotis, asalkan bisa membuatnya melupakan segala memori memilukan di masa lalu, dan memulainya dari awal, dia bersedia menerimanya.

"Tidak begitu bagus, meskipun aku telah mengatasinya dengan cukup cepat, tidak membiarkannya melihat foto itu, tapi dia sudah mampu menebaknya, dalam beberapa waktu ini, dia terus mendapatkan ancaman dari Karry Lian, sedangkan aku malah tidak mengetahuinya sedikit pun." Taylor Shen sangat merasa bersalah.

James He menengadahkan kepala melihat tangga di lantai dua, "Dia dari kecil telah tumbuh besar dalam lingkungan seperti itu, sudah terbiasa untuk memikul beban seorang diri, ini bukanlah kesalahanmu, kalau dia bersedia mengatakannya, masalah tidak akan menjadi seperti ini."

Taylor Shen merasa sakit hati, "Ini pun bukanlah kesalahannya, hanya akan membuat orang lain semakin memprihatinkannya, Kakak, kali ini adalah kesalahanku, aku tidak mampu menyadari keganjilannya dengan tepat waktu, selanjutnya, kujamin tidak akan pernah terjadi hal seperti ini lagi."

Ini merupakan sebuah panggilan Kakak dari Taylor Shen terhadap James He dengan begitu tulus untuk pertama kalinya, telinga James He menegang, panggilan ini membuat bulu kuduk di sekujur tubuhnya berdiri, selama ini, tidak pernah ada pria yang lebih tua darinya memanggilnya Kakak, dia melambaikan tangan, "Bagus jika kamu mengerti."

Hati James He malah berpikir, kenapa tiba-tiba malah memanggilnya Kakak, membuatnya merasa begitu canggung, juga membuatnya merasa dirinya begitu tua.

......

Nancy Xu masuk ke kamar utama, tirai menutupi jendela kamar, cahaya ruangan sedikit gelap, di atas ranjang besar di tengah-tengah kamar terdapat sebuah gumpalan, sang wanita berjalan dengan perlahan, mengingat penderitaannya selama ini, hatinya begitu kesakitan.

Ini adalah akibat dari kegagalannya menjadi seorang mama, sehingga membuatnya merasakan segala penderitaan. Nancy Xu duduk di pinggir ranjang, mendekat untuk melihatnya, di tengah pencahayaan yang redup, dia tidak mampu melihat wajahnya dengan jelas, hanya bisa melihat wajahnya secara samar-samar.

Mengulurkan tangan mengelus wajahnya, putrinya yang malang, yang telah terluka, kesakitan dan sengsara, yang hanya mampu menelan kepahitan dalam hatinya sendiri, mulai dari sekarang, dirinya tidak akan pernah membiarkannya merasakan kesedihan sedikit pun lagi.

Vero He yang berada dalam mimpi telah merasakan sentuhan yang hangat, bagaikan tangannya seorang mama, membuatnya merasa begitu tenang dan nyaman, dia menggosokkan wajahnya ke telapak tangan Nancy Xu, bergumam secara tanpa sadar: "Mama......"

Nancy Xu melongo, air mata mengalir deras, mungkin hanya dengan tertidur, baru dia akan memanggilnya Mama di dalam mimpi, hatinya semakin merasa pilu, air mata jatuh berderai-derai, berkata dengan terisak: "Vero, Mama di sini, Mama akan menemanimu, mulai dari sekarang, Mama tidak akan pergi ke mana pun, hanya akan berada di sini menemanimu, tidak akan membiarkanmu kesepian lagi."

Vero He masih tidur, seakan-akan telah memimpikan Mama, Mama yang ada di mimpi merupakan sosok yang terlihat buram, dia tidak mampu melihatnya dengan jelas, seperti mimpi sebelumnya yang sering dialami, dia mengulurkan tangan pergi menangkapnya, tapi malah langsung menghilang.

Dia merindukan mamanya, ingin bersembunyi dalam pelukan mamanya dan menangis keras, dengan begitu, sekejam apa dunia di luar, dia akan kembali memiliki keberanian untuk pergi menghadapinya. Tapi mamanya tidak menginginkannya, mamanya telah mencampakkannya, itu pasti karena dia tidak penurut.

Lalu dia memimpikan ruang bawah tanah yang gelap itu, tempat itu penuh dengan aroma darah dan kotor, dia diikat di atas ranjang, penuh dengan luka, seorang pria yang feminim duduk di pinggir ranjang, tangannya memegang sebuah obat salep, obatnya memancarkan aroma yang membuat orang merasa nyaman, dirinya meringkuk di pojokan, melihatnya dengan penuh ketakutan, "Jangan mendekat, kamu jangan mendekat."

Pandangan mata sang pria menatapnya dengan hangat, "Tiffany, menurutlah, aku bantu kamu oleskan obat, tidak akan merasa sakit lagi setelah dioleskan."

Dia terus menggelengkan kepala tanpa henti, terasa sangat aneh saat obat itu dioleskan di tubuh, sekujur tubuhnya merasa gatal, dan akan melakukan pergerakan yang aneh, dia tidak ingin memakai obat, tidak ingin kehilangan kendali akibat obatnya, lalu memperlihatkan penampilan dirinya yang memalukan, dan membiarkan sang pria memfotonya.

"Kamu pergilah, Karry, aku mohon padamu, lepaskanlah aku." Dia memohon tanpa henti, sang pria malah tidak terpengaruh sedikit pun, dia tidak pernah melihat ada seseorang yang memiliki watak abnormal seperti ini, di satu sisi terlihat lembut, di sisi lain terlihat bengis.

"Patuhlah, obat-obat ini bisa memulihkan lukamu, tidak akan meninggalkan bekas, biarkan aku memberikan obat padamu." Sang pria berlutut di atas ranjang, satu tangan menekannya, tangan yang lain memberikan obat ke tubuhnya.

Dia merasa sangat dilecehkan, saat obat itu mengenai luka, awalnya masih terasa sejuk, tapi tidak lama kemudian, bagian pinggir luka akan terasa panas dan gatal, dia sangat putus asa, tahu dirinya akan segera menjadi orang yang bukan dirinya, kamera yang menghadapnya akan merekam segalanya, dia menggigit bibir, sekujur tubuh terus gemetaran, "Tusuklah aku, biarkan aku mati, kumohon agar kamu bisa membiarkanku mati."

Karry Lian mendekat ke tubuhnya, melihat pipinya yang semakin lama semakin memerah, suaranya terdengar lembut tapi mengandung kekejaman, berkata: "Aku mana mungkin rela membiarkanmu mati? Tiffany, kamu pernah berjanji akan mencintaiku, asalkan kamu berkata, kamu mencintaiku, tidak akan pernah pergi meninggalkanku untuk selamanya, maka aku akan membiarkanmu kembali ke atas, melewati kehidupan bagaikan seorang putri."

Dia menggelengkan kepala sekuat tenaga, dengan keras kepala tidak ingin mengatakan kalimat itu, jelas-jelas tahu hanya dengan mengatakan kalimat itu, dia akan langsung bisa pergi meninggalkan tempat yang bagaikan neraka ini, tapi dia tidak bersedia mengkhianati hatinya sendiri.

Setelah mengetahui Taylor Shen telah bunuh diri deminya, maka dirinya tidak boleh mengkhianatinya, meskipun hanya sekedar satu kalimat, dia pun tak tega melakukannya.

Tubuhnya merasa sangat gatal, seakan-akan ada banyak tangan kucing yang sedang menggaruknya, sangat tidak nyaman, seluruh tubuh merasa panas, seakan-akan telah dipanggang di atas api yang membara, tubuhnya secara tak terkendali menggosokkannya ke tubuh sang pria, reaksi seperti ini membuatnya merasa sangat dilecehkan dan malu.

Vero He menggigit bibirnya dengan kuat, ujung lidah mulai merasakan rasa darah yang amis, membalikkan badan, menggunakan jari tangan untuk menggali dinding, hingga kuku jari tangan terluka, penuh dengan darah, dia tetap tidak menyerah, ujung jari tangan menjalarkan rasa sakit yang menusuk, seakan-akan hanya dengan seperti ini, baru dia bisa membuat dirinya sedikit lebih sadar.

Karry Lian melihat dia membentuk kata-kata dengan menggali dinding, seketika menjadi naik pitam, mendadak melompat dari atas ranjang, mengambil tali pinggang dan mencambuk badannya, berkata dengan sinis: "Kenapa begitu keras kepala, kenapa tidak bersedia mencintaiku? Kamu jelas-jelas telah berjanji padaku, akan mencintaiku, tapi kenapa malah tidak bersedia menepati janjimu?"

Cambuknya sekali demi sekali mendarat di tubuhnya, luka lama belum pulih malah ditambah dengan luka baru, dia merasa kesakitan hingga meringkukkan badan, tapi rasa sakit ini malah membuatnya merasa senang, akhirnya tidak perlu begitu malu lagi, bagus jika merasa sakit, rasa sakitlah yang bisa membuatnya sadar.

Nancy Xu duduk di pinggir ranjang, mendengarnya tidak lagi memanggil mama, melainkan berekspresi kesakitan, tubuhnya samar-samar gemetaran, mulutnya menggumamkan kesakitan. Nancy Xu seketika menjadi panik, melihat alisnya yang berkerut, dan keningnya yang bercucuran keringat dingin, Nancy Xu segera mendorongnya dengan lembut, "Vero, Vero, kamu bisa mendengarku bicara tidak? Aku adalah Mama, kamu sedang bermimpi buruk, cepat bangun, tidak akan kenapa-napa lagi setelah bangun."

Vero He mengerutkan alisnya, menggelengkan kepala tanpa henti, tiba-tiba membuka matanya bagaikan telah dikejutkan, mendadak duduk, bernapas dengan terengah-engah.

Nancy Xu melihat penampilannya, sambil menepuk punggungnya, sambil berkata: "Vero, sudah tidak kenapa-napa, sudah tidak kenapa-napa, kamu jangan takut, Mama di sini."

Vero He bernapas dengan sangat megap-megap, dia melototi gambaran di depan mata, beberapa saat kemudian baru kembali tenang, rasa sakit yang menusuk dalam tubuh terus menjalar, dia memalingkan kepala, melihat wanita di depan mata yang terlihat panik, dia tidak lagi seperti saat pertama kali bertemu dengannya, yang terlihat terhormat dan elegan, dia yang sekarang, hanya sekedar seorang ibu yang mengkhawatirkan anaknya sendiri.

Melihat Vero He sedang menatapnya sambil melamun, Nancy Xu berkata: "Kamu sudah tidak mengenalku? Aku adalah Mama, kamu telah bermimpi buruk, sudah tidak masalah setelah bangun."

Vero He mengedipkan mata, merasa sedikit lelah, mengelus keningnya, punggungnya terasa sedikit dingin, ternyata keringatnya telah membasahi baju, dia membuka selimut, Nancy Xu bergegas bertanya: "Kamu ingin melakukan apa?"

"Tubuh telah berkeringat, aku ingin pergi mandi." Vero He memakai sandal, bangun dan berjalan menuju kamar mandi.

Nancy Xu melihat pintunya tertutup, terlihat sosok tubuh yang buram di dinding kaca, dia bangun dan ikut berjalan ke sana, membuka pintu, Vero He duduk di samping bathtub, sedang mengisi air hangat ke dalamnya.

Mendengar pintunya terbuka, dia memalingkan kepala, wajahnya terlihat pucat, sedikit memancarkan kelelahan, "Mohon merepotkanmu untuk mengambilkan baju ganti di lemari pakaian."

Nancy Xu melihatnya tidak sedatar tadi, segera menanggapinya "Iya.", lalu pergi keluar. Dia kembali dengan membawakan satu set baju ganti, Vero He telah melepaskan baju dan berbaring dalam bathtub.

Dia masuk ke dalam, memasukkan bajunya ke dalam keranjang, lalu melipat lengan baju, membungkukkan pinggang pergi mengambil shower, "Vero, aku bantu kamu mandi."

Vero He sedikit memejamkan mata, menganggukkan kepala dengan diam, Nancy Xu merasa sangat senang, memegang shower dan menyiramkan air ke tubuhnya, dia tidak pernah menjaganya sekali pun, saat menggosok punggungnya, air mata telah membasahi kelopak mata, dia berkata dengan terisak: "Saat aku mengetahui keberadaanmu, aku langsung berpikir, aku telah berhutang begitu banyak terhadapmu, aku tidak pernah menggendongmu, tidak pernah masak untukmu, tidak pernah memandikanmu, kalau aku bisa menemukanu, aku pasti akan menebus semua ini padamu. Aku kira aku tidak akan memiliki kesempatan seperti ini lagi untuk selamanya, untung saja Tuhan berbaik hati, membiarkanku bisa menemukanmu, Vero, terima kasih kamu bersedia memaafkanku."

Kelopak mata Vero He terasa panas, dia tidak menanggapinya.

Dia diadopsi oleh Nenek Dong saat umur 3 tahun, jika dipikir-pikir, itu merupakan masa paling bahagia dalam kehidupannya ini, Nenek Dong memperlakukannya dengan sangat baik, sangat menyayanginya. Hanya saja masa indah tidak bertahan begitu lama, Nenek Dong menderita katarak, terpaksa memberikannya kepada Keluarga Song.

Di Keluarga Song, dia telah melewati beberapa tahun kehidupan yang damai, Nyonya Song tidak memperlakukannya dengan baik, tapi Benjamin Song sangat melindunginya, sayangnya entah apa yang telah terjadi selanjutnya, sikap Benjamin Song terhadapnya tiba-tiba berubah 180 derajat, sejak dari itu, dia tidak pernah merasakan kasih sayang dari keluarga lagi.

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu