You Are My Soft Spot - Bab 70 Kamu Tidak Sadar Aku Sedang Mengejarmu? (2)

Jocelyn Yan mencoba berbicara ramah, “Tiffany Song, aku sebentar lagi jemput kamu. Kita makan berdua di luar, lalu sorenya kita pergi spa bareng, oke?”

Tiffany Song tidak ingin berdekatan dengan Jocelyn Yan, apalagi ini momen kritis sebelum perceraiannya diresmikan pengadilan. Ia menolak: “Ma, aku sepertinya tidak bisa pergi, aku masih ada kerjaan. Mama pergi saja sendiri ya, selamat bersenang-senang.”

“Tiffany Song, kerjaan memang tidak ada habisnya. Kamu harus tahu kapan harus berhenti, jangan bekerja terlalu keras seperti ini. Sudah ya aku jemput kamu sekarang, nanti kalau sudah sampai aku telepon kamu lagi.” Jocelyn Yan langsung mematikan telepon sebelum Tiffany Song memberi respon.

Tiffany Song menatap layar ponselnya yang hitam dengan putus asa. Stella Han, yang daritadi berada di sebelahnya, berujar: “Tiffany Song, ibu William Tang sungguh aneh ya. Ia selama lima tahun tidak pernah meladenimu, tapi sekarang, ketika kamu mau bercerai dengan William Tang, dia malah terus berusaha menunjukkan perhatiannya.”

Tiffany Song tersenyum kecut. Ia teringat malam ketika ia menguping pembicaraan wanita itu di ruang tamu. Jocelyn Yan sangat pandai bersiasat. Kalau tidak menguping pembicaraannya, ia pasti tidak akan sadar ada tujuan tersembunyi di balik sikap baik wanita itu padanya.

Hari ini Jocelyn Yan mengajaknya makan, lalu pergi ke spa. Apa yang ia ingin lakukan ya kira-kira?

“Entahlah.” Tiffany Song kembali ke kamar tidur dan mencari baju baru untuk dipakai setelah mandi. Stella Han mengikutinya. Di samping Tiffany Song yang sedang sibuk mencari baju yang cocok, wanita itu mengingatkan: “Tiffany Song, aku ingin memberitahumu sesuatu, entah ini layak dikatakan atau tidak. Surat panggilan pengadilan sudah sampai ke tangan William Tang, jadi untuk saat ini sebaiknya kamu jangan berinteraksi dengan orang-orang keluarga Song dulu, termasuk William Tang. Kalau kamu berinteraksi dengan mereka, aku khawatir mereka akan menjadikan tindakanmu ini sebagai bukti untuk melawanmu. Kalau sampai pengadilan pada akhirnya berpihak pada keterangan William Tang dan tidak mengizinkan kalian bercerai, itu akan repot.”

Tiffany Song menjawab: “Aku paham, Stella Han.”

“Ya sudah, ganti bajulah kamu. Aku pergi tidur ya.” Stella Han tidak bicara lagi. Ia percaya Tiffany Song sendiri bisa menimbang-nimbang dampak tindakannya secara dewasa. Ia hanya khawatir temannya itu terlena dan lupa untuk mengantisipasi segala kemungkinan.

Ponsel Tiffany Song sudah mendapat beberapa panggilan tidak terjawab selepas ia mandi. Ia mengeceknya, semua panggilan berasal dari Jocelyn Yan. Teringat kata-kata Stella Han barusan, ia mengernyitkan alis. Ia kemudian menaruh ponselnya dan mencuci muka sejenak.

Ponselnya kembali berdering setelah ia cuci muka. Lagi-lagi dari Jocelyn Yan. Ia mengangkatnya dan berkata: “Aku segera turun, Ma.”

Jocelyn Yan sudah kehilangan kesabaran. Ia berkata kesal: “Aku sudah sampai dari tadi, cepatlah turun.”

Tiffany Song mematikan telepon itu, lalu mengambil tasnya dan berjalan keluar apartemen. Sebuah sedan hitam sudah terparkir tidak jauh dari pintu gedung apartemennya. Ia berjalan ke arah sedan itu, dan supir pun langsung membukakan pintu belakang untuknya. Ia melihat Jocelyn Yan sambil menyapa “Ma”, lalu masuk dan duduk.

Supir dengan sigap menutup pintu, lalu kembali ke bangku supir dan menyalakan mobil.

Di dalam mobil, Jocelyn Yan memegang tangan Tiffany Song sambil berkata ramah: “Sudah lama sekali aku tidak melihatmu. Kamu jauh lebih kurus sekarang. Kamu kekurangan makan atau apa sih? Cuaca panas begini harus makan banyak loh.”

Jocelyn Yan tidak mengungkit kejadian Tiffany Song pulang tanpa pamit semalam. Kejadian William Tang memukul hakim pengadilan yang mengurusi perceraian mereka juga tidak disinggung. Hari ini ia harus memainkan peran sebagai mertua yang baik.

Tiffany Song jadi canggung tangannya dipegang seperti ini. Ia menjawab, “Tidak segimana panas kok, di kantor dan apartemen ada AC.”

Jocelyn Yan mengangguk: “Oh ya, kamu kan tidak punya mobil, jadi kamu selama ini berangkat kerja pakai apa? Bagaimana kalau nanti sore kita tidak usah ke tempat spa dan pergi lihat-lihat mobil saja? Dua hari ini ada pameran mobil, kamu lihat-lihat kamu mau yang mana, nanti kusuruh William Tang membelikannya.”

“Tidak perlu, Ma. Perjalananku ke kantor selama ini sangat mudah kok. Lima ratus meter di depan kompleks apartemenku langsung ada stasiun MRT, dan begitu keluar di stasiun MRT tujuan di depannya langsung ada kantorku.” Tiffany Song merasa setiap kalimat yang diucapkan Jocelyn Yan diarahkan untuk membuat hubungan mereka berdua terkesan akrab dan harmonis.

Jocelyn Yan tidak mungkin sungguhan suka dengannya. Ketidakpeduliannya selama lima tahun ini pada dirinya sudah cukup untuk menguatkan anggapan ini. Jocelyn Yan sekarang tengah berusaha mengambil hatinya lagi untuk mencegah perceraian dirinya dengan William Tang benar-benar terealisasi.

“Oh begitu, ya sudah kita keliling-keliling saja ya. Seharian di rumah tanpa mengerjakan apa pun membuatku merasa seperti tersingkir dari masyarakat. Inilah alasan mengapa aku mengajakmu sebagai orang muda untuk jalan-jalan.”

Mobil berhenti di depan pintu masuk sebuah hotel. Petugas hotel langsung membukakan pintu mobil. Tiffany Song segera turun dari mobil dan menunggu Jocelyn Yan ikut turun. Jocelyn Yan agak terpeleset ketika turun, untuk Tiffany Song berhasil menahannya dengan sigap.

Jocelyn Yan mengelus bahu Tiffany Song, lalu berkata ramah: “Yuk jalan, ayo kita masuk.”

Begitu mereka mau jalan, sebuah mobil ikut berhenti di titik yang sama seperti mobil Jocelyn Yan barusan. Mereka berbalik badan, dan yang keluar pertama dari mobil itu adalah seorang wanita muda.

Tiffany Song kenal wanita itu. Ia adalah orang yang masuk lift bersama Callista Dong waktu itu. Setelah wanita itu turun, kini giliran Callista Dong yang turun. Ia terdiam dan merasakan tubuh Jocelyn Yan, yang daritadi menggandeng tangannya, jadi kaku. Begitu ia menengok ke arahnya, ia baru sadar wajah Jocelyn Yan jadi muram.

Callista Dong mengenakan gaun panjang yang warnanya sangat menarik perhatian. Meski warnanya agak unik, namun itu tidak membuatnya terlihat norak, malah jadi terlihat sangat anggun. Melihat Jocelyn Yan, ia langsung tersenyum dan berjalan mendekat: “Halo teman lama, sudah lama kita tidak bertemu!”

Tiffany Song tercengang, ia tidak meyangka Callista Dong dan Jocelyn Yan adalah sepasang teman lama.

Jocelyn Yan tidak menyangka wanita cantik nan mempesona di hadapannya sungguh-sungguh Callista Dong. Ia bertanya dengan terbata-bata: “Callista, Callista Dong, kamu masih hidup?”

Callista Dong mengalihkan pandangannya ke Tiffany Song sekilas, lalu kembali menatap Jocelyn Yan: “Ini menantumu? Aku pernah bertemu dengannya di hotel dulu. Kamu sungguh beruntung punya menantu seperti dia.”

Kata-katanya penuh pujian, tetapi wajahnya tidak terlihat sedang sumringah. Ini semua nampaknya hanya basa-basi belaka.

Jocelyn Yan segera mengusir prasangka barusan dari benaknya. Ia berkata pada Tiffany Song: “Tiffany Song, ini teman lama mama, panggil saja Tante Dong!”

Tiffany Song tersenyum lebar pada Callista Dong: “Halo, Tante Dong!”

Callista Dong mengangguk dingin pada Tiffany Song: “Teman lama, aku masih ada pesta makan malam, sampai ketemu lain waktu ya!” Ia kemudian langsung pergi dengan wanita muda yang datang bersamanya.

Jocelyn Yan menatap bayangan tubuh Callista Dong dengan perasaan campur aduk. Wanita ini bukannya waktu itu dibilang sudah mati ya? Kok dia ternyata masih hidup? Dia terlihat masih sama persis seperti dua puluhan tahun lalu, tidak ada perubahan sama sekali. Kemunculannya yang tiba-tiba ini apakah akan menimbulkan gejolak dalam Kota Tong?

Tiffany Song menarik pandangannya, lalu menatap Jocelyn Yan yang masih tercengang: “Ma, ayo kita masuk.”

Jocelyn Yan pun juga menarik pandangannya. Ia menatap Tiffany Song, dan entah bagaimana ia menyadari ada sedikit kemiripan antara menantunya itu dengan Callista Dong.

Sesampainya di restoran barat, pelayan restoran mengantar mereka masuk. Di meja dekat jendela, Callista Dong dan wanita muda duduk bersebelahan di satu sisi. Di hadapan mereka ada Taylor Shen. Pria itu mengenakan kemeja dan jasnya ditaruh di atas sofa. Kancing kemejanya dilepas tiga, dan itu membuat dadanya yang putih tersibak sedikit. Taylor Shen juga mengenakan jam mewah.

Taylor Shen menatap lekat-lekat mereka berdua, lalu sedetik kemudian ia langsung mengalihkan pandangannya.

Tiffany Song langsung tercengang melihat Taylor Shen. Ia panik, ia takut pria itu nekat melakukan hal macam-macam di hadapan Callista Dong. Untung saja Taylor Shen hanya menatapnya dingin lalu membuang muka.

Tiffany Song sendiri tidak bisa mendeskripsikan perasaannya saat itu. Ia berjalan tenang melewati meja mereka, namun siapa sangka, meja yang dipesan Jocelyn Yan persis berada di sebelah meja Taylor Shen. Jocelyn Yan langsung duduk di kursi yang menghadap arah yang sama dengan kursi Taylor Shen, jadi Tiffany Song mau tidak mau duduk di kursi yang berdekatan dengan Taylor Shen. Kini ia dan pria itu hanya terpisah dua kepala sofa.

Novel Terkait

You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Menaklukkan Suami CEO

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu