You Are My Soft Spot - Bab 137 Jangan Sok-Sokan Manja untuk Berbuat Tidak Senonoh (1)

Taylor Shen sudah bergumul sepuluh tahun di dunia bisnis. Orang paling aneh dan paling tidak jelas mana pun sudah pernah ia temui, jadi ia sudah menguasai cara menjaga ketenangan pada raut wajah meski dikejutkan sesuatu. Namun, penampilan pria tua di hadapannya ini tetap saja membuatnya terkesiap.

Ia pernah berjumpa Kakek Lian lima belas tahun yang lalu. Kala itu, meski tidak terhitung tampan, wajah pria ini cukup enak dilihat. Kini, separuh lebih wajah Kakek Lian penuh dengan luka. Luka itu menjalar dari wajah kiri ke bawah leher. Lengan kiri Kakek Lian juga dipenuhi bekas luka bakar. Ia terlihat sangat menakutkan.

Seberapa keras pun Taylor Shen berusaha tenang, ia tetap saja tidak bisa menyembunyikan ekspresi kagetnya.

Kakek Lian tersenyum lebar menatap Taylor Shen. Senyumnya itu membuat luka di wajahnya jadi terhimpit satu sama lain. Ia memulai percakapan, “Taylor Shen, sudah lama sekali tidak berjumpa denganmu. Kamu sekarang sudah dewasa saja ya. Memang benar kata pepatah, yang tua pasti cepat atau lambat akan terkalahkan oleh yang muda. Penuaan sungguh tidak bisa dihindari.”

Taylor Shen berjalan menghampirinya. Ia entah mengapa merasa ada kedekatan yang khas antara mereka berdua, mungkin karena Kakek Lian dulu sahabat karib papanya. Tidak tahu apa yang sempat terjadi, mereka pada akhirnya tidak saling berkomunikasi satu sama lain lagi.

“Paman Lian, aku sebenarnya sudah ingin bertemu denganmu sejak baru pulang dari luar negeri, namun dengar-dengar kamu tidak mau menerima tamu, jadi aku mau tidak mau membatalkan niatku ini. Aku tidak ingin mengganggu ketenanganmu.” Taylor Shen kini berdiri persis di depan Kakek Lian. Ia baru sadar, kaki celana panjang pria tua ini kosong. Tidak ada apa-apa di dalamnya.

“Paman Lian, kakimu?” Taylor Shen luar biasa terkejut. Apa yang sebenarnya terjadi pada Kakek Lian sampai wajahnya jadi penuh luka dan kakinya diamputasi? Apa jangan-jangan karena ini pula ia menghilang dan tidak mau menemui tamu?

Kakek Lian menunduk menatap kaki celana panjangnya yang terurai lurus di atas bangku kursi roda. Tatapan matanya melemah, ia menjawab: “Semuanya sudah lewat. Tidak perlu dibahas lagi.”

Taylor Shen menyadari Kakek Lian punya rahasia. Berhubung pria tua itu tidak bersedia mengungkapnya, ia tidak bertanya lebih jauh lagi. Wajah cacat dan kaki diamputasi, pasti telah terjadi sesuatu yang sangat tragis pada Kakek Lian. Melihat badan Kakek Shen yang kurus, ia duduk di hadapannya dan berkata halus: “Kakek Lian, hari ini aku menemuimu untuk membicarakan sesuatu. Angelina Lian sudah pulang dari luar negeri cukup lama. Ia sangat ingin pulang ke rumah......”

Raut Kakek Lian sudah langsung berubah sebelum Taylor Shen menyelesaikan kata-katanya. Mendengar nama Angelina Lian, wajahnya langsung menampilkan ekspresi benci dan jijik, “Jangan sebut nama itu di hadapanku. Kami, keluarga Lian, tidak mau punya cucu tidak tahu diuntung seperti dia. Kalau kamu menemuiku untuk membahas soal dia, lebih baik kita bubar saja sekarang. Waktuku sangat berharga.”

Taylor Shen mengernyitkan dahi. Ia tidak menyangka Kakek Lian akan memberi yanggapan seperti ini. Ia mencoba membujuk: “Kakek Lian, hubungan darah itu berlaku untuk seumur hidup. Tidak peduli apa kesalahan yang pernah diperbuat Angelina Lian, kalian tidak sebaiknya membiarkan dia menggelandang di luar begini.”

“Kamu tahu apa? Taylor Shen, kamu tidak tahu apa-apa, jadi atas dasar apa kamu merasa berhak ikut campur urusan keluarga Lian?” Urat-urat leher Kakek Shen menyembul. Ia menggebrak sandaran tangan kursi roda dengan kedua tangannya. Pengawal pribadi yang berdiri siap siaga di belakangnya bahkan sampai maju selangkah memperingatkannya: “Kakek, emosimu jangan meledak begini.”

“Dorong aku keluar, dorong aku keluar!” Kakek Lian tidak mau melihat Taylor Shen lagi. Taylor Shen hanya bisa berdiri mengamati pengawal pribadi Kakek Lian buru-buru mendorong kursi rodanya. Meski mereka semakin lama semakin berjauhan, ia tetap bisa mendengar ocehan dan omelan yang dilontarkan Kakek Lian.

Hanya dengan mendengar satu nama, Kakek Lian langsung meledak-ledak. Taylor Shen sungguh penasaran, sebenarnya apa yang dulu Angelina Lian lakukan sampah Kakek Lian mengusirnya dari rumah begini? Apa jangan-jangan ada hubungan antara luka-luka pada tubuh Kakek Lian dengan Angelina Lian?

Taylor Shen mengernyitkan alis. Ia sungguh tidak paham dengan semua ini. Ia merogoh ponselnya dan menelepon sebuah nomor, “Kamu sekarang di mana?”

“Kantor,” jawab Jordan Bo ringkas.

“Aku ke sana cari kamu.” Ketika mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di atas meja teh, sudut mata Taylor Shen menangkap sebuah botol obat kecil di samping sofa. Itu pasti botol obat yang tidak sengaja Kakek Lian jatuhkan ketika menggebrak sandaran tangan kursi roda tadi. Ia berbungkuk mengambil botol obat itu. Semua tulisan yang tertempel di sekeliling botol berbahasa Prancis. Ia sama sekali tidak paham dengan semua tulisan itu.

Taylor Shen sempat melihat mobil Kakek Lian. Ia sempat mengejarnya untuk mengembalikan botol obat itu, tetapi usahanya gagal karena mobil dengan cepat langsung keluar gerbang Elite Private Club. Taylor Shen pun menyimpan botol obat itu di saku jasnya. Ia akan kembalikan itu pada kesempatan bertemu Kakek Lian yang selanjutnya.

Sesampainya di kantor Bo's Corp, Taylor Shen langsung bergegas ke kantor CEO dengan cepat. Jordan Bo kala itu tengah duduk di kursinya sambil memejamkan mata. Sementara itu, di sampingnya, ada Stella Han yang tengah membaca sebuah berkas kantor dengan lantang.

Jordan Bo belakangan makin manja. Ia semalam tiba-tiba bilang keletihan membaca jurnal, jadi barusan ia menugaskan Stella Han untuk membacakannya dengan lantang agar ia tinggal dengar saja. Stella Han gemas, ia menuduh Jordan Bo sudah mengeksploitasi dirinya.

Jordan Bo menatap Stella Han dingin: “Dari bulan satu tahun lalu sampai bulan sepuluh tahun ini, memang kamu sudah tanggani berapa banyak kasus yang berkaitand dengan perusahaan kita?”

Stella Han mengingat-ingat dengan serius. Ia penasehat hukum Bo's Corp, namun ia sama sekali belum pernah menangani kasus terkait perusahaan ini di pengadilan. Ini karena pengelolaan internal Bo's Corp sangat baik. Sistem kesejahteraan dan perlindungan pegawai berjalan sangat optimal, jadi perusahaan tidak pernah berkasus di pengadilan. Paling-paling yang berkonsultasi dengannya hanya beberapa pekerja yang punya masalah dengan pernikahan mereka.

Stella Han menjawab jujur, “Nol kasus.”

Jordan Bo puas dengan jawaban itu. Ia melipat kedua tangannya, “Ya maka itu, aku tidak mau penasehat hukum perusahaanku terima gaji buta terus. Aku jelas harus memanfaatkan kemampuanmu semaksimal mungkin.”

Stella Han menggeretakkan gigi. Ia melawan, “Kamu pikir aku menganggur? Kamu pikir urusanku setiap hari cuma soal Bo's Corp saja? Jangan pikir aku cuma makan gaji buta saja ya.”

Jordan Bo menyindir, “Memang sih kamu punya urusan lain, sebab firma hukum kalian kan berulang kali ambil kasus untuk dapat uang tambahan di luar kontrak dengan Bo's Corp. Kamu bahkan sempat jadi sibuk sekali, lebih sibuk dari presiden. Mulai besok, aku mau kamu bertugas di ruang kerjaku untuk membacakan berkas-berkas.”

“Kamu mau jadikan aku gundik yang menempel padamu setiap saat?” balas Stella Han menyindir.

Jordan Bo menggoyang-goyangkan cincin yang terpasang di jari manisnnya. Ia seperti tengah meledek, orang seperti kamu ini kepedean sekali sampai merasa layak digundikkan. Stella Han sungguh geram dengan pria ini.

“Kamu latihan dulu skill ranjang baik-baik, baru pikirkan pergundikan itu. Mataku belakangan sangat sakit, aku kesulitan baca berkas. Cepat lanjutkan bacaanmu.”

“......” Stella Han akhirnya sadar, penyakit manja Tuan Muda ini lagi kambuh, pantas saja ia sengaja mengerjainya seperti ini. Ia mencari alasan untuk mengelak: “Suaraku tidak enak didengar. Nanti saraf pendengaranmu malah rusak.”

“Tidak apa-apa, aku pernah ketemu yang lebih tidak enak didengar darimu kok,” kukuh Jordan Bo.

Stella Han kesal bukan kepalang. Jordan Bo ingin mengeksploitasi hari-harinya, lantas bagaimana ia bisa ambil kasus luar untuk dapat penghasilan tambahan? Okelah setiap malam dipaksa tidur dengannya, tapi kalau siang hari begini juga harus dilalui sama-sama, ia jadi takut kehilangan rasa antusiasnya pada hidup. Bisa-bisa ia jadi bermuka datar seperti si pria manja ini.

“Anu...... Aku rasa ini kurang etis sih. Berkas-berkasmu kan semuanya berisi rahasia perusahaan. Misal-misal aku bongkar, kamu kan akan rugi besar?”

Jordan Bo meliriknya, “Orang kayak kamu bisa bongkar rahasia?”

“Jordan Bo, bisa tidak sih berhenti memandang rendah orang lain?” Stella Han merasa Jordan Bo sering sekali merendahkannya, tetapi mengapa pada waktu bersamaan masih kukuh tidak ingin melepaskan dia ya?

“Tidak bisa,” jawab Jordan Bo tegas. Ia bangkit berdiri dan naik ke lantai atas. Baru setengah jalan, ia menoleh ke Stella Han yang ada di bawah, “Banyak membaca lantang akan membantu perkembangan otak manusia. Aku sangat perhatian denganmu soal ini, jadi tolong jangan menolak ya, Istriku.”

Balasan yang diterima Jordan Bo atas kata-katanya adalah sebuah sendal yang melayang. Wajah Jordan Bo memuram. Ia menggulung lengan kemejanya dan turun perlahan-lahan menghampiri wanita yang barusan berani melawannya itu. Dalam lima belas detik, Stella Han sudah ia tindih di atas sofa. Dalam satu jam, nafsu Jordan Bo sudah terpuaskan hingga nafasnya naik-turun dengan cepat sekali. Melihat wanita cantik yang ia basahi bibir dan wajahnya terduduk kaku di sofa, ia berujar dua kata dengan elegan: “Dasar nakal.”

Taylor Shen berjalan masuk ke ruang kerja Jordan Bo. Stella Han menatap Jordan Bo dengan wajah penuh pengharapan. Berhubung mereka berdua punya urusan yang perlu dibicarakan, apa dia boleh keluar? Jordan Bo paham dengan maksud tatapannya. Pria itu menjawab tanpa ekspresi: “Lanjut baca.”

Stella Han sungguh ingin melempar berkas yang dari tadi ia pegangi ke wajah Jordan Bo. Pria ini dulu di kehidupan lampau pasti raja yang zalim pada rakyatnya. Meski begitu, ia tidak punya pilihan lain. Ia tidak bisa kabur, tidak bisa melawan. Ia hanya bisa melanjutkan bacaannya.

Jordan Bo duduk di kursinya cukup lama.

Setelah cukup lama duduk di sofa, Taylor Shen akhirnya paham apa yang tengah Jordan Bo dan Stella Han lakukan. Ia meledek sahabatnya itu: “Bro, Freddy Bi selalu bilang kamu tidak menikmati hidup. Kelihatannya sekarang kamu sudah bisa nih ya.”

Jordan Bo tidak membalas. Mereka tidak paham dengan semua permasalahan yang pernah ia hadapi. Ia merasa hidupnya sangat kesepian.

Setelah kelar membacakan, Stella Han mengembalikan berkas Jordan Bo ke hadapannya, “Tuan Muda, jadi sudah bisa tandatangani sekarang?”

Jordan Bo mengambil pulpen dan membubuhkan tanda tangannya di atas berkas itu. Ia mengembalikan berkas tersebut ke Stella Han: “Antar ke sekretaris. Jangan lupa berpesan pada dia, tidak boleh ada orang yang mengganggu diskusi aku dan Taylor Shen sekarang.”

“Aku bagaimana? Aku sekarang boleh keluar?” Stella Han menunjuk-nunjuk dirinya sendiri.

“Tugngu di luar, nanti malam pulang ke rumah kediaman keluarga besar dan makan denganku.” Jordan Bo berjalan ke arah sofa dan duduk. Stella Han buru-buru keluar dari ruang kerja Jordan Bo. Ia paling tidak ingin makan di rumah kediaman keluar besar. Meski kabar burung soal kehamilannya sudah dibantah oleh Jordan Bo di hadapan keluarga besarnya, tetapi setiap mereka berkunjung ke rumah kediaman keluarga besar, Kakek Bo selalu saja tetap mengamati perutnya. Kakek Bo sepertinya berharap perutnya bisa membesar tiba-tiba keesokan harinya.

Sebenarnya aneh juga sih. Jordan Bo tidak pernah pakai kondom, ia sendiri juga tidak pernah minum obat penunda kehamilan. Ia sudah ditiduri Jordan Bo setiap hari selama beberapa bulan, kok tidak hamil juga ya? Ini mereka berdua yang salah karena terlalu sering berhubungan seks, atau salah satu dari mereka ada masalah kesuburan?

……

Kini di ruang kerja hanya tersisa Jordan Bo dan Taylor Shen. Jordan Bo duduk di sofa tunggal seberang Taylor Shen. Dengan menyilangkan kaki, ia bertanya datar: “Ada urusan apa mencariku?”

“Aku hari ini bertemu Kakek Lian,” ujar Taylor Shen tanpa basa-basi.

Jordan Bo mengernyitkan dahi. Keluarga Lian, keluarga Shen, dan keluarga He dulu sama-sama merupakan penguasa di Kota Tong. Keluarga Bo saja saat itu tidak berani macam-macam dengan keluarga Lian. Tetapi, ketika tengah berada di puncak kesuksesannya, kejayaan keluarga Lian tiba-tiba menurun drastis. Mereka tidak lagi menjadi penguasa.

Sejak saat itu, Kakek Lian tidak pernah mau bertemu siapa pun lagi. Lima belas tahun sudah berlalu. Taylor Shen sepertinya orang pertama yang bertemu dengan Kakek Lian selama periode waktu ini. Jordan Bo merespon santai, “Kakek Lian kan dulu sahabat karib papamu, tidak heran kalau ia mau bertemu denganmu.”

“Saat bertemu tadi, aku kaget sekali melihat wajah Kakek Lian penuh luka dan kakinya diamputasi. Sejak mamaku mengalami musibah, aku dikirim Kakek ke Amerika, jadi aku tidak pernah mengikuti lagi kabar-kabar soal Kota Tong. Kamu sendiri tahu tidak apa yang terjadi dengan keluarga Lian sampai Kakek Lian menghilang bak ditelan bumi?”

Jordan Bo menggeleng, “Aku juga tida tahu. Meski begitu, aku sempat memerhatikan sesuatu yang terjadi bersamaan. Tepat setelah mamamu mengalami musibah, Kakek Lian langsung menghilang. Kamu ingat tidak, dulu hubungan keluarga Shen dengan keluarga Lian sangat baik, tetapi saat upacara pemakaman mamamu tidak ada satu pun anggota keluarga Lian hadir? Kakek Lian sendiri bahkan tidak datang. Sejak saat itu, hubungan keluarga Shen dan keluarga Lian sepertinya terputus.”

Taylor Shen melipat dahi, “Luka-luka di tubuh Kakek Shen sangat parah, luka bakar di wajahnya bahkan sangat besar. Aku sungguh ingin tahu, dari mana sebenarnya luka-luka ini berasal? Mungkinkah ada kaitannya dengan kebakaran vila waktu itu?”

“Adik keempat, ayahku bilang kebakaran vila waktu itu berlangsung sangat lama. Kalau Kakek Lian terjebak di vila yang terbakar itu, ia tidak mungkin masih hidup sampai saat ini,” debat Jordan Bo.

“Iya juga sih, apalagi saat ini nama Kakek Lian di Kota Tong juga sudah cukup besar. Kalau ia terluka parah, tidak mungkin ada media yang tidak memberitakannya. Oh iya, Kakak Tertua, aku belakangan sudah memerintahkan semua orangku untuk mencari Tiara. Bisakah kamu perintahkan orang-orangmu untuk bantu aku cari tahu penyebab Kakek Lian jadi begini?” Tayler Shen punya firasat buruk. Ia entah mengapa selalu merasa ada kaitan antara kebakaran vila dengan Kakek Lian.

“Bisa.” Jordan Bo mengangguk.

“Ada satu hal lagi. Delapan tahun lalu Angelina Lian diusir dari rumah oleh Kakek Lian. Sepertinya ada yang disembunyikan dari pengusiran ini, sekalian lah suruh orang-orangmu selidiki.” Taylor Shen tadi saat menemui Kakek Lian memang ingin membujuk pria tua itu menerima kembali Angelina Lian ke rumah.

Angelina Lian tidak boleh tinggal di Sunshine City lagi. Kemarin malam Taylor Shen merasa bibirnya gatal. Saat ia buka mata, Angelina Lian ternyata tengah mendekat dan berusaha menciumnya. Ia kemarin tidak langsung menghindar dan memarahinya agar tidak membuat wanita itu merasa canggung.

Meski begitu, berhubung ia sudah tahu Angelina Lian punya perasaan spesial padanya, ia tidak boleh membiarkannya bertahan di Sunshine City. Ini untuk mencegah terjadinya sesuatu yang tidak-tidak di kemudian hari.

Novel Terkait

Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu