You Are My Soft Spot - Bab 291 Mencurigai Luna Bai (3)

Taylor Shen menutup pintu dengan perlahan, sekalian mengunci pintu, berjalan ke sana tanpa ribut. Tiba di pinggir ranjang, dia membungkukkan pinggang mengulurkan tangan mengambil majalah dari tangannya, dengan perlahan meletakkannya di atas rak samping ranjang.

Lalu membuka selimut, dengan lembut menggendongnya, meletakkannya di atas ranjang. Vero He merasa terkejut sejenak, matanya membuka sedikit celah, saat melihat itu adalah dia, baru spontan merasa tenang, bergumam: "Kamu sudah pulang?"

"Hmm, kamu tidur dulu, aku pergi mandi." Taylor Shen menarik selimut dan menyelimuti tubuhnya, melihatnya menggosokkan wajahnya ke bantal di tengah rasa kantuk, seakan-akan sedang mencari posisi yang nyaman, pangkal tenggorokannya sedikit bergerak, mengulurkan tangan memindahkan helai rambutnya yang berantakan di wajah, mendaratkan sebuah kecupan di keningnya, lalu membalikkan badan masuk ke kamar mandi.

Saat keluar seusai mandi, Vero He telah tertidur lelap, sang pria berbaring dalam ranjang, mengulurkan tangan memasukkannya dalam pelukan napasnya diselimuti oleh aroma wangi yang terpancarkan dari tubuh sang wanita, sama dengan aroma dari tubuhnya sendiri, dia menghirupnya dalam-dalam, kepalanya menempel erat dengan kepala bagian belakang sang wanita, lalu mulai tertidur.

......

Taylor Shen memimpikan sebuah mimpi yang aneh, di dalamnya terdapat begitu banyak pasang tangan yang terulurkan ke arahnya dan Tiffany, hendak memisahkan mereka berdua. Sang pria dengan erat memeluknya, bersikeras tidak melepaskannya, lalu muncul seorang pria yang bagaikan arwah, tiba di samping mereka, entah telah menggunakan cara apa, dia dengan mudahnya berhasil merebut Tiffany dari dalam pelukannya, dia terkekang erat oleh tangan tak terlihat itu, sebesar apapun perjuangannya tetap tidak mampu mendekati Tiffany.

Wajah pria itu dari awal terus terlihat buram, dia tertawa terbahak-bahak, "Tiffany adalah wanitaku, hahaha!"

Taylor Shen mengerahkan seluruh tenaga ingin melepaskan diri dari tangan-tangan itu, tapi tetap tak berdaya, hanya bisa melihat pria itu merangkul Tiffany dan pergi menjauh begitu saja, dia berteriak histeris: "Tiffany!"

Taylor Shen bangun dengan kepala yang penuh keringat, membuka mata, gambaran yang masuk dalam pandangan matanya malah merupakan cahaya ruangan yang penuh perasaan, dengan paniknya menurunkan pandangan, saat melihat Tiffany masih berada dalam pelukannya, baru hatinya kembali sedikit tenang, mengulurkan tangan memeluknya dengan erat.

Jelas-jelas sudah mendapatkannya kembali setelah mengalami kehilangan, tapi kenapa Taylor Shen malah merasa, dia bisa saja kehilangannya kapan pun saja?

Sang pria melihatnya dengan diam, hatinya begitu hampa, dia harus melakukan sesuatu, untuk membuktikan sang wanita ini adalah sungguhan, membuktikan dia masih berada dalam pelukannya. Taylor Shen mendekatkan diri, mencium bibir merahnya yang sedikit terbuka.

Vero He masih bermimpi, dia bermimpi dirinya sedang berenang, ada begitu banyak orang di kolam renang, dia memakai bikini yang sexi, berenang dengan elegan di sana terlihat bagaikan seorang mermaid cantik, memancing banyak perhatian.

Tiba-tiba, tali bikininya telah lepas, seketika pemandangan semi hampir tampak keluar, dia dengan paniknya hendak menahan talinya, takut ada orang lain yang melihat tubuhnya. Alhasil, dia berhasil melindungi bagian atas, tapi malah menyadari ada orang yang sedang menarik celana renangnya.

Dia sangat ketakutan, membuka mulut hendak berteriak memanggil pertolongan, bibirnya malah terbungkam oleh seseorang dengan begitu rapat, seluruh tubuhnya tenggelam ke dalam kolam, perlahan-lahan mulai kekurangan oksigen, dia malah terus tidak mampu melihat wajah orang yang menciumnya dengan jelas, Vero He berusaha membuka matanya, ingin melihat sebenarnya bandot mana yang sedang melecehkannya, dirinya pasti akan menghajarnya hingga babak belur.

Lalu Vero He benar-benar telah membuka matanya, ada secercah cahaya yang menerangi dari atas kepala, lembut dan begitu erat, melihat wajah tampan di depan mata yang familiar itu dengan kaget, sedikit bodoh hingga tidak mampu membedakan ini adalah kenyataan ataupun masih dalam dunia mimpi.

Saat Taylor Shen melihat dia telah bangun, pergerakannya menjadi semakin jahil, berkata sambil tersenyum: "Akhirnya sudah bangun, Sleeping Beauty-ku."

Vero He merasa sedikit kedinginan, baju tidur di tubuhnya sudah menghilang dari awal, dia kembali mengingat mimpi tadi, spontan tersenyum canggung, pantas saja dia bisa bermimpi seperti itu, dia berkata: "Kenapa tidak tidur?"

Saat suaranya berbunyi, baru dia menyadari betapa seraknya suaranya.

Taylor Shen mencium lehernya, bergumam: "Tidak bisa tidur, dan menginginkanmu."

Jantung Vero He mendadak menyusut, panas tubuh membuat sekujur tubuhnya gemetaran, dia sedikit memejamkan mata, wajahnya telah diwarnai dengan selapis kemerahan. Taylor Shen memandangnya dengan mata menyipit, tahu bahwa dia telah mengizinkannya, sang pria menjadi lebih bergairah.

Menggunakan bibirnya menyanjungnya, tak hentinya mengucapkan perkataan yang menyentuh hati, memuji tubuhnya yang elok, bibir sang pria kembali berada di bibirnya, mencium sambil berkata: "Tiffany, bukalah matamu dan lihat aku."

Vero He merasa malu, tapi tetap saja menuruti perkataannya dan membuka mata, muncul wajah sang pria yang tampan di matanya, keningnya telah dipenuhi dengan keringat panas, matanya mengandung pikatan yang tak terlontarkan, sang pria berkata dengan suara serak: "Tiffany, kamu mencintaiku tidak?"

Dia akan menanyakannya setiap kali, tetap akan menanyakannya meskipun tidak mendapatkan tanggapan. Vero He tetap tidak menjawabnya, dia sedikit mengangkat kepalanya, mengigit bibir tipisnya sejenak, warna gelap di mata sang pria menjadi lebih pekat, dia bergelinding turun dari tubuh sang wanita, berguling ke pinggir ranjang, menarik laci, mengeluarkan sebuah kondom.

Vero He kaget melihatnya, dia ingat sang pria tidak pernah menggunakan ini, meskipun hubungan di antara mereka berdua sedang sangat tegang, dia juga tetap tidak bersedia menggunakannya, kenapa tiba-tiba malah menggunakannya?

Taylor Shen tidak membiarkannya berpikiran sembarangan terlalu lama, dia kembali ke sisinya, menggunakan ciuman membungkam bibirnya.

Malam hari yang panjang, dilalui dengan perasaan yang pekat!

......

Setelah berakhir, mereka berdua sama-sama tidak bisa tidur, Taylor Shen menggendongnya pergi mandi. Di dalam bathtub, dia duduk di belakang sang wanita, dengan lembut memeluknya, menghela napas dengan nyaman, "Aku sangat senang bersamamu seperti ini, di mana ini adalah waktu yang paling mesra di antara kita berdua."

Vero He bersandar di bahunya, kehangatan air telah membuat rasa nyeri di sekujur tubuhnya terasa lebih membaik, tapi hatinya malah masih terus memikirkan masalah tentang kondom, Taylor Shen selalu bersikeras hendak memiliki anak dengannya, seharusnya dia tidak akan mencegah kehamilan, tapi malahan dialah yang mengambil inisiatif untuk mencegah kehamilan.

"Taylor......"

"Hmm?" Taylor Shen menggayung air dan menyiramkannya ke tubuhnya, Vero He belakangan ini mulai mengkonsumsi vitamin, dan menghentikan pemakaian obat pencegah kehamilan jangka panjang, persetubuhan selanjutnya pasti berkemungkinan untuk membuatnya hamil.

Tapi tubuhnya begitu lemah, sekarang bukanlah waktu yang cocok untuk hamil, demi mencegah kehamilan secara tak sengaja, mulai dari sekarang, sang pria harus melakukan pencehagan kehamilan setiap kali melakukannya. Sebenarnya saat melihat obat pencegah kehamilan, dia benar-benar sangat ingin memarahinya.

Tubuhnya pada dasarnya sudah kurang baik, tapi masih saja memakan benda seperti itu, kalau dia benar-benar tidak bersedia melahirkan anak, dirinya pasti tidak akan memaksakan kehendaknya, asalkan sang wanita berada di sisinya, dia sudah merasa puas.

Vero He menggigit bibir, tapi terakhir tetap tidak menanyakannya, sang wanita menggelengkan kepala, "Tidak ada apa-apa."

Setelah keluar seusai mandi, langit di luar kebetulan sedang berada pada saat tengah malam, ini adalah waktu paling gelap di setiap hari, Vero He bersandar di ujung ranjang, Taylor Shen berlutut di sisinya, tangannya memegang hair dryer membantunya mengeringkan rambut, Vero He menanyakan: "Kenapa kamu pergi bertemu dengan Tuan Guo?"

Mengungkit tentang Ned Guo, Taylor Shen mulai mengingat akan suatu hal, saat di awal-awal dia kembali ke negeri asal, dia bahkan sempat berencana untuk kencan buta dengan Ned Guo, hatinya spontan merasa cemburu, "Untuk apa menanyakannya? Kamu peduli dengannya?"

Vero He mampu menebak dia sedang mempermasalahkan hal tentang dirinya berkencan buta dengan Ned Guo, sang wanita tersenyum, "Aku hanya sekedar menanyakannya, begini saja cemburu?"

Taylor Shen mengesampingkan pengering rambut, menundukkan kepala mencium dengan kuat di wajah cantiknya, berkata dengan nada posesif: "Kamu adalah wanitaku, meskipun hanya sekedar menanyakan sembarangan, aku pun tidak akan mengizinkanmu mempedulikan pria lain."

Vero He menggunakan lengan baju mengelap air liur di wajah, berkata dengan manja: "Taylor, kamu sungguh kekanak-kanakkan!"

"Aku memang kekanak-kanakkan, aku memang tidak akan mengizinkannya, kamu ingin menggigitku?" Taylor Shen berlagak menyatakan dirinya memang bersifat seperti ini, memangnya dia bisa bagaimana, Vero He benar-benar kehilangan kata-kata, kecemburuan orang ini semakin lama semakin membara.

Taylor Shen kembali membantunya mengeringkan rambut, dia mengingat suatu hal, sambil mengeringkan rambut sambil mengetesnya: "Tiffany, mungkin tidak kalau Karry sebenarnya belum mati?"

Vero He mendadak membalikkan kepala melihatnya, pergerakannya begitu tiba-tiba, Taylor Shen masih sedang menggenggam sebagian rambutnya, kulit kepalanya tertarik, selanjutnya mulai menjalarkan rasa sakit, tapi sang wanita tidak sempat mempedulikannya, bertanya dengan gemetaran: "Kenapa kamu bisa bertanya seperti ini?"

Taylor Shen melihat dirinya telah membuatnya kesakitan, langsung bergegas melonggarkan pegangan tangannya, namun sela jarinya telah terdapat beberapa helai rambut, seketika sang pria merasa sangat sedih, "Kenapa bergerak, lihatlah, rambutmu sampai rontok."

Vero He tidak mempedulikan rambutnya, memegang lengan Taylor Shen dengan erat, bertanya: "Taylor, jawab aku, kenapa bertanya seperti ini?"

"Aku curiga dia belum mati." Sekarang baru Taylor Shen mulai menyadari suasana hatinya sedikit janggal, sang pria berkata: "Tiffany, ada apa denganmu?"

"Tidak mungkin, dia telah mati, semua orang itu terus mengejar dan hendak membunuh kami, demi membiarkanku berhasil kabur, dia tetap tinggal untuk mengatasi orang-orang itu, aku telah mendengar suara tembakan, juga mendengar suara jeritan histerisnya, aku telah melihat peluru tertembak masuk ke dalam tubuhnya, aku......" Sekujur tubuh Vero He mulai gemetaran, Karry Lian tidak mati? Dia juga pernah curiga, lagipula di Kota Tong, dia sudah pernah berulang kali melihat sosok tubuh yang familiar itu.

Tapi saat mendengar Taylor Shen mengatakan dia tidak mati, dia spontan malah hendak membantahnya.

Taylor Shen merangkulnya dengan erat, berkata: "Tiffany, kamu hanya mendengar suara tembakan, hanya mendengarnya menjerit histeris, kamu tidaklah melihat mayatnya, benar bukan?"

"Aku......"

"Tiffany, aku pernah mengutus seseorang pergi ke tempat penyekapanmu dulu, di sana sama sekali tidak terdapat apapun, hanya terdapat sebuah kuburan, mereka telah menggali kuburan itu, mengeluarkan tulang belulang di dalam, dan melakukan tes DNA, mencocokannya dengan DNA ayahnya Karry, mereka tidaklah memiliki hubungan darah, Karry tidak mati, dia masih hidup, dia telah membohongimu." Sepasang tangan Taylor Shen memegang bahunya, membuatnya berputar menghadapnya.

Sang pria tidak boleh melakukan penyelidikan terhadap masalah terkait Karry Lian dengan menyembunyikannya darinya, karena hanya Tiffany sendiri yang bisa membedakan, manakah ingatannya yang benar dan manakah ingatannya yang palsu. Jika seluruh penyelidikan dilakukan tanpa menyertakan orang yang terlibat dalam perkara itu sendiri, semuanya tidak akan berguna, dan terlihat jelas, hanya dengan saling bersatu bekerja sama, baru mereka bisa menyerang balik si musuh.

Vero He tak hentinya menggelengkan kepala, "Tidak, dia jelas-jelas sudah mati, pasti sudah mati, Taylor, para penjahat itu begitu kejam dan keji, mereka tidak akan pernah membiarkannya hidup."

"Tiffany, ada berbagai petunjuk yang menyatakan Karry memalsukan kematiannya, aku bahkan merasa curiga, dulu saat dia muncul di hadapanmu, hanya demi memainkan suatu adegan, tujuan dari adegan ini adalah, membuat kami tahu dia telah mati dari mulutmu, dan dalam jangka waktu ini, kami tidak akan mungkin kembali mengaitkan berbagai kejadian yang ada terhadapnya, ini juga telah memudahkannya melakukan lebih banyak hal." Taylor Shen saat ini hanya bisa mengumpamakannya seperti ini, karena jika Karry Lian mencintai Tiffany, dia tidak akan memanfaatkannya seperti ini, dan tidak akan mungkin mengantarkannya kembali ke sisinya.

Kalau begitu, tujuan Karry Lian dulu mendekatinya, adalah memanfaatkan Vero He untuk membalas dendam besar terhadap Keluarga Lian.

Pikiran Vero He sangat kacau, matanya muncul satu per satu gambaran, sisi wajah di dalam mobil balap abu keperakan, sosok tubuh yang familiar di pinggir jalan, juga gambar profil yang dibuat oleh profiler di kantor polisi, apakah itu adalah Karry Lian? Dia benar-benar masih hidup?

Dia terus tidak berani percaya Karry Lian masih hidup, jelas-jelas dirinya telah melihatnya, semua anak peluru itu telah memasuki dadanya, dia terbaring di sana bersimbah darah, mana mungkin dia masih hidup?

Semakin lama Vero He memikirkannya, dia menjadi semakin panik, memegang kepalanya, seakan-akan ada seseorang yang menggunakan bor listrik mengebor kepalanya, dia merasa sangat kesakitan, "Kamu jangan mengatakannya lagi, Taylor, aku tidak percaya dia masih hidup, itu semua hanya sekedar kebetulan, sakit sekali, kepalaku sakit sekali......"

Taylor Shen menyadari keanehannya, wajahnya begitu pucat, keringat dingin sebutir demi sebutir mulai bercucuran keluar, sang pria segera melemparkan hair dryer, Vero He telah melepaskan diri dari pegangan tangannya, menyerbu dinding, dan menabrak dinding dengan kepalanya.

Taylor Shen sangat kaget, bergegas berlari ke sana, sang wanita sudah menghantamkan kepalanya berulang kali, segera mengulurkan telapak tangan menahan di dinding, melindungi keningnya, Vero He menghantamnya dengan sangat kuat, tulang jari tangan sang pria bahkan hampir saja patah.

Taylor Shen merangkul pinggangnya, membuatnya menjauhi dinding, "Tiffany, kamu jangan emosi, dengarkan aku, tarik napas dalam-dalam, jangan memikirkan apapun, lakukan dengan mengikutiku."

Kening Vero He telah terbentur hingga memerah, dia sudah tidak mampu mendengar suaranya Taylor Shen, telinganya terus berdenging, kepala terasa begitu menyakitkan, dia terus menggunakan kepala membenturkannya ke dadanya Taylor Shen, kehilangan kendali dan menjerit, suasana hatinya telah hancur sepenuhnya, terakhir karena dia tidak mampu bertahan lagi, sepasang matanya terpejam rapat, dan pingsan dalam pelukannya Taylor Shen.

Novel Terkait

Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu