You Are My Soft Spot - Bab 160 Kami Berniat Untuk Memiliki Anak (3)

Sang pria menatapnya, pandangan di matanya mulai memiliki aura yang jahil, biasanya saat sang pria menatapnya seperti ini, ucapan yang dilontarkan pasti bisa membuat sang wanita berdebar dan wajah memerah, bibir yang tipis melekuk sedikit.

"Siapa bilang tidak boleh melakukannya sehabis minum bir? Kalaupun berencana untuk memiliki anak, boleh saja memakai sarung payung kecil, ataupun......" Suara yang rendah diiringi dengan hawa nafas yang panas, berkata secara kata per kata seakan-akan inign memahatnya di dalam hati sang wanita, "Boleh langsung menyemburkannya ke dalam."

Wajah Tiffany Song begitu memerah hingga hampir meneteskan darah, iblis ini sungguh begitu jahil, dia menutup telinganya, berkata dengan malu: "Taylor, bahkan ucapan seperti ini pun bisa keluar dari mulutmu."

Taylor Shen menatapnya sambil tersenyum ceria, merasa dia begitu imut saat terlihat malu, tak kuasa menahan diri untuk mencubitnya, ingin menguji apakah bisa sampai meneteskan darah, dan sang pria benar-benar telah mengulurkan tangan untuk mencubitnya, namun kulit wajah yang lembut malah membuatnya tidak rela melepaskannya.

"Kalau tidak boleh mengatakannya, bagaimana kalau kita langsung melakukannya?"

Tiffany Song menyadari gairah yang terpancar di balik suaranya, dia merasa kaget dan segera menghempaskan tangannya, pipinya terasa sangat panas hingga hampir meledak, dia melihat ke sekitar sejenak, cuaca saat ini telah memasuki musim dingin, orang yang berada di samping sungai sangat sedikit, kadang-kadang akan ada mobil yang melintas, dia berkata dengan panik: "Taylor, kamu jangan bertindak sembarangan, kita saat ini masih di luar.

Kita masuk ke dalam mobil, kita telah bersama begitu lama, sepertinya masih belum pernah mencobanya di dalam mobil." Taylor Shen menarik pintu mobil, menatapnya dengan nafsu yang penuh.

Tiffany Song tidak menyangka dia benar-benar berani mengatakannya, dia menggelengkan kepalanya sekuat tenaga, mereka baru saja masuk berita, akan gawat jika sampai terfoto oleh paparazi, sang wanita mengulurkan tangan menariknya, menutup pintu, lalu menariknya berjalan ke pinggir sungai, "Taylor, kamu perlu mendinginkan kepalamu sebentar."

Taylor Shen mengikutinya dari belakang, awalnya hanya dipengaruhi oleh gairah, sama sekali tidak harus melakukannya di dalam mobil. Sang pria mengikuti langkah kakinya, berjalan menuju jalan setapak di bawah dengan perlahan.

Angin berhembus, terasa sedikit dingin, dia membuka jaket hitam, menyelimutinya dalam pelukan, agar tidak membuatnya kedinginan.

Mereka berdua bagaikan sepasang suami istri, berjalan-jalan di pinggir sungai. Tubuh bagian belakang menjalarkan kehangatan yang tidak pernah berakhir, Tiffany Song merasa sangat tenang, keduanya telah berjalan setengah jam, rasa mabuk dari Taylor Shen telah banyak berkurang, setelah itu baru mereka kembali ke mobil.

Tiffany Song menyetir mobil, mengemudikannya menuju Sunshine City.

Ketika tiba di Sunshine City, waktu sudah hampir mencapai jam 11 malam, Tiffany Song menyuruh Taylor Shen untuk naik ke atas dulu dan mandi, lalu dirinya pergi ke dapur untuk menyeduhkan air madu pereda pengar. Setelah Tiffany Song telah selesai menyeduhkannya dan naik ke atas, Taylor Shen sudah selesai mandi dan keluar, menyerahkan air madu kepadanya, Taylor Shen tidak menerimanya, "Tidak suka meminum yang manis, terlalu nek."

Tiffany Song memegang gelasnya, berkata dengan lembut, "Kamu telah meminum bir, minumlah sedikit air madu, dengan begini, perutmu tidak akan terasa sakit setelah bangun besok pagi, minumlah dengan patuh, hmm?"

Alisnya terangkat, memancarkan ketenangan, warna mata Taylor Shen menggelap, gairah yang timbul akibatnya di luar, kembali menyerang dengan ganas. Sang pria mengangkat kepalanya sedikit, jakunnya tak tertahankan untuk bergerak ke atas dan ke bawah sesaat, suaranya begitu rendah, "Suapi aku meminumnya."

Tiffany Song menatapnya, di bawah cahaya lampu, rambutnya terlihat sedikit basah, terurai dengan berantakan, tidak seperti di pagi hari yang setiap helainya di sisir ke belakang, memunculkan keningnya yang lebar, memancarkan aura yang serius.

Saat ini, dia terlihat bagaikan anak kecil yang ingin makan permen, ekspresi di wajahnya menjadi lembut, sangatlah enak di pandang mata. Sebenarnya bukan hanya pria yang akan bergairah ketika melihat wanita, terkadang saat seorang wanita melihat prianya sendiri, juga akan memiliki nafsu.

Tiffany Song juga begitu, melihat Taylor Shen menatapnya seperti itu, wanita besar yang biasanya tertidur di dalamnya telah bangun, sang wanita meliriknya sesaat, lalu mendekatkan gelas ke samping bibir, meminumnya dan mengemutnya di dalam mulut, Tiffany Song mendekatkan diri, bibir merah menempel pada bibir tipisnya, dan membuat air madu di dalam mulutnya mengalir ke dalam mulut sang pria dengan perlahan.

Sinar yang dipancarkan mata Taylor Shen bertambah terang, membara hingga menyinari dunia, tangan yang berada di belakangnya terangkat, memegang kepalanya, memperdalam ciuman ini. Tiffany Song terus melindungi gelas, takut akan terjatuh karena pergerakan sang pria, Taylor Shen seakan-akan tahu terhadap kekhawatirannya, dia langsung mengambil gelas yang ada di tangannya dan meletakkannya di atas rak samping ranjang, merangkul pinggangnya, berputar, dan menekannya di bawah.

Menempel di bibirnya dengan rapat sambil melontarkan beberapa kata dengan suaranya yang rendah: "Aku menginginkanmu, berikan padaku!"

Tiffany Song hampir menjadi gila, dia bagaikan telah diterpa oleh badai, dan telah kehilangan kesadaran diri, hanya tahu untuk mengikuti irama naik dan turun itu, hingga kehilangan kendali.

......

Hubungan Tiffany Song dan Taylor Shen telah tersebar luas, Karry Lian melihat sepasang pria dan wanita yang saling berciuman di dalam televisi itu, ekspresinya menjadi tegang, bibirnya terbungkam membentuk sebuah garis lurus. Taylor Shen telah mengabarkan pada seluruh dunia, bahwa Tiffany Song adalah wanitanya, bahkan sampai mengubah nama perusahaan Winner Group menjadi Tiffalor Design.

Tiffalor, gabungan dari nama Tiffany Song dan Taylor Shen, begitu mencolok, begitu terang-terangan, seakan-akan takut orang lain tidak tahu bahwa mereka sedang berpacaran.

Dia mematikan televisi, suara ban kursi roda yang menggilas lantai terdengar, dia mengangkat kepalanya, terlihat Kakeknya sedang menggerakkan kursi roda berjalan kemari, ekspresinya mengkaku, spontan langsung berdiri, "Kakek."

Tuan Besar Lian melihat televisi yang telah gelap sekilas, berkata: "Sudah malam begini masih belum tidur, sedang melakukan apa?"

"Melihat berita tentang keadaan kota Tong sejenak, kenapa kamu juga belum tidur?" Karry Lian berdiri di tempat dan tidak bergerak.

"Tidak bisa tidur, makanya bangun untuk berjalan-jalan." Tuan Besar Lian mengangkat kepala melihatnya, di bawah sinar lampu yang terang, wajah Karry Lian sangat mirip dengan ayahnya, dia berkata: "Kamu baru saja kembali dari Amerika, jangan terlalu kelelahan, hal tentang mengembangkan bisnis keluarga, bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan dalam sekejab mata, tidurlah lebih awal."

"Baik, Kakek juga istirahatlah lebih awal." Karry Lian menganggukkan kepala, membalikkan badan berjalan ke atas.

Tuan Besar Lian mengantar kepergiannya hingga menghilang di tangga menuju lantai dua dengan pandangan matanya, dia mengangkat tangan, bodyguard yang berdiri di tempat tersembunyi langsung keluar, mendorong kursi roda dan keluar dari villa. Mereka baru saja keluar, tiba-tiba muncul sesosok bayangan yang tinggi tegak dari tangga.

Saat mendengar adanya suara mesin mobil yang semakin lama semakin menjauh, dia turun ke bawah, sudah begitu malam, Kakek ingin pergi ke mana? Hatinya penasaran, keluar dari villa, segera naik ke mobil, mengemudikan mobil dan segera mengejar.

Setelah mengejarnya cukup lama, dia langsung kehilangan jejak, supir Kakeknya lebih peka daripada yang dia pikirkan. Dia berputar di jalanan sesaat, tetap tidak menemukan mobil Kakeknya, ketika dia baru saja hendak memutarkan mobil dan kembali, tiba-tiba terlihat adanya sebuah mobil Lincoln yang terparkir di depan sebuah rumah sakit, nomor plat mobilnya tepat merupakan nomor plat mobil milik Kakeknya.

Dia memberhentikan mobilnya di tempat yang berjarak sedikit jauh dari mobil Kakeknya, baru saja melepaskan sabuk pengaman, langsung terlihat Kakeknya di dorong oleh bodyguard, dan menggendongnya naik. Dia tidak berhenti begitu lama, langsung pergi setelah menyalakan mobil, agar bisa tiba duluan sebelum Kakeknya pulang ke villa.

Kembali ke villa, dia baru saja masuk ke dalam, langsung terdengar suara mesin mobil, dia segera naik ke atas, tidak lama kemudian, terdengar pintu villa di buka oleh orang, selanjutnya terdengar suara kursi roda yang menggilas lantai, hingga lantai di bawah kembali hening.

Kakeknya sering keluar pada tengah malam, dulunya dia tidak tahu dia keluar untuk melakukan apa, hari ini adalah pertama kalinya dia pergi membuntuti Kakeknya, dan baru menyadari dia pergi ke rumah sakit. Kenapa dia harus pergi ke rumah sakit pada saat tengah malam, untuk apa dia ke sana? Pergi berobat atau menjenguk seseorang?

Karry Lian mengerutkan keningnya, Kakeknya tidak memiliki teman baik seorang pun, dan teman satu-satunya adalah Tuan Besar Shen, tapi mereka malah menjadi saling berselisih entah karena alasan apa, saat Kakek mengungkit Tuan Besar Shen, dia sangatlah marah. Beberapa tahun ini, Kakek selalu berada di dalam rumah, sangat jarang keluar, kalau begitu, sangat kecil kemungkinannya untuk pergi menjenguk seseorang.

Karry Lian sangat kebingungan, dia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit sana keeskoan hari, untuk melihat apakah ada hal yang aneh.

Batu yang dilemparkan oleh Tiffany Song ini, tidak hanya menghasilkan selapis riak kecil saja, keesokan harinya, semua koran ternama telah mencetak foto dia dengan Taylor Shen di halaman utama. Di kantor pengadilan Kota Tong, di atas meja Felix He juga terdapat koran seperti ini, dia melihat gadis menawan berambut pendek yang penuh dengan kepercayaan diri di dalam koran, gejolak perasaan yang begitu familiar muncul di hatinya.

Mirip, terlalu mirip.

Dia melihatnya dengan begitu serius, sampai-sampai tidak menyadari pintu kantor sedang diketuk oleh seseorang, hingga telinganya mendengar suara sang asisten, "Hakim He, kantor pengadilan baru telah selesai di bangun, sekarang perlu mencari perusahaan design untuk mendekorasinya, di sini ada beberapa perusahaan design, anda lihatlah sejenak, lalu segera putuskan ingin memilih perusahaan yang mana, kemudian menuliskan tahun berapa ingin pindah ke sana."

Felix He kembali sadar, dia menerima dokumen darinya, di atasnya telah terdapat daftar beberapa perusahaan design, Shine Group dan perusahaan design di bawah pimpinan Joy de Vivre Group ada di dalam daftar, tapi malah tidak terdapat Tiffalor Design.

Dia melihat koran itu sejenak, berkata: "Tiffalor Design saja."

Sang asisten melihatnya dengan kaget, "Hakim He, Tiffalor Design tidak ada di dalam daftar dokumen ini, apalagi pengalaman dari CEO perusahaan ini masih belum cukup, jika menyerahkan design kantor pengadilan baru ke tangannya, aku khawatir mereka tidak akan bisa menyelesaikannya akhir tahun ini dengan tepat waktu."

Entah kenapa, ketika mendengar asistennya begitu meremehkan Tiffany Song, hati Felix He terasa sedikit tidak senang, dia berkata sambil mengerutkan kening: "Tiffalor Design dulunya adalah Winner Group, mereka memiliki tim yang profesional, begini saja, aku akan pergi ke sana sendiri. Kalau mereka memang seperti yang kamu katakan, kita akan mengganti perusahaan lain, ini tidak akan terlambat."

Asisten merasa Hakim He hari ini terlihat sedikit aneh, dulunya dia tidak begitu tertarik dengan hal-hal seperti ini, dan hanya fokus dalam menyelidiki kasus, kenapa hari ini malah begitu tertarik dengan dekorasi dari kantor pengadilan baru?

"Aku ingat pagi hari ini aku tidak memiliki perkara hukum yang harus ditangani, mumpung seperti itu, aku akan pergi ke sana sekarang juga." Felix He pergi mengambil jaket hitam yang tergantung di gantungan baju, melangkah cepat pergi keluar dari kantor.

Asisten melihat sosok punggungnya, lalu melihat koran yang terletak di atas meja, kepalanya sangat pusing, semakin lama semakin tidak mengerti terhadap pemikirannya.

Tiffany Song tiba di kantor, Christian Yan segera menyambutnya, melihat suasana hatinya yang sepertinya cukup bagus, dia berkata: "CEO Song, Nona Lindsey Song menunggumu di ruang kantor, dia bilang, andalah yang memintanya datang kemari."

Suasana hati Tiffany Song yang begitu baik pagi ini, seketika langsung sirna, Lindsey Song begitu cepat datang mencarinya, sungguh telah melampaui dugaannya. Berdasarkan sikap Lindsey Song yang sangat meremehkan orang lain itu, kalaupun Nyonya Song ingin membuatnya masuk ke dalam Tiffalor Design, Lindsey Song sendiri belum tentu ingin masuk, namun Tiffany Song telah meremehkannya.

Tiffany Song menganggukkan kepala, sambil berjalan menuju kantornya, sambil berkata: "Kak Yan, minta asisten untuk mengantarkan dua gelas kopi ke dalam." Dia berjalan beberapa langkah, berpikir sejenak, lalu kembali berkata: "Lupakan saja, tidak perlu menyeduhkan kopi lagi, sebaiknya mengantarkan dua gelas air hangat saja."

Setelah Christian Yan melihat sosok punggungnya yang menghilang ke dalam kantor, dia menggelengkan kepala sambil tersenyum, kenapa tidak jadi menginginkan kopi, dan malah menggantikannya dengan air hangat, mungkin takut Lindsey Song akan mengambil kopi untuk menyiram seseorang.

Tiffany Song masuk ke dalam kantor, langsung terlihat Lindsey Song sedang duduk di kursi samping meja kantor, tangannya menggenggam dokumen, keningnya berkerut sedikit, berjalan ke sana perlahan-lahan, berkata dengan tidak senang: "Apakah tidak ada orang yang mengajarimu, bahwa barang di atas meja kantor orang lain tidak boleh disentuh secara sembarangan?"

Lindsey Song menutup dokumennya, mengangkat sebelah alis melihatnya, "Eh, Tiffany, kita bahkan telah saling menggunakan suami yang sama, jadi apalah artinya sebuah kantor? Mamaku mengatakan kamu memintaku untuk bekerja di sini, aku akan menganggapmu cukup sadar diri."

Tiffany Song mendengar dia mengatakan mereka telah menggunakan suami yang sama, hatinya merasa sangat kacau, dia mengira, setelah mengalami kejadian kecelakaan sebelumnya, Lindsey Song setidaknya bisa menjadi lebih pintar sedikit, tapi terlihat jelas, Tiffany Song telah salah menilai, "Aku tidak pernah mengundangmu untuk bekerja di sini, Mama lah yang menelponku, apalagi aku telah mengatakannya dengan jelas, boleh saja kalau kamu ingin masuk dan bekerja di Tiffalor Design, tapi kamu harus melalui pengujian wawancara dari Departemen Sumber Daya Manusia, kalau tidak lulus, maka mohon maaf, di sini tidak ada tempat untuk kamu duduki."

"Oh, lihatlah sikapmu ini, dengan hanya menjadi seorang CEO dalam sehari, kamu langsung merasa hebat. Kalau aku harus lulus ujian wawancara dari Departemen Sumber Daya Manusia, bagaimana denganmu? Kamu hanya perlu lulus dari pengujian Taylor Shen...... oh iya, bagaimana cara dia mengujimu, bagaimana kalau memintanya untuk mengujiku sesuai dengan saat dia mengujimu? Kamu saja bisa lulus, maka aku pasti tidak akan begitu sulit melewatinya." Lindsey Song mengangkat alisnya memancarkan tatapan mata yang aneh terhadapnya, nada bicaranya begitu sinis.

Novel Terkait

My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu