You Are My Soft Spot - Bab 144 Antara Aku dan Tiffany Song, Kamu Pilih Siapa? (2)

Tiffany Song, kamu yakin masih mau membujuk dirimu sendiri untuk menerima kenyataan? Ini sudah tidak bisa diterima lagi, harapan terakhirmu sudah putus. Buat apa kamu pertahankan ini semua lebih lama lagi? Kamu sudah kalah oleh nasip.

Tiffany Song memegang tangan Stella Han erat-erat seperti berpegangan pada satu-satunya tali yang bisa mencegahnya jatuh ke jurang, “Stella Han, bantu aku. Aku butuh bantuanmu.”

Stella Han belum pernah melihat Tiffany Song berwajah seperti ini. Wajahnya murah dan berduka sekali, sedikit pun sinar di mata bahkan tidak ada. Melihat mata Tiffany Song berkaca-kaca dan merah, ia refleks mengangguk, “Tiffany Song, aku janji aku akan bantu kamu, apa pun masalahmu.”

Tiffany Song memejamkan mata dengan putus asa. Ia berujar dengan berapi-api: “Aku ingin putus dari Taylor Shen. Hubungan kami sudah tidak bisa dipertahankan lagi. Kamu tolong bantu aku cari rumah, aku harus pindah secepatnya. Tidak, bukan secepatnya, tapi hari ini juga.”

“Tiffany Song, kamu kenapa?” Stella Han makin bingung melihat Tiffany Song mulai meneteskan air mata.

“Aku tidak tahu bagaimana harus menceritakannya padamu. Stella Han, janji padaku, kamu tidak akan memberitahukan siapa-siapa bahwa aku sudah mengadakan tes DNA.” Tiffany Song mencengkeram tangan Stella Han dengan semakin erat. Jiwa dan tubuhnya kini sudah dikuasai keputusasaan dan kesedihan.

Stella Han mengangguk kencang, “Iya, aku janji, tetapi aku juga ingin tahu mengapa, mengapa kamu mau putus dari Taylor Shen? Apa ini ada hubungannya dengan hasil tes DNA?”

Tiffany Song melepaskan tangan Stella Han. Wanita itu terdiam cukup lama, baru kemudian mengangguk dan berujar serak, “Iya. Sampel yang aku berikan padamu itu sampel rambut mamaku dan sampel rambut Taylor Shen.”

“Ya Tuhan!” Stella Han berteriak kaget. Pantas saja Tiffany Song langsung hancur begitu mengetahui hasil tes DNA, ia sendiri saja sebagai orang yang tidak punya kaitan apa-apa dengan mereka tidak bisa menerima ini. Tiffany Song, nasibmu sungguh pahit, mengapa bisa begini?

Menolak adanya hubungan darah ibu-anak, mengonfirmasi adanya hubungan darah kakak-adik. Dua belas kata ini jadi mimpi buruk bagi Tiffany Song.

“Tiffany Song, kok kalian berdua bisa……” Air mata tumpah membasahi pipi Stella Han, “Taylor Shen begitu sayang padamu, kamu juga sangat sayang padanya. Mengapa langit mempermainkan kalian seperti ini?”

Tiffany Song menggeleng. Ia benar-benar tidak tahu bagaimana harus menerima kenyataan ini. Bagaimana ia harus menerima kenyataan bahwa ia dan Taylor Shen adalah kakak-adik?

Stella Han sangat iba padanya, “Tiffany Song, jangan menangis lagi. Aku mohon, jangan menangis lagi. Aku lah yang seharusnya menangis melihat sahabatku kena masalah begini meski baru memperoleh kebahagiaan. Mungkin tidak ada yang salah dalam proses tes DNA?”

“Tidak mungkin ada yang salah, rambut itu aku cabut sendiri dari kepala Taylor Shen,” ujar Tiffany Song tersedak.

“Mungkin temanku yang melakukan pengetesan DNA itu yang salah? Tiffany Song, coba kamu cabut satu helai lagi, kali ini aku akan mengawasi sendiri proses pengetesannya.” Stela Han tidak percaya mengapa hasil tes DNA bisa begini.

Tiffany Song menggeleng, “Kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pekerjaan Badan Tes DNA Pengadilan sangat rendah, bahkan nyaris tidak mungkin. Aku bahkan pilih Badan Tes DNA Pengadilan karena aku percaya mereka lah yang paling akurat. Stella Han, ini bukan soal hasil tes DNA saja. Taylor Shen bilang adiknya hilang pada usia tiga tahun, punya mata sipit, dan punya jerumbai berwarna yang sama dengan yang ia miliki. Aku punya semuanya itu. Kenyataan sebenarnya sudah terpampang jelas di hadapanku, hanya akunya saja yang ngeyel dan ingin terus melakukan pembuktian.”

“Tiffany Song, aku ini juga bermata sipit, masa itu bisa membuktikan bahwa aku adik Taylor Shen?” Stella Han mencoba mendebat kesimpulan yang diambil Tiffany Song, namun ia kemudian sadar ini hanya akan menambah runyam pikiran sahabatnya itu.

Sampel tes DNA yang Tiffany Song titipkan padanya ia berikan langsung ke temannya. Tidak ada orang lain yang jadi perantara, jadi mana mungkin sampelnya palsu? Tiffany Song pun sudah membeberkan kesamaan-kesamaan dirinya dengan adik Taylor Shen yang hilang. Semua ini jelas bukan hanya kebetulan.

Tiffany Song membuang nafas panjang mencoba menenangkan diri. Ia kemudian berujar, “Stella Han, temani aku pulang ke vila untuk mengambil barang-barangku, oke? Aku takut tidak bisa mengambilnya sendiri.”

“Baik,” ujar Stella Han iba. Ia kasihan sekali dengan sahabatnya ini.

……

Pintu ruang kerja CEO di gedung Lian’s Corp diketuk. Asisten Karry Lian masuk dan melapor, “Tuan Muda, Nona Song sudah memperoleh hasil tes DNA-nya.”

Karry Lian, yang sedang membaca setumpuk berkas, mendongak. Raut wajahnya kebingungan. Berselang beberapa detik, ia baru merespon: “Terus dia sekarang bagaimana?”

“Kelihatannya sangat sakit hati. Ia terus menangis. Hasil tes DNA itu terasa bak hantaman keras baginya.” Asisten Karry Lian dalam hati merasa iba pada bosnya. Bosnya pasti akan bersedih mendengar laporan begini.

Wajah Karry Lian sontak mengeras. Ia bisa membayangkan seberapa sakitnya hati Tiffany Song saat ini. Ia memejamkan mata sejenak, lalu kembali membukanya dan berujar: “Baik, aku paham. Utus orang untuk mengamati setiap pergerakan Shen’s Corp. Proyek Kota Dalam Kota harus jatuh ke tangan kita.”

“Baik, segera kulaksanakan.” Asisten Karry Lian mengangguk dan pamit undur diri.

Karry Lian lanjut membaca berkas. Waktu sudah berlalu beberapa menit, namun matanya masih tertahan di baris yang sama. Ia kesulitan berkonsentrasinya. Semuanya sudah berjalan sesuai rencananya, tetapi begitu mendengar laporan dari asistennya bahwa Tiffany Song terus menangis, ia malah jadi gusar.

Dari awal sampai akhir, Tiffany Song hanya sebuah pion baginya untuk menyerang Taylor Shen. Sejak ia melihat jerumbai berwarna jatuh dari kotaknya waktu itu, ia langsung menyusun dan menjalankan sebuah rencana rahasia. Semua reaksi Tiffany Song sesuai dengan perkiraannya.

Rencananya sangat detail, tetapi sayang, ia lupa mempertimbangkan hatinya sendiri.

Karry ian bangkit berdiri, mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di atas meja kerja, laliu keluar dari ruang kerjanya.

Ketika Stella Han dan Tiffany Song tiba, tidak ada siapa-siapa di Sunshine City. Mereka langsung naik ke lantai atas. Ini pertama kalinya Stella Han berkunjung ke Sunshine City. Ia berdecak kagum, “Wah, vila ini cantik sekali, mirip istana.”

Tiffany Song tersenyum kecut. Hatinya sudah baikan. Tidak, tidak baikan, lebih tepatnya sudah mati rasa. Setibanya di kamar tidur utama, Tiffany Song langsung berjalan ke ruang pakaian, mengambil koper, dan mulai mengepak pakaiannya.

Pakaiannya tidak banyak. Dengan bantuan Stella Han, ia bisa selesai mengepaknya dengan cepat. Stella Han membantu Tiffany Song menyeret kopernya, “Ayo jalan.”

Tiffany Song terdiam di ruang pakaian. Ia tidak rela meninggalkan tempat ini, tetapi ia tidak punya pilihan lain. Mulai saat ini, ia tidak mau berjumpa dengan Taylor Shen lagi.

Tiffany Song berjalan di belakang Stella Han. Di ranjang kamar tidur utama ada dua pasang guling tergeletak berdekatan. Hatinya berdesir melihat gulingnya dan guling Taylor Shen itu.

Perasaan Tiffany Song terasa hancur berkeping-keping seolah dilempar ke mesin adukan. Ia berjalan ke sisi ranjang lalu melepas kalung yang ia kenakan. Ia masih ingat kata-kata Taylor Shen ketika memberikan kalung ini padanya. Pria itu bilang, ia adalah tulang rusuk ketiganya. Kalau tidak ada Taylor Shen, ia juga tidak akan ada di dunia ini. Kala itu Taylor Shen juga memintanya menjaga baik-baik “tulang rusuk”-nya ini.

Tiffany Song saat itu tidak bilang Taylor Shen adalah segalanya baginya. Ia tidak pernah bilang, kalau ia kehilangan Taylor Shen, ia tidak akan bisa bahagia lagi seumur hidup.

Tiffany Song menaruh kalung yang barusan ia lepas di antara kedua guling. Permata pada kalung itu memantul mengenai cahaya matahari dari luar dan menyilaukan matanya.

Tiffany Song memejamkan mata sebentar, lalu berjalan keluar dengan berat hati. Ketika sampai di depan pintu kamar, hati Tiffany Song terus berteriak tidak rela pergi, tetapi ia memilih mengabaikan kata hatinya itu dan terus berjalan keluar vila.

Stella Han menatap bayangan Tiffany Song, yang terpantul di depan kakinya, dengan iba. Mengapa langit mempermainkannya begini? Tiffany Song terus berjuang keras untuk memperoleh kebahagiaan dalam hidupnya, tetapi usahanya itu malah berakhir tragis.

Sekeluarnya dari vila, Stella Han menaruh koper Tiffany Song di bagasi. Ia lalu berbalik badan untuk menyuruh sahatbanya itu masuk ke mobil. Tiffany Song tidak ada di belakangnya. Wanita itu ternyata tengah berdiri dekat ayunan kebun bunga sambil mendorong-dorong ayunan itu dengan pelan. Sekelebat kenangan muncul di benak Tiffany Song secara bergantian. Di vila ini, ia dan Taylor Shen sudah melalui banyak sekali kenangan indah. Vila ini juga menyimpan kenangan paling tidak terlupakan baginya.

Kenangan itu adalah momen ketika Taylor Shen pertama kali membuatkan dessert untuknya. Sampai sekarang, ia masih inget rasa karamel dessert itu dengan sangat jelas.

Taylor Shen, sampai bertemu lagi. Kali ini, aku benar-benar tidak bisa bertahan di sisimu. Maafkan aku karena pergi tanpa mengucap salam perpisahan begini. Ini karena aku tidak berani berhadap-hadapan denganmu.

Tiffany Song melepaskan tangannya dari ayunan, lalu berbalik badan dan meninggalkan taman bunga. Ia membuka pintu mobil. Stella Han menatapnya sambil menahan nafas. Ia kemudian masuk juga ke mobil dan menyalakan mesinnya. Mobil pun melaju.

Baru sebentar Tiffany Song meninggalkan vila, Taylor Shen langsung mendapat telepon dari pengawal pribadinya, “CEO Shen, Nona Song keluar dari vila sambil membawa koper.”

“Apa!” Taylor Shen berteriak pelan. Tanpa peduli fakta bahwa ia sedang rapat, ia langsung bangkit berdiri dan berjalan cepat keluar dari ruang rapat sambil bertanya: “Apa-apaan ini?”

Si pengawal pribadi tidak tahu harus menjawab apa. Ia hanya bertanggung jawab melindungi Nona Song, tidak bertanggung jawab untuk tahu mengapa Nona Song pergi. Ia merespon, “CEO Shen, aku juga kurang paham. Ia keluar sambil membawa koper dengan Nyonya Bo.”

“Stella Han?” Taylor Shen menyipitkan mata.

“Benar.”

“Ikuti mereka, aku segera ke sana.” Taylor Shen mematikan telepon dan berujar pada Christian yang berjalan di belakangnya: “Suruh Vice CEO gantikan aku pimpin rapat. Jadwal sore ini juga batalkan semua.”

“CEO Shen, pertemuan kita dengan GK Corp yang dari Prancis itu sebelumnya sudah dimundurkan. Kalau dimundurkan lagi, aku khawatir mereka akan merasa kita tidak niat bekerjasama dengan mereka,” ujar Christian mengingatkan. Waktu itu dibatalkannya karena Tiffany Song, sekarang masa dibatalkan lagi?

Christian terkadang bingung sendiri. Bagi bosnya, Tiffany Song itu sebenarnya kebahagiaan atau malapetaka sih? Setiap kali bosnya punya masalah mendadak, pasti ada hubungannya dengan Tiffany Song. Kalau terus muncul masalah mendadak begini, bisa-bisa Shen’s Corp juga yang akan rugi besar.

“Ikuti perintahku.” Taylor Shen langsung bergegas masuk lift. Baginya, Tiffany Song jauh lebih penting daripada uang sebanyak apa pun.

Christian menatap pintu lift yang perlahan-lahan tertutup dengan pasrah. Ia menggeleng tidak berdaya. Sekalinya memutuskan sesuatu, pendirian Taylor Shen sangat sulit diubah. Ia sungguh berharap tidak terjadi apa-apa pada Nona Song.

Karena Tiffany Song belum menemukan rumah, Stella Han mengajaknya tinggal di vilanya untuk sementara. Jordan Bo belum pulang. Tiffany Song bertanya gelisah, “Stella Han, kalau aku tinggal di sini memang kalian tidak akan terganggu?”

“Pertanyaan macam apa ini? Aku tuh khawatir kalau kamu tinggal di luar. Biarlah aku merawatmu di sini, oke?”

Mata Tiffany Song terasa hangat. Ia mengangguk, “Terima kasih, Stella Han.”

“Dasar, teman memang harus saling membantu. Yuk masuk, aku antar kamu ke kamar.” Stella Han membantu Tiffany Song menenteng koper. Baru separuh perjalanan, mereka tiba-tiba mendengar suara derum mobil di luar. Stella Han menoleh dengan alis terangkat, “Kok dia balik secepat ini ya?”

Tiffany Song jelas tahu siapa “dia” yang dirujuk oleh Stella Han. Ia ikut menoleh, dan ia langsung melihat dua sosok tinggi besar tengah berjalan menuju vila melewati taman bunga. Ia berujar gelisah, “Taylor Shen sudah tiba di depan.”

Tiffany Song tidak kaget Taylor Shen akan mencarinya, toh pria itu memang selalu mengutus orang untuk mengikuti setiap gerak-geriknya.

Tetapi, sekarang, ia tidak punya keberanian yang cukup untuk berhadap-hadapan dengannya.

“Gila, dia cepat sekali. Tiffany Song, cepat naik ke lantai atas dan bersembunyi di kamar.” Melihat kedua sosok pria yang sudah berjalan masuk vila, ia berteriak: “Tidak keburu lagi……”

Taylor Shen segera menghampiri Tiffany Song. Ia menghalangi langkah wanita itu. Dengan alis terangkat, ia bertanya, “Tiffany Song, candaan apa lagi ini?”

Jantung Tiffany Song berdebar kencang. Ia tidak pernah setakut ini berhadapan dengan Taylor Shen sebelumnya. Waktu melihat hasil tes DNA, ia sungguh ingin mati. Dengan mati, ia tidak perlu menghadapi ketakutan sebesar ini.

“Aku tidak sedang bercanda. Taylor Shen, kita putus saja ya.”

Novel Terkait

My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
3 tahun yang lalu