You Are My Soft Spot - Bab 181 Aku Segera Selamatkan Kamu

Selesai menata barang di kamar baru, Tiffany Song masuk kamar mandi. Baru buka baju, ia mendengar suara-suara aneh di luar. Ketika mencoba mendengarkan dengan lebih seksama, suara itu sudah hilang. Tiffany Song menggeleng. Ah, itu mungkin hanya halusinasi. Ia membuka keran dan mulai mandi.

Dua puluh menit berselang, Tiffany Song keluar dari kamar mandi dengan mengenakan piyama tidur. Di Sunshine City, ia seusai mandi biasanya pakai handuk baju dulu. Di rumah kediaman keluarga Shen sekarang, ia merasa itu agak kurang sopan, jadi ia langsung saja memakai piyama tidur.

Tiffany Song balik ke kamar dan membasuh wajah di depan meja rias. Melihat wajahnya sendiri yang banyak pikiran, ia membuang nafas panjang. Tiffany Song lalu bergegas ke ranjang. Sambil duduk di bawah selimut, ia membaca majalah ekonomi Taylor Shen yang tergeletak di kepala ranjang.

Kamar Tiffany Song sangat tenang. Tiba-tiba, Tiffany Song mendengar suara-suara aneh lagi. Suara-suara itu kali ini terdengar sangat jelas, sumber suaranya juga di kamar tempat ia sekarang berada.

Bulu kuduk di sekujur tubuh Tiffany Song berdiri. Ia ketakutan sampai berkeringat. Ini suara apa?

Pelan-pelan, Tiffany Song membuka selimut, turun dari ranjang, dan menelusuri sumber suara. Suara itu berasal dari ruang tamu kamar yang bersebelahan dengan kamar tidurnya. Lantai ruang tamu dipenuhi ular. Ada ular kecil, ada ular besar. Warnanya pun beda-beda.

“Ahhh!” teriak Tiffany Song kencang dengan mata membelalak dan kaki melemas. Ia dari dulu sangat takut dengan ular. Ketakutan ini bermula ketika ia pernah dihampiri ular waktu tinggal dengan nenek di desa dulu. Sejak saat itu, tiap lihat ular, ia selalu super ketakutan.

Ular-ular kaget dengan teriakannya. Mereka semua mengamati Tiffany Song sambil mendesis-desis. Tiffany Song terus berteriak dengan ketakutan. Tidak lama kemudian, ia mendengar langkah kaki dari luar. Kamar tidurnya dibuka oleh seseorang.

William Tang tiba di kamar Tiffany Song bak seorang dewa yang turun dari langit. Dari kamar tidur ia bisa melihat ular-ular yang ada di ruang tamu. Ia lalu menatap Tiffany Song yang berteriak ketakutan setengah mati. Ia buru-buru menenangkan: “Tiffany Song, jangan takut. Aku segera selamatkan kamu.”

Tiffany Song menatap William Tang seperti seorang malaikat penyalamat. Ia menempel di sisi tembok dan berusaha menenangkan diri. Dengan suara bergetar, ia berujar: “William, William Tang, ulanya banyak sekali. Aku tidak tahu ular-ular ini beracun atau tidak, kamu jangan masuk.”

William Tang kembali menenangkan, “Tiffany Song, jangan takut. Kamu diam di tempat, jangan bergerak. Ular-ular ini tidak beracun, jangan takut.”

Siapa yang taruh ular-ular di sini? Apa tujuannya, apakah hanya untuk buat Tiffany Song takut?

William Tang mengambil kursi di dekatnya, lalu melemparkannya ke para ular. Ular-ular kabur ke segala sisi karena terkejut. Ada satu ular merangkak ke kaki Tiffany Song. Si wanita kembali berteriak ketakutan, lalu terbujur lemas di lantai. William Tang segera membopong Tiffany Song dan memindahkannya ke area kamar yang bebas dari ular. Para asisten rumah, yang tidak lama kemudian tiba, bergegas membunuh ular-ular.

William Tang menggendong Tiffany Song keluar kamar tidur. Ular-ular yang dibunuh pasti akan menimbulkan bau amis darah di kamar itu. Ia lantas berujar pada salah satu asisten rumah: “Siapkan satu kamar tamu. Panggil juga dokter keluarga kemari sekarang.”

Setelah kamar siap, William Tang lanjut menggendong Tiffany Song ke kamar tamu. Kehebohan sebesar ini membuat Tuan Besar Shen dan para anggota keluarga lainnya terbangun dan mencari-cari sumber suara. Melihat William Tang menggendong Tiffany Song yang pingsan, wajah Jocelyn Yan memuram, “William Tang, kamu sadar apa yang sedang kamu lakukan?”

Si pria menatap mamanya sekilas. Ia lalu membaringkan Tiffany Song di ranjang dan menyelimutinya. Tuan Besar Shen ikut masuk ke kamar tamu dan bertanya: “Ada apa ini?”

“Di kamar Tiffany Song ada ular. Dia ketakutan sampai pingsan,” tutur William Tang datar.

“Ular? Bagaimana bisa ada ular di kamar?” Tuan Besar Shen menatap para anggota keluarga satu per satu, lalu terakhir menatap Tiffany Song.

William Tang berdiri di sisi ranjang. Ia menatap satu per satu anggota keluarga, lalu terakhir menatap Tuan Besar Shen. Ia menjawab dingin, “Itu sih harus tanya orang yang taruhnya. Tanya ke dia mengapa tega taruh ular di kamar Tiffany Song.”

Angela He dan Angelina Lian ada di bagian paling belakang kerumunan. Mereka tidak menghindar sama sekali ketika pandangan William Tang jatuh ke mata mereka tadi. Angela He menegur: “William Tang, kata-katamu ini sungguh tidak enak di dengar. Kalau memang ular di dalam kamar Kakak Ipar Keempat ditaruh orang jahat, kok cuma di kamar dia saja ditaruhnya dan tidak di kamar yang lain-lain?”

“Betul itu. Dengar-dengar, ular adalah binatang yang tertarik dengan energi negatif. Hanya orang dengan energi negatif yang berat yang bisa mengundang kedatangannya. Kata asisten rumah, ular di kamar Kakak Ipar Keempat bukan hanya satu, tetapi puluhan. Ukuran dan jenisnya pun beda-beda,” timpal Angelina Lian.

William Tang kini menatap mereka berdua. Ia tersenyum dingin, “Aku saja tidak bilang kalian yang menaruhnya, mengapa buru-buru mendebat begini? Aku jadi curiga sama kalian.”

“William Tang, aku tahu kamu selalu membela Tiffany Song, tetapi ular-ular itu sungguh bukan kami yang taruh. Kamu marah-marah begini ke kami tidak ada gunanya,” protes Angela He.

“Siapa yang taruh itu tinggal dicek saja kok. Dokter keluarga sudah tiba belum?” William Tang tidak ingin mendalami keterlibatan mereka berdua dalam kejadian ini sekarang. Tunggu saja nanti, biar suaminya yang lakukan sendiri.

Ibu Rong berujar keras dari belakang: “Dokter keluarga sudah tiba, ayo beri jalan.”

Dokter keluarga masuk ke tengah-tengah kerumunan sambil membawa peralatan medisnya. Ia berjalan ke sisi ranjang, mencoba mendengarkan kronologis cerita dari William Tang, lalu mengecek wajah Tiffany Song. Ia lalu bangkit berdiri: “Tuan Muda, Nyonya Muda Keempat tidak apa-apa. Ia pingsan hanya karena kaget saja, dengan istirahat yang cukup perlahan bisa pulih kok.”

“Terus kapan siumannya?” tanya William Tang cemas.

“Ini mesti lihat daya tahan tubuh Nyonya Muda Keempat sendiri. Bisa sebentar lagi bangun, bisa juga besok pagi. Yang jelas dia tidak kenapa-napa dan cepat atau lambat akan bangun,” jawab dokter keluarga.

William Tang melipat dahi. Baru ingin bertanya lagi, ia mendengar suara dingin dari luar kerumunan, “Sudah malam begini kalian pada tidak tidur? Ngapain berkerumun di sini?”

Semua orang menoleh ke sumber suara. Yang datang ternyata Taylor Shen dan Wayne Shen. Para asisten rumah memilih diam tidak menjawab. Ini urusan para pemilik rumah, mereka sebaiknya tidak ikut campur.

Angelina Lian menghampiri Taylor Shen dan memeluk lengan kakaknya. Dengan menangis, ia bercerita, “Kakak Keempat, akhirnya kamu pulang juga. Di kamar kamu dan Kakak Ipar Keempat ada banyak sekali ular. Kakak Ipar keempat pingsan saking ketakutannya, ia belum siuman juga sampai sekarang.”

Angela He dalam hati tersenyum kecut melihat drama Angelina Lian. Sungguh pandai cari kesempatan orang ini.

Raut Taylor Shen langsung berubah begitu mendengar bahwa Tiffany Song pingsan. Ia melepaskan tangan Angelina Lan, lalu segera menghampiri ranjang. Melihat wajah Tiffany Song berbaring tanpa luka sedikit pun, hatinya agak lega.

Ia lalu duduk di sisi ranjang. Ia hanya pulang agak larut sebentar, namun Tiffany Song langsung mengalami kejadian sebesar ini. Ia sungguh tidak boleh melepaskan istrinya ini dari pandangan barang hanya sedetik pun. Taylor Shen memegangi tangan Tiffany Song sambil memandangi wajah pucatnya. Ia lalu menatap ke kerumunan, pergerakan matanya berakhir di Tuan Besar Shen. Ia bertanya tanpa ekspresi: “Sebenarnya apa yang terjadi?”

Tuan Besar Shen merasa dituduh, “Apa maksudmu menatapku begini? Kamu curiga aku yang taruh ularnya?”

“Aku ada bilang begitu?” tanya Taylor Shen. Kalau tahu bakal begini, ia harusnya dari awal tidak menyetujui ajak Tiffany Song untuk pindah kemari.

Wajah Tuan Besar Shen memerah. Nada suaranya bergetar saking murkanya, “Tidak, tetapi tetap saja apa maksud tatapanmu? Isrimu itu memang penakut, kamu mau salahkan aku karena tidak menjaganya dengan baik?”

Taylor Shen tidak ingin marah-marahan dengan ayahnya. Yang ia butuh tahu sekarang adalah penyebab terjadinya kejadian ini. Ia mengulang pertanyaan, “Aku tanya sekali lagi, sebenarnya apa yang terjadi?”

Angelina Lian keluar dari kerumunan. Ia menatap William Tang sekilas, lalu bersungut-sungut: “Kakak Keempat, yang pertama kali menyadari ada ular di kamar kalian adalah William Tang. Ia lah yang paling paham alur kejadiannya.”

William Tang dalam hati tersenyum kecut. Angelina Lian ini ingin mengalihkan perhatian Taylor Shen ke dirinya ya? Sungguh seorang oportunis sejati!

Taylor Shen menatap William Tang seolah menunggu penjelasan darinya. Yang ditatap menjawab datar: “Ketika baru pulang kerja, aku dari lantai bawah mendengar Tiffany Song berteriak. Aku khawatir ada apa-apa terjadi padanya, jadi aku lari ke atas dan dobrak pintunya. Setelah dobrak, aku baru lihat di karpet ruang tamu kamarnya ada banyak sekali ular. Tiffany Song tidak lama kemudian pingsan ketakutan.”

Taylor Shen mengernyitkan alis, “Barusan kamu bilang kamu dobrak?”

“Iya. Kamar itu dikunci dari dalam, jadi mau tidak mau harus dobrak.” William Tang ingat ia sempat membuka engsel pintu dengan normal. Karena pintu ternyata dikunci dari dalam, ia mau tidak mau mendobraknya.

Taylor Shen menoleh ke Paman Wei: “Paman Wei, coba cek rekaman CCTV vila. Cek siapa saja yang saat itu ada pergi ke lantai empat, juga cek apakah kunci cadangan kamarku ada dipindah-pindahkan atau tidak.”

Paman Wei langsung mengiyakan dan pergi. Tuan Besar Shen menatap Taylor Shen dengan marah: “Taylor Shen, William Tang bilang kamar itu dikunci dari dalam, jadi ular-ular itu pasti merangkak dari luar ke sana. Yang dikatakan Tiara tadi benar, ular itu hewan yang tertarik dengan energi negatif. Hanya orang dengan energi negatif yang berat yang bisa mengundang kedatangannya.”

“Pa, barusan aku memang berkata begitu?” Angelina Lian buru-buru bertanya begitu karena takut dituduh Taylor Shen sebagai pelaku.

Tuan Besar Shen melipat dahi, “Masa Angela He yang bilang? Aku salah ingat tidak ya?”

Kini giliran Angela He yang merasa takut dituduh. Ia buru-buru mengoreksi: “Memang Angelina Lian yang bilang, bukan aku. Aku tadi dengar dengan jelas kok di sebelahnya.”

Angelina Lian gigit-gigit bibir. Ia beralasan: “Mungkin karena ketakutan aku jadi asal bicara gitu. Beberappa hari lalu aku ada nonton serial drama dan ratu di dalamnya ada berucap begitu. Mungkin karena kata-katanya sangat berkesan aku jadi kelepasan melontarkan.”

Taylor Shen memandangi Angelina Lian lekat-lekat. Yang ditatap jadi gemetar dan cemas. Ketika ia sudah hampir tidak mampu menahan ketenangan lagi, tatapan Taylor Shen tiba-tiba beralih darinya. Ia langsung membuang nafas panjang.

Paman Wei dengan segera kembali. Ia melapor pada Taylor Shen, “Tuan Muda Keempat, aku sudah suruh orang untuk cek rekaman CCTV. Setelah Nyonya Muda Kempat masuk kamar dan sebelum Tuan Muda William Tang mendobrak pintu, tidak ada satu orang pun yang pergi ke lantai empat. Kunci cadangan kamarmu juga tidak berpindah tempat sama sekali.”

Novel Terkait

Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu