You Are My Soft Spot - Bab 387 Apakah Kamu Ingin Melahirkan Anakku (1)

Jordan Bo menerkam Stella Han di ranjang, lalu memegang dagunya. Ada api yang membara pada matanya. Dia mengerutkan bibirnya, dan dengan suara seraknya berkata, "Cari mati? Aku akan membantumu!”

Tidak ada yang tahu bahwa jantung Jordan Bo berdetak ketika melihat foto yang barusan tersebut. Jordan Bo dengan cemas menunggu selama hampir satu jam, tetapi dia tidak melihat Stella Han datang menghampirinya. Dia awalnya masih ingin menghubungi Stella Han dan mendesaknya kemari. Tetapi dia malah melihat foto yang dikirimnya.

Di ruang perjamuan, tubuh Jordan Bo tanpa terkendali telah memberi reaksi. Dia benar-benar ingin segera menangkap wanita itu dan membunuhnya. Ketika foto kedua dikirim, dia sudah berada di lift yang sedang naik ke atas. Ketika melihat logo di jubah mandinya, Jordan Bo langsung tahu bahwa Stella Han berada di Golden Imperial Hotel. Dan akan sangat mudah bagi Jordan Bo untuk mencari nomor kamarnya.

Stella Han menatap wajah suramnya. Lalu dia mengulurkan tangannya, membelai dagunya sambil berkata dengan suara lembut. “Sudah tidak marah?”

"Aku tidak akan marah jika kamu dapat melayaniku dengan baik pada malam ini," kata sang pria sambil menciumnya, tidak memberinya waktu untuk bernafas dan menjarah semua pikiran sang wanita.

Ketika Stella Han disiksa beberapa kali oleh hasrat keinginannya, dia pun menyadari sebuah kebenaran. Saat di ranjang, jangan sampai memohon belas kasihan pada sang pria. Jika tidak, sang pria akan semakin ingin menyiksanya. Pada malam ini, dia menggunakan pelajaran yang didapat dengan kejam untuk membuktikan kebenaran ini.

Upacara pernikahan Jordan Bo dan Stella Han telah resmi dimasukkan dalam agenda. Stella Han yang menjadi calon pengantin pun sangat sibuk. Sibuk mengambil foto pernikahan dengan Jordan Bo, dan sibuk membuat anak bersamanya.

Ketika Stella Han melahirkan Evelyn, Jordan Bo menunggu selama sepanjang hari di luar ruang bersalin. Tidak terdengar suara yang datang dari dalam. Dia pun sampai sekarang tidak dapat melupakan kegelisahan dan ketidak tenangannya pada saat itu. Di saat dia memutuskan untuk tidak mengambil tindakan lagi, Jordan Bo dengan hati-hati menanyakan pendapat Stella Han. “Apakah kamu ingin melahirkan anak?”

Stella Han mengangkat alisnya begitu melihat wajah Jordan Bo yang masih ketakutan. Setelah melahirkan Evelyn, Bibi Liu pernah bilang bahwa wajah Jordan Bo, yang sedang menunggu di luar ruang bersalin, terlihat sangat pucat. Dia terus berjalan mondar-mandir. Ketika ada suara di dalam, Jordan Bo menjadi khawatir, tetapi ketika tidak ada suara di dalam, dia menjadi semain khawatir. Dia pun baru menghela napas lega begitu mengetahui Stella Han dapat dengan selamat melahirkan seorang putri. Tampaknya seakan dia yang sedang melahirkan anak. “Tetapi kakek masih menunggu kedatangan cicit laki-laki. Ayah dan ibu juga telah beberapa kali mengisyaratkanku."

Keluarga sebesar Keluarga Bo membutuhkan seorang penerus untuk mewarisi bisnis keluarga besar mereka.

Jordan Bo naik ke ranjang, membawa istrinya dalam pelukannya, menatapnya dengan kasih sayang, dan berkata dengan suara rendah, "Kalau kamu? Bagaimana menurutmu?"

Pipi Stella Han agak memanas. Jodan Bo masih ingat untuk bertanya padanya, tampaknya Jordan Bo peduli pada Stella Han. "Evelyn terlalu kesepian. Lagi pula, pada saat ini sudah ada kebijakan memiliki dua anak. Melahirkan seorang anak juga tidak akan didenda."

Jordan Bo terbahak-bahak. Kemudian, dia memasukkan jari-jarinya ke dalam piyama Stella Han. "Aku bertanya, apakah kamu ingin melahirkan anakku?" Ketika Stella Han hamil untuk pertama kalinya, hatinya sebenarnya tidak rela, makanya kali ini Jordan Bo akan menghormati pendapatnya. Jika Stella Han tidak ingin melahirkan anak, maka Jordan Bo akan membicarakannya ke para senior. Dia tidak akan memberi tekanan apapun pada Stella Han.

Wajah Stella Han memerah. Dia dengan malu berkata, “Aku sudah melahirkan Evelyn. Kamu masih perlu menanyakan hal ini."

"Ketika melahirkan Evelyn, kamu tidak terlihat bahagia. Aku harap kamu dapat terlihat bahagia melahirkan anakku. Istriku, kamu tahu apa yang kumaksud, kan?" Jordan Bo dalam sekejap menatap Stella Han, dan dia tentu tidak melewatkan ekspresi malu pada wajahnya.

Stella Han mengangkat matanya, melihat Jordan Bo. Perasaan mendalam pada matanya tidak disembunyikan sedikit pu. Stella Han pun tersentuh begitu mengetahui Jordan Bo memendahulukan perasaannya. Sejujurnya, Stella Han masih khawatir untuk melahirkan anak kedua. Misalnya, setelah melahirkan anaknya, bagaimana jika bentuk tubuhnya tidak dapat kembali seperti semula? Bagaimana jika dia menjadi jelek?

Asalkan kalian tahu, suaminya ini dapat memikat banyak hati wanita. Meskipun dia tidak muda, dia masih dapat menyihiri sejumlah besar hati gadis muda. Stella Han pun berkata dengan gelisah, “Sejujurnya, hatiku masih belum siap. Tetapi jika aku sudah siap, aku pasti akan melahirkannya.”

Jordan Bo menghela napasnya. “Kalau begitu kita serahkan ke waktu saja, dan jangan sampai merasa terpaksa.”

“Iya.”

Jordan Bo sangat sibuk akhir-akhir ini. Dia sibuk merencanakan pernikahan yang sempurna untuk istrinya. Dia tidak akan tenang jika diserahkan ke Departemen Perencanaan perusahaannya, melainkan ingin melakukannya sendiri. Namun, itu sangat menguras otaknya. Tapi itu merupakan cara menghabiskan uang, tidak seromantis dan seindah yang dibayangkan.

Setelah pernikahan dimasukkan dalam agenda, Jordan Bo pergi sendirian ke pedesaan untuk menjemput Papa dan Mama Han. Awalnya, Papa dan Mama Han tidak ingin pergi ke kota bersama Jordan Bo. Mereka pun masih mengingat telah menerima hinaan Nyonya Bo. Kedua orang tua ini tidak memiliki apapun dalam hidup mereka, selain karakter kuat.

Jordan Bo membungkuk badannya, berbicara panjang dengan Papa dan Mama Han. Dia berkata, "Pa, Ma, perkataan ibuku saat itu sangat salah. Aku mewakilkan dia untuk meminta maaf kepada kalian. Kalian adalah orang yang berhati besar, tolong jangan memasukkan perkataannya ke hati. Stella, yang sendirian di Kota Tong, sering bilang bahwa dia merindukan kalian. Dia pun sibuk bekerja. Dia tidak bisa melakukan kesalehan berbakti yang lain selain menghubungi kalian. Dia sering mengatakan kepadaku bahwa kalian memperlakukannya dengan baik. Dia tidak bisa membalas kebaikan kalian. Dia juga ingin setiap hari bertemu kalian. Demi kesalehan berbaktinya yang satu ini, kumohon kepada kalian mencoba meluangkan beberapa jangka waktu untuk tinggal di Kota Tong dan lebih banyak menemaninya."

Pasangan tua itu saling memandang. Mama Han menghela nafas dan berkata, “Stella adalah gadis yang berbakti. Kami selalu khawatir dia tidak akan menginginkan kami begitu mengenali orangtua kandungnya.”

"Anda terlalu banyak pikiran. Orang tua yang membesarkannya tidak sebanding dengan yang melahirkannya. Dalam hati Stella, kalian akan selalu menjadi orang tuanya."

Jordan Bo pun berhasil meyakinkan pasangan tua itu, dan membawa mereka kembali ke Kota Tong. Stella Han sedang lembur hari itu. Dia tidak tahu bahwa Jordan Bo dari pagi pergi ke desa untuk menjemput pasangan tua tersebut.

Stelah selesai kerja, Stella Han pulang ke rumah. Dia memarkir mobilnya di tempat parkir yang berada di depan taman. Dia pun turun dari mobil sambil menenteng tas kantornya. Ketika melewati kebun tersebut, Stella Han tersamar-samar mendengar tawa yang sangat dikenalnya. Dia seketika tertegun dan menoleh ke ruang tamu. Dia melihat Papa dan Mama Han sedang duduk di ruang tamu. Stella Han mengira dirinya sedang bermimpi. Dia menggosok matanya dan melihat dengan seksama. Papa dan Mama Han masih duduk di sana. Dia pun menjadi bersemangat dan segera berlari ke arah vila.

Stella Han bergegas masuk ke villa. Dia bahkan tidak sempat mengganti sepatunya, dan langsung berlari ke ruang tamu. Sepatu hak tingginya terasa licin begitu menginjak ubin marmer. Stella Han pun terjatuh ke bawah. Tapi pada detik berikutnya, sebuah lengan yang kuat melingkari pinggangnya, menariknya kembali ke tempat.

Jordan Bo menatap cemas Stella Han. Wajahnya tampannya menjadi suram dan dia pun bergumam, "Untuk apa berlari? Sudah besar tapi masih begitu ceroboh. Bagaimana jika kamu nanti jatuh?"

Stella Han mencuat lidahnya dan berkata, "Aku terlalu senang begitu melihat orang tuaku. Kamu bahkan tidak mengabariku bahwa orang tuaku ada di sini. Jika aku tahu, aku tidak akan lembur selarut ini."

Jordan Bo melepaskan Stella Han. Dia pun memijat alisnya dan bepikir kapan Stella Han akan bersikap dewasa, dan kapan Stella Han tidak akan membuatnya khawatir? "Gantilah sepatumu. Papa dan Mama juga ada di sini dan tidak akan berlari kemana-mana."

Stella Han menoleh ke ruang tamu. Melihat orang tuanya berdiri dan menoleh ke arahnya, Stella Han pun tersenyum sambil berkata, "Pa, Ma, aku ganti sepatu dulu. Kalian duduklah.”

Melihat hubungan kedua pasangan suami-istri tersebut, Papa dan Mama Han pun merasa bahwa mereka menjadi jauh lebih akrab dibanding saat Papa dan Mama Han berkunjung tujuh tahun lalu. Saat itu, bagaimanapun mereka melihatnya, mereka merasa bahwa kedua pasangan itu sangat canggung. Jika mengatakan mereka adalah pasangan suami-istri, mereka pun tidak menunjukkan semacam perasaan saling mencintai. Jika mengatakan mereka bukan pasangan suami-istri, mereka pun sudah terdagtar menikah.

Jordan Bo membawa Stella Han mengganti sepatunya. Setelah itu, dia baru membiarkan Stella Han pergi ke ruang tamu. Stella Han memberi pelukan besar pada orang tuanya sambil tersenyum lebar. "Pa, Ma, aku sangat merindukan kalian. Mari kita berpelukan.”

Mama Han akhirnya dapat kembali merasa tenang begitu melihat perilaku manja putrinya yang tidak membenci mereka. Ketika mereka mengadopsi Stella Han, mereka tidak tahu bahwa latar belakang keluarganya sangat baik. Selama bertahun-tahun ini, mereka tidak pernah mencoba untuk menanyakan kabar anggota keluarga Stella Han. Ini juga karena mereka takut setelah Stella Han mengenali orangtua kandungnya, dia tidak akan menginginkan mereka lagi.

Melihat Stella Han melemparkan diri ke dalam pelukan Papa Han, sang orang tua itu tentu tidak akan menolaknya. Dia memandang menantunya dan berkata sambil mengerutkan dahinya, "Kamu sudah besar dan masih mau dipeluk lagi. Anak menantu akan malu melihatmu."

Stella Han melirik Jordan Bo. Dia yang masih dalam pelukan ayahnya berkata, “Dia baru tidak akan. Oh iya. Pa, Ma, karena kalian sudah datang, maka tinggallah untuk sementara waktu. Jika kalian merasa tidak nyaman tinggal bersama kami, kalian boleh tinggal di vila yang baru dibeli Jordan Bo di dekat sini. Jarak vilanya juga tidak jauh dari sini. Setelah pulang kerja, aku akan membawa Evelyn menjenguk kalian."

"Dalam perjalanan kami kemari, sang menantu sudah memberi tahu kami. Tapi aku masih berpegang teguh pada pemikiran itu, yaitu kembali ke tempat semula. Kita sudah tua, jadi kita juga akan tenang tinggal di tempat kita yang lama. Setelah pernikahan kalian berakhir, kita akan kembali lagi," kata Papa Han.

"Tapi..." Stella Han menjadi cemas mendengarnya.

Papa Han menepuk pelan tangan Stella Han sambil berkata, "Stella, kami sudah dapat merasakan kesalehan bakti kamu dan menantu. Jarak Kota Tong tidak jauh dari pedesaan. Evelyn juga sangat menyukai kehidupan pedesaan. Tunggu sampai kalian tidak sibuk, bawalah anak kalian menjenguk kami."

Stella Han dalam hatinya tahu bahwa ayahnya menolak untuk tinggal di sini jika dia mengatakan demikian. Stella Han juga tidak memaksa mereka. Dia pun berkata, "Baiklah. Tunggu sampai aku tidak sibuk dalam beberapa hari nanti, aku akan mengantar kalian keliling pusat kota. Jordan Bo telah menemukan desainer untuk mendesain pakaian pernikahan untuk kalian kenakan. Nanti aku akan membawa kalian pergi mengukur bajunya."

Papa dan Mama Han mengangguk kepala mereka. Mereka tinggal di pedesaan sejak kecil. Tinggal di vila yang sangat megah bagaikan istana ini akan membuat pasangan tua itu tidak nyaman. Mereka selalu takut akan menginjak kotor lantai yang mulia ini, makanya mereka selalu merasa sangat terbeban.

Pada malam itu, Papa dan Mama Han tinggal di kamar tamu. Stella Han terus berada di kamar orangtuanya, menemani mereka ngobrol hingga larut malam. Ketika orangtuanya melihat Stella Han sering menguap, mereka baru mengusirnya untuk kembali tidur di kamar.

Stella Han mengucapkan selamat malam kepada orang tuanya, lalu kembali kamarnya. Ketika masuk ke dalam kamar, Stella Han baru teringat bahwa orangtuanya terbiasa dengan masing-masing menutupi selimutnya sendiri satu, sedangkan kamar tamu hanya memiliki satu selimut. Dia pun berbalik badan, turun ke bawah, mencari Bibi Liu untuk meminta sebuah selimut, dan mengantarnya kepada mereka.

Baru saja tiba di pintu ruang tamu, Stella Han langsung mendengar suara mama-nya dari dalam. “Sayang, tampaknya menantu kita tulus terhadap Stella. Mereka harus bahagia bersama, agar kita tidak malu menghadap ke ibu kandung Stella yang telah meninggal."

"Betul. Dari awal aku masih khawatir. Sang menantu memang kaya, tapi biasanya orang kaya itu memiliki kebiasaan buruk, yaitu di rumah sudah ada istri, tapi masih memiliki wanita lain di luar. Aku khawatir Stella akan menderita. Hari ini, sang menantu datang menjemput kami di dan sampai mengatakan perkataan itu kepada kami. Aku pun langsung tahu bahwa aku telah salah paham terhadapnya. Di zaman sekarang ini, jarang sekali menemukan anak muda yang jujur seperti dia ini. Sekarang kita sudah bisa tenang."

Stella Han berdiri di luar pintu. Dia pun tidak mengetuk pintu. Akhirnya, Dia kembali ke kamar dengan membawa selimut di tangannya. Jordan Bo, yang bersandar ke kepala ranjang, langsung mendongak dari majalah begitu melihat Stella Han masuk terhuyug-huyung. Dia mengangkat alisnya dan berkata, "Ada apa? Rautmu ini."

Stella Han meletakkan selimut di sofa ruang luar. Dia masuk ke ruang dalam, membuka selimut, naik ke ranjang, dan berbaring dengan murung. Melihatnya seperti ini, Jordan Bo langsung meletakkan majalah di nakas meja, dan ikut masuk ke dalam selimut dan satu tangannya memegang kepalanya. Dia mendapatkan Stella Han terbengong menatap langit-langit kamar. “Ada apa sebenarnya?"

Lebih baik Jordan Bo tidak menanyakannya. Sekali dia menanyakannya, suasana hati Stella Han memburuk. Stella Han menarik selimutnya, menutupi wajahnya. Dia dengan murung berkata, "Tidak apa-apa. Tidurlah."

Jordan Bo mengerutkan keningnya. Lalu dia menarik selimut Stella Han dan berkata, "Stella Han. Katakanlah kepadaku jika ada sesuatu dalam pikiranmu. Jangan memendamnya dalam hati. Apakah karena orangtuamu ada mengatakan sesuatu?"

"Tidak.” Stella Han menggelengkan kepalanya. Dia menatap Jordan Bo dan berkata,"Aku hanya berpikir aku terlalu konyol. Sekali sibuk, aku jarang menelepon ke rumah, tapi mereka masih begitu peduli padaku dan sangat mencintaiku. Sedangkan aku…”

Novel Terkait

My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu