You Are My Soft Spot - Bab 310 Anak, Istri, dan Sumber Kehangatan(3)

Vero tidur hingga jam 8 malam, barulah dia keluar dari kamar dan dia merasa lemas, semenjak datang ketempat ini, dia sudah mulai mimpi buruk, semua adegan yang dulunya kabur sekarang perlahan menjadi jelas.

Selain lelaki yang pernah menyiksanya itu, dia terus saja tidak bisa mendengar dengan jelas suaranya dan tidak bisa melihat tampangnya dengan jelas juga.

Setelah masuk kedalam ruang tamu, dia melihat Erin tengah duduk disofa, mungkin karena mendengar suara langkah kakinya, dia langsung bangun, siaganya sangatlah tinggi, "Nona Vero, kamu sudah bangun."

Vero menganggukkan kepalanya, dia duduk disamping sofa, ekspresinya tidak terlihat baik, wajahnya sedikit membengkak, dibibirnya karena panas dalam tumbuh beberapa bintik jerawat kecil, seperti gejala tidak cocok atau tidak sesuai dengan cuaca.

Erin bangun dan memberikan segelas air untuknya, "Kamu terlihat buruk, apakah harus aku temani kamu ke rumah sakit dulu?"

"Tidak perlu, aku sedikit lapar. kita turun untuk makan dulu saja." Vero mengelengkan kepalanya.

"Boleh juga." Erin menganggukkan kepalanya, dia pergi mengambil down jacket untuk Vero, cuaca disini sangatlah dingin, jika menggunakan jaket biasa, pasti akan kedinginan parah, setelah mengenakan pakaian dan sarung tangan, barulah mereka keluar untuk mencari makanan.

Baru saja pintu dibuka, terlihat Marco tengah berdiri didepan pintu, ditangannya ada makanan, dan tangan lainnya tengah diangkat, melihat mereka berdiri didepan pintu, dia berkata, "Kalian mau keluar?"

"Nona Vero lapar, aku bawa dia pergi makan." Erin melihat Marco dan merasa sedikit tidak terbiasa.

Marco lalu masuk, dia berkata, "Diluar sana turun salju, jam begini juga tidak ada makanan, aku membawa makanan kemari, aku panaskan dulu didapur, kalian makan sedikit saja, kondisi badan Nona Vero kurang baik, jangan pergi keluar untuk kedinginan lagi."

Erin tahu bahwa memang benar kata Marco, mereka berdua kembali ke ruang tamu, didalam kamar ada udara hangat, jauh lebih nyaman daripada diluar, Vero melepaskan sarung tangannya dan melepaskan jaket, dia melihat Marco sendirian sedang sibuk bekerja didapur, Vero sedikit malu, "Kak Marco, aku bantu kamu saja."

Erin bergegas bangun, "Nona Vero, kamu duduk istirahat sebentar saja, aku saja yang pergi."

Seusai berkata, dia masuk kedalam dapur dan ingin membantu Marco, Marco tidak mengizinkannya, dia menyuruhnya menunggu diluar sana lalu meletakkan makanan-makanan itu diatas piring dan memasukkannya kedalam oven untuk dipanaskan.

Mereka berdua berdiri didapur dan tidak berkata, sejenak kemudian, Marco berkata, "Erin, kamu adalah orang yang berpendirian, masalahmu tidak akan aku pertanyakan lagi kedepannya."

"Terima kasih." Kata Erin.

Marco memang terlihat kasar, namun sebenarnya hatinya sangatlah lembut, dia tahu kondisi badan Vero tidaklah bagus, dia membeli bubur ikan yang rasanya lebih tawar, kabarnya adalah seorang pedagang dari kanton, toko buburnya sangatlah terkenal.

Setelah memanaskan makanan, Erin mengeluarkannya dan meletakkannya di meja, mereka bertiga duduk bersama untuk makan malam, suasana sedikit diam dan canggung, Vero melihat Erin dan Marco, dia merasa suasana hubungan mereka tidak akrab seperti tadi siang ketika baru bertemu.

"Nona Vero, kemanakah rencana kalian besok?" Marco memecahkan keheningan.

"Pergi ke kota kecil Luoshui."

"Kalau begitu kalian istirahat pagian, tempat kota kecil Luoshui sangatlah terpencil, harus naik mobil sangat lama, kalian harus beristirahat dengan maksimal." Seusai Marco berkata, dia menatapi Erin, "Kota kecil Luoshui adalah batasan kedua negera, tempat itu sangatlah dingin, pakaian kalian ini sepertinya tidak akan bisa menahan dingin itu, besok pagi akan aku bawakan jaket yang cocok untukmu, setelah datang ke kota A jangan pikir untuk terlihat keren."

Sebuah perkataan langsung membuat wajah mereka berdua merah.

Seusai makan, Marco sangat sadar diri dan pergi, dia tidak mempertanyakan untuk apa Vero pergi kesana, mereka jauh-jauh datang kesini dan pergi ke tempat miskin seperti itu, pasti bukan karena pergi main.

Seusai Vero mandi, dia tidak bisa tidur karena tadi sore tidur kebanyakan, dia mengeluarkan teleponnya dan barulah dia sadar bahwa teleponnya terus saja di nonaktifkan semenjak dia naik pesawat.

Dia menatapi hpnya dan jarinya berada pada tombol untuk dinyalakan, namun dia terus saja tidak menekannya, terakhir dia meletakkan kembali hpnya disamping meja dan dia terbaring di kasur, dia menatapi langit-langit dan termenung.

Ditelinganya terdengar suara ketuk pintu, dia bangkit dan melihat Erin masuk kedalam, "Nona Vero, kamu masih belum tidur?"

"Hmm, kamu juga masih belum tidur?" Vero bangun dan bergeser kesamping, dan membiarkannya duduk diatas kasur itu.

Erin juga tidak menolak, dia membuka selimut dan duduk disampingnya, dan mengeluh, "Lebih bagus kota Tong, suhunya nyaman, sedingin apapun juga tidak akan sedingin ini, sekujur tubuh rasanya akan menjadi kaku."

Vero tersenyum, dia seperti terpikir sesuatu dan senyumannya terhenti, dia berkata, "Aku pernah hidup ditempat ini selama dua tahun, lebih tepatnya adalah dikurung selama dua tahun."

Erin menatap kearahnya, perkataannya membuat Erin merasa sakit hati, "Nona Vero, kamu bersikeras ingin datang kemari untuk mencari apa?"

"Mencari ingatan yang hilang, belakangan ini aku terus saja bermimpi buruk, aku tidak bisa membedakan mana yang benar mana yang palsu, hanya dengan datang kemari saja barulah aku bisa yakin." Mungkin saja dia sangatlah bodoh, barulah bisa karena sebuah kata Taylor yang tidak percaya saja dia langsung datang ketempat yang begitu jauh dan ingin membuktikannya.

"Tapi, apa yang sebenarnya ingin dibuktikannya?"

"Apakah dokter Qin tidak bisa membantumu?"

"Aku tidak tahu." Vero mengelengkan kepalanya, Dokter Qin memang ahli dibidang pengobatan psikis, namun progressnya terlalu lambat dan tidak bisa membuat Vero membedakan manakah ingatan yang asli dengan yang palsu."

"Jika polisi menyelidiki kasus, jika mereka sudah kepentok tidak ada cara, mereka akan kembali ketempat kejadian dan mencari bukti lagi, aku yang sekarang mungkin saja sudah seperti begitu, jadi sekarang aku harus mengetahui apa dibalik ini, barulah aku tahu kemana harusnya aku pergi."

Erin menatapinya, hanya orang yang psikologinya kuat barulah berani kembali ketempat yang pernah mengurungnya, Vero lebih kuat dari yang dipikirkan Erin, "Sebenarnya aku tidak mengerti satu hal, mengapa mereka membawamu dan mengurungmu disini, jika hanya untuk uang jaminan saja tapi mereka juga tidak memintanya, jika bukan karena uang jaminan, mengapa mereka mau menyiksamu?"

Ada begitu banyak hal yang tidak bisa terungkap, orang yang menculiknya sepertinya bukan karena uang, karena ingin menyiksanya, jika Karry yang menculiknya, sesuai dengan rasa sukanya kepada Vero, dia tidak akan mungkin menyiksanya.

Vero terlihat berbeda, dia menatapi dunia salju diluar jendela, ini adalah tempat yang sangatlah bersih dan indah, namun baginya malah dipenuhi dengan kejelekan.

"Aku datang kemari adalah untuk mengunkap semau ini, dan juga ingin pergi menjenguk Anna." Sekali terpikiran dengan putrinya, hari Vero merasa sakit, sudah begitu lama, dia tidak pernah datang kemari, Anna pasti merasa kesepian.

Ketika dia hidup, dia terus saja disiksa oleh penyakit, dan terus saja hidup dalam lingkungan tidak aman, Vero terpikiran langsung merasa sakit hati.

Erin menatapinya, sekali terpikiran nama ini, hatinya tertusuk, dan mempunyai rasa yang sama dengan Vero, dia memeluk Vero, "Nona Vero, semuanya akan baik-baik saja."

Vero menutup matanya, sejenak kemudian barulah dia berkata dengan suara serak, "Tidurlah, besok masih harus melanjutkan perjalanan."

"Baik."

........

Taylor insomnia semalaman, keesokan harinya, dia mendengar televisi dilantai bawah sangatlah besar, dia bangun dan sangatlah marah, dia bahkan tidak memakai sendal, dia langsung berdiri disamping pagar lantai dengan rambutnya yang berantakan, dia menatapi Jacob yang menjadi-jadi, "Matikan tvnya, sungguh berisik."

Jacob seolah tidak mendengarkannya, dia sambil menari diatas sofa dan juga sambil menekan game stick ditangannya, dia berteriak, "Hajar dia! Hajar dia!"

Taylor mengerutkan keningnya, dia bergegas turun dan mengambil remote lalu mematikan tv, didalam ruang tamu seketika diam, Jacob tengah seru main game dan dimatikan, dia berkata kasar, "Anjing, siapa yang berani......"

Melihat Taylor yang berdiri disana dengan tatapan marah, dia mundur dan tidak berani menyinggungnya, dia memanggil dengan nurut, "Ayah."

Taylor melemparkan remote diatas meja, dia berbalik naik, Jacob menatapi sosoknya yang amrah, dia merapatkan kedua bibirnya dan sejenak kemudian barulah dia berkata, "Ganguan system Endrokrin."

Taylor kembali kekamarnya dan menatapi foto pernikahannya di amarah dan memegang pinggangnya sesaat dan tiba-tiba melompat keatas kasur, dia datang kedepan foto pernikahan dan menunjuk kearah Tiffany, dan berkata, "Kamu keras kepala, sehari saja tidak membuatku gatal kamu tidak senang?"

Sejenak kemudian, dia tiba-tiba menghempaskan nafasnya, ekspresinya berubah, "Hidup ini, juga hanya ada kamu yang bisa membuatku sebentar berasa disurga dan sebentar berasa dineraka, sungguh lelah sekali, kita jangan main-main lagi ok?"

Tiffany yang berada didalam foto terus saja tersenyum lembut.

Taylor seolah kerasukan, dia maju dan membuka kedua tangannya untuk memeluknya, sambil berkata, "Tiffany, aku sangatlah kangen denganmu, kamu cepatlah pulang."

Saat ini dia memanggil Tiffany yang terus saja mencintainya setulus hati ketika 7 tahun yang lalu, jika bukan karena ada masa indah itu, bagaimana mungkin dia bisa bertahan saat ini?

Sejenak kemudian, barulah dia mundur dan turun dari kasur, dia masuk kedalam kamar mandi.

Setelah beres-beres, dia keluar dan tidak melihat foto itu lagi, dia masuk kedalam ruang ganti, dan menganti pakaian barulah keluar dari kamar tidurnya, sudah mendekati imlek, ini adalah imlek pertama yang mereka lewati didalam negeri, Bibi Lan sudah bangun pagi-pagi untuk menyiapkannya, dia mengantung lentera dan menempelkan Spring Couplets, dan ingin membuat Sunshine City menjadi lebih bagus.

Taylor turun dari lantai atas, dia melihat Bibi Lan dan Pak Budi tengah menggantung lentera, diluar negeri tidak akan ada imlek orang chinese, hanya beberapa tempat yang ada orang chinese lah malam hari akan ada kembang api."

Taylor membawa jaket dan keluar dari Villa, Budi bergegas turun dari tangga, "Direktur Shen, apakah kamu mau pergi bekerja?"

"Iya, aku sendiri menyetir saja." Taylor mengerakkan tangannya mengisyaratkan Budi tidak perlu mengantarkannya, dia sendiri akan pergi ke kantor, dia menyetir pergi kekantor, dia membawa hp dan hpnya terus saja tidak berbunyi sama sekali.

Setiap kali bertengkar, selalu dialah yang meminta maaf duluan, dia merapatkan bibirnya dan memasukkan hpnya kedalam hp lalu masuk kedalam kantor.

Pagi harinya dia terus rapat, meskipun sudah menenangkan para pemegang saham, namun harga sahamnya masih saja turun, divisi pr sudah berusaha untuk berkomunikasi dengan para media, biasanya para media yang baik terhadapnya seolah harimau yang mendapatkan makanan dan tidak mau dengan mudah melepaskannya.

TIdak hanya begitu, dari pihak pengadilan ada surat yang menuntutnya pembunuhan namun belum berhasil.

Setelah mendapatkan surat dari pengadilan, dia mencibir, Karry ingin menggunakan kesempatan ini untuk membuatnya tidak bisa bangkit, saat ini dia memegang 45% saham, kecuali dia mengambil kembali semua saham Shen's Corp yang terpencar, jika tidak jangan berpikir untuk bisa mendapatkan hak mengelola.

Christian menatapinya, "Direktur Shen, team pengacara sudah membuat persiapan, kamu jangan khawatir."

"Karry tahu bahwa sekalipun sampai dipengadilan, Karry juga belum tentu menang, dia membuat onar sebesar ini selain membuat orang-orang Shen's Corp tegang dan bermanfaat baginya untuk menghasut para pemegang saham, selain itu dia sama sekali tidak bisa melakukan apapun terhadapku." Taylor terlihat menyindir.

"Namun ada begitu banyak duri disana, jika tidak dicabut pasti nanti akan menjadi musibah."

"Dia bisa menggunakan berita ini, mengapa kita tidak bisa memanfaatkan berita ini juga?" Taylor mencibir, KArry ingin mengandalkan hal ini dan membuat Taylor mati, itu sama saja dengan bermimpi.

"Apa maksud Direktur Shen?" Christian menatapinya dengan kaget.

"Berita biasanya harus di bawa, tergantung siapa yang membawanya, jadi langkah selanjutnya kamu seharusnya mengerti." Taylor menatapi Christian, Christian sudah bekerja dengannya begitu lama, ada hal yang tidak perlu diungkapkan dan dia sudah mengerti.

"Baik, aku akan segera melaksanakannya." Christian berkata dengan senang, dia tahu bahwa Direktur Shen tidak akan duduk tenang saja, dia benar-benar punya jalan belakang.

Novel Terkait

Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu