You Are My Soft Spot - Bab 71 Kesepakatan Setelah Menikah (3)

Tiffany Song menatap bayangan tubuh Taylor Shen dengan penuh kemarahan. Ia sungguh ingin melepas sepatunya dan melemparkanya ke pria itu. Taylor Shen, kamu pikir lucu mempermainkan orang seperti ini?

Esoknya, Tiffany Song tidur hingga matahari terang benderang. Ia kelelahan karena semalam dibawa Taylor Shen berkeliling mal beberapa kali. Semalam, begitu sampai rumah, ia langsung naik ke ranjang dan tidur.

Tiffany Song langsung bergegas ke kamar mandi begitu bangun. Setelah mandi ia melihat Stella Han sedang duduk di sofa sambil memeluk guling. Ia bertanya: “Kamu bangun sepagi ini?”

Stella Han melepas gulingnya, lalu berkata lemas: “Tidak usah diungkit-ungkit lagi. Aku dibangunkan oleh telepon-telepon si Jordan Bo itu. Tiffany Song, kalau ia hari ini benar-benar ingin menikah denganku, aku harus mengiyakan atau tidak?”

Tiffany Song tertawa, “Ya jelas iyakan lah. Sekarang bukannya sedang tren nikah dulu baru sayang? Jordan Bo lajang yang sangat populer, jangan kasih lepas.”

“Kalau dia punya penyakit kelamin bagaimana?”

“……” Tiffany Song teringat Taylor Shen. Kalau pria itu tidak mengidap penyakit kelamin, Lindsey Song pasti tidak kesepian dan akhirnya berselingkuh. Ia berkata: “Di dunia ini orang yang punya penyakit kelamin tidak sebanyak itu. Kamu jangan asal bicara, sana mandi.”

Stella Han bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Tiffany Song ganti baju dan dandan di kamar, lalu begitu keluar ternyata Stella Han belum kelar mandi juga, jadi ia berteriak di depan pintu kamar mandi: “Stella Han, aku jalan dulu ya. Kalau ada apa-apa telepon saja.”

Stella Han mengiyakan dan melanjutkan mandinya.

---------------

CEO Li berjalan sambil diiringi Tiffany Song dan stafnya di depan kantor Shen’s Corp. Ia tiba-tiba berpapasan dengan CEO Shine Group, Callista Dong, dan para stafnya, “Eh CEO Dong, senang bertemu denganmu!”

Callista Dong menyambut uluran tangan CEO Li sambil berkata ramah: “CEO Li, aku di Amerika pernah dengar nama besarmu. Winner Group menguasai sebagian lebih Kota Tong, masa depanmu sungguh gemilang!”

“Ah, CEO Dong berlebihan. Dibandingkan dengan kejayaan Shine Group di dunia konstruksi dan desain, Winner Group sungguh bukan apa-apa. Aku harap CEO Dong bisa berbagi pengalaman padaku, aku sungguh ini belajar darimu,” jawab CEO Li merendah.

Callista Dong melihat sekilas Tiffany Song, yang berdiri di belakang CEO Li, lalu berkata: “Mana ada! Hukum alamnya kan generasi yang lebih muda akan selalu menggantikan generasi yang lebih tua. Aku sekarang sudah hampir terdampar di pasir, kamu lah yang harusnya mengajariku hal-hal baru.”

CEO Li akhirnya menyudahi basa-basi mereka: “CEO Dong, silahkan lanjutkan urusanmu!”

Callista Dong mengangguk, lalu membawa para desainer unggulannya berjalan memasuki gedung kantor. Setelah mereka sudah berjalan jauh, CEO Li menoleh ke arah Tiffany Song dan bertanya: “Tiffany Song, kamu yakin kali ini bisa menang tidak?”

“Dengar-dengar rancangan desainer yang diutus Shine Group kali ini pernah menang dalam perlombaan internasional. Mengalahkannya sungguh tidak mudah, tapi aku kan berusaha maksimal.”

CEO Li menepuk-nepuk pundaknya sembari menyemangati: “Aku yakin kamu pasti bisa!”

Tiffany Song mengangguk, lalu ikut CEO Li masuk ke gedung kantor. Dalam rapat yang berlangsung dua jam, desainer dari kedua perusahaan mempresentasikan dengan detil konsep desain rancangan mereka. Desain para desainer Shine Grup yang sangat elegan dan keren meninggalkan kesan yang mendalam di hati para peserta rapat.

Sementara itu, meski desain Tiffany Song tidak se-elegan dan sekeren desain para desainer Shine Group, namun rancangannya tetap dianggap unik dan kreatif. Vila-vila rancangannya juga memberi kesan rumah yang nyaman dan tenteram. Konsep desain rancangannya adalah rumah merupakan tempat yang teduh sekaligus tempat yang mampu mengisi kembali energi kita setiap kali kita letih.

Konsep desain rancangannya ini mendapat tepuk tangan yang sangat meriah dari para hadirin. Callista Dong terperangah menatap gadis ini. Ia merasa setiap vila rancangannya sangat bernyawa, dan aspek inilah yang gagal dipertunjukkan oleh para desainer senior.

Meski hasil kompetisi terbuka tidak langsung dipublikasikan, ia sudah bisa membayangkan hasil akhirnya. Winner Group sungguh sebuah perusahaan hebat, ia akan memilih mereka! Semoga keputusannya ini tepat!

--------------------------------

Tiffany Song sudah pergi begitu Stella Han selesai mandi. Ia ganti baju dan mondar-mandir sendiri di ruang tamu. Ponselnya tiba-tiba berdering. Ia mengambil ponselnya dengan ragu, lalu mengangkat telepon.

“Nona Stella Han, aku sudah di depan kompleks apartemenmu, keluarlah.”

Di seberang sana terdengar suara datar Jordan Bo. Stella Han menjawab terbata-bata seperti baru pertama kali berbicara dengannya: “I… iya. Aku… segera…. segera turun.”

“Bawa KTP dan kartu domisili.” Jordan Bo kemudian segera mematikan telepon itu.

Stella Han menatap ponselnya. Harusnya pria itu tidak mungkin mengajaknya menikah lah ya?

Stella Han turun dari gedung apartemen sembari terus memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Waktu tepat menunjukkan pukul sembilan begitu ia sampai di depan kompleks apartemen. Jordan Bo berdiri di depan mobil dengan wajah tidak sabaran. Begitu melihat Stella Han keluar, ia menoleh dan membukakan pintu untuknya.

Langkah Stella Han terhenti di depan mobil. Dengan satu tangan memegang pintu mobil, ia menatap Jordan Bo lekat-lekat. Ia memperingatkan: “CEO Bo, katakan dulu kamu mau melakukan apa padaku, kalau tidak aku tidak mau masuk ke mobilmu.”

Jordan Bo menjawab datar: “Nona Stella Han, kamu punya dua pilihan: naik atau tidak naik. Pikirkan baik-baik mau pilih yang mana. Yang mana pun yang kamu pilih, kamu tidak boleh menyesal!”

Stella Han bisa memahami maksud terselubung dalam kata-kata Jordan Bo. Kalau ia tidak naik, Bo’s Corp tidak akan memberi firma hukum mereka kesempatan sedikit pun lagi. Tetapi, kalau ia naik, ia berarti berjanji akan memenuhi permintaan pria itu, yang kini belum ia ketahui dan bisa jadi sangat absurd.

Naik atau tidak ya?

Ketika Stella Han masih sibuk berpikir, Jordan Bo tiba-tiba meminta supir untuk memajukan mobil. Mendengar suara mesin mobil, tanpa berpikri panjang lagi, Stella Han refleks naik ke atas mobil. Pintu mobil kemudian langsung ditutup Jordan Bo.

Jordan Bo barusan tampaknya sangat serius untuk meninggalkannya. Kalau ia tidak naik, supir pasti akan benar-benar mengemudikan mobil dan meninggalkannya tanpa kesempatan untuk menyesali keputusannya sedikit pun.

Stella Han dalam hati mensyukuri keputusannya untuk naik ke mobil Jordan Bo. Ia menatap pria itu, dan begitu ingin bertanya pria itu ingin ia melakukan apa, pria itu langsung memberinya sebuah berkas. Jordan Bo lagi-lagi berkata datar, “Setelah selesai baca berkas ini, tandatangan di kolom pihak kedua.”

Stella Han sumringah. Ia pikir ia masih harus bekerja keras untuk meyakinkan Jordan Bo untuk memperpanjang kontrak kerjasama Bo’s Corp dengan firma hukumnya, sungguh tidak disangka pria itu sudah menyiapkan semuanya sampai beres. Ia merespon, “Terima kasih CEO Bo, terima kasih CEO Bo.”

Jordan Bo menatap Stella Han sekilas. Melihat ekspresi senang pada raut wanita itu, ia gigit-gigit bibir. Jadi Stella Han segini tidak sabarnya untuk menikah dengannya?

Stella Han berucap terima kasih sambil membuka berkas. Ia langsung tercengang menatap judul “Kesepakatan Setelah Menikah” dan refleks berkata: “Eh, ini bukan surat perpanjangan kontrak yang perusahaanmu dengan firma hukum kami!”

“Memang aku ada bilang itu dari firma hukum kamu?” tanya Jordan Bo dingin. Akhirnya wanita itu tercengang juga.

Stella Han benar-benar kesal! Ia memang sudah dua hari dua malam memikirkan ajakan menikah Jordan Bo, namun dalam hatinya masih tersimpan satu keraguan: mana mungkin Jordan Bo tertarik padanya? Ia pikir ia sudah berpikir terlalu jauh. Tetapi, waktu kini membuktikan bahwa ia sama sekali tidak berpikir terlalu jauh. Jordan Bo benar-benar ingin kawin kontrak dengannya!

“Begini, CEO Shen, yang aku ingin bicarakan denganmu adalah urusan perpanjangan kontrak Bos Corp dengan firma hukum kami……” Stella Han mencoba menenangkan diri sambil menjelaskan kemauannya pelan-pelan. Ia seorang pengacara, dan ia tidak boleh panik ketika dihadapkan pada ancaman.

“Kamu tandatangani ini dulu, urusan perpanjangan kontrak nanti kubuat mudah,” ujar Jordan Bo dengan tenang dan datar.

Stella Han protes, “Apa-apaan kamu memaksaku seperti ini!”

“Kamu baca dulu saja isi perjanjiannya, itu akan sangat membantu dan bermanfaat bagimu kok.” Jordan Bo menarik pandangannya usai mengucapkan ini. Ia kemudian membuka komputernya dan lanjut mengurusi urusan lainnya.

Stella Han belum pernah bertemu pria yang bicaranya pendek-pendek tapi memaksa seperti ini. Meski ia dari awal sudah mengira Jordan Bo akan mengajaknya menikah, namun begitu perkiraan itu benar-benar terjadi, ia masih tidak bisa percaya.

Jadi orang kaya zaman sekarang segini mudahnya mengajak menikah ya? Lihat seorang wanita sebentar, lalu langsung ajak nikah, gitu ya?

Stella Han lanjut baca berkas, dan di pasal pertama tertulis: “Kewajiban suami istri, seminggu empat kali, kalau menstruasi bisa ditunda dan baru ditunaikan setelah menstruasi selesai”.

Stella Han: “……”

Baik, dia salah, ini bukan kawin kontrak demi menipu para senior di keluarganya, melainkan kawin yang sesungguhnya! Ia protes, “CEO Bo, kamu kira aku bisa menerima pasal pertama ini? Kita tidak kenal dekat satu sama lain!”

“Ya nanti lama-lama juga kenal,” jawab Jordan Bo.

Stella Han kaget hingga kehabisan kata-kata. Beberapa lama kemudian ia baru bertanya lagi: “CEO Shen, kamu seharusnya tidak kekurangan wanita. Kamu tinggal menjentikkan jari, maka akan ada banyak sekali wanita datang dari depan dan belakangmu untuk menjalani kewajiban suami istri denganmu empat kali seminggu. Aku tidak mau, cari wanita lain saja.”

“Kakek ingin dapat cucu darimu. Empat kali seminggu itu biar kamu bisa segera hamil,” jawab Jordan Bo.

“Apa?” Stella Han tidak percaya dengan pendengarannya barusan. Ia bertanya, “Jadi maksudmu aku bukan hanya jadi boneka seks, tapi juga alat penghasil anak?”

“Jangan anggap kamu setara dengan boneka seks, kamu kalah jauh. Boneka seks itu punya wajah, dada, dan pantat yang menarik.”

Stella Han merasa seperti ditonjok kencang-kencang oleh Jordan Bo. Sungguh tidak disangka, pria itu bilang ia kalah jauh dari boneka seks, sungguh tega. Ia memutuskan diam agar Jordan Bo tidak berbicara hal-hal yang semakin membuatnya kesal. Ia lanjut membaca pasal kedua: “Dalam satu tahun lahirkan anak pertama, dalam tiga tahun lahirkan anak kedua, dalam lima tahun lahirkan anak ketiga.”

Stella Han sungguh risih, Jordan Bo sungguh-sungguh ingin menjadikannya alat penghasil anak!

“Jordan Bo, aku tidak mau menandatangani kesepakatan ini. Firma hukum kami memang ingin melanjutkan kontrak kerjasama dengan Bo’s Corp, tapi kalau aku harus mengorbankan kebahagiaanku dulu baru bisa mendapatkan persetujuan kontrak itu, aku yakin firma hukum akan memilih membelaku.” Stella Han mengembalikan berkas itu pada Jordan Bo.

Jordan Bo tidak menerimanya. Ia bertanya: “Jadi menurutmu aku tidak bisa membuatmu bahagia?”

“Bukan begitu juga maksudku,” ujar Stella Han berusaha membenarkan.

Jordan Bo merapikan kerah kemeja. Ia sudah menebak Stella Han akan menolak. Ia menegakkan posisi duduknya, lalu menatap wanita itu dengan tatapan intimidatif: “Nona Stella Han, tindakanmu yang tidak pakai otak waktu itu sudah menyebabkan masalah yang besar bagiku. Kamu seorang pengacara, kalau aku laporkan kamu atas tindakan pelecehan di kantor dan fitnah, kira-kira hakim akan memvonismu berapa tahun penjara?”

Mata Stella Han membelalak. Mulutnya bergerak-gerak, tetapi ia tidak berhasil mengatakan sepatah kata apa pun. Jordan Bo ternyata sudah mempersiapkan ancaman. Ia sungguh heran, jelas-jelas pria ini sangat membencinya, lantas mengapa masih mau menikah dengannya?

“Sudah, tandatanganilah. Di Kota Tong, kamu tidak akan bisa menemukan pria yang lebih sempurna dariku.”

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Lifetime

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu