You Are My Soft Spot - Bab 88 Aku Janji Akan Menceraikanmu

Tiffany Song menatap benci Kakek Shen: “Sebenarnya seberapa besar dosaku padamu sampai kamu memperlakukanku seperti ini? Kamu sudah menyelidiki sebanyak ini, jadi seharusnya kamu tahu siapa yang memperkosaku lima tahun lagi? Berani tidak kamu beritahu aku?”

Kakek Shen dengan tenang menekan tombol kecil di sebelah tempat duduknya. Ia sengaja memancing: “Setelah kamu tahu siapa orang itu, memang kamu bisa apa?”

“Aku ingin bertanya padanya, mengapa ia memperkosaku? Mengapa ia tega menghancurkan hidupku?” rintih Tiffany Song. Lima tahun lalu, ia sudah memberanikan diri untuk menceritakan pemerkosaan yang terjadi padanya ke William Tang. Sayang, bukannya merasa iba dengannya, William Tang malah menjauhinya. Kali ini, diancam Kakek Shen seperti ini, Tiffany Song sungguh ketakutan. Ia tidak berani bertaruh lagi seperti waktu itu.

“Tiffany Song, kamu benci dia tidak? Kamu awalnya bisa hidup bahagia dengan William Tang, tapi ia menghancurkan segalanya. Kamu benci tidak dengan dia?” tanya Kakek Shen tenang.

Tiffany Song gigit-gigit bibir. Bagaimana bisa tidak benci? Setelah kejadian itu, ada masa di mana setiap malam ia bermimpi buruk. Setiap kali terbangun oleh mimpi buruknya, ia tidak bisa tidur lagi hingga matahari muncul. Kala itu ia sungguh ingin tahu siapa pemerkosanya, untung seiring berjalannya waktu keingintahuan dan dendamnya itu perlahan pudar.

“Benci! Benci setengah mati!”

Mata Kakek Shen jadi berbinar-binar. Ia melanjutkan pancingannya, “Kalau suatu hari orang itu datang dan meminta maaf padamu, akankah kamu memaafkannya?”

Tiffany Song tidak menyadari ekspresi Kakek Shen itu. Ia menjawab: “Tidak akan. Dia penyebab semua kemelaratanku, aku selamanya tidak akan memaafkannya!”

Kakek Shen diam-diam mematikan tombol yang tadi ia nyalakan secara sembunyi-sembunyi juga. Ia membuang nafas pasrah dan berbohong, “Aku tidak tahu siapa dia.”

Tiffany Song tersenyum kecut, “Kakek Shen, kamu sedang bercanda ya? Kamu sudah mengancamku dengan foto lima tahun lalu, masa kamu tidak tahu siapa pria sialan itu? Atau kamu tahu tapi sengaja menyembunyikannya dariku.”

Mendengar kata “pria sialan” dari mulut Tiffany Song, Kakek Shen sempat terpancing emosi, namun ia langsung sadar ia tidak boleh menunjukkan ekspresinya ini di hadapan wanita itu. Ia berseru dingin: “Aku tidak pernah mengecek hal-hal yang tidak penting untukku. Tiffany Song, kata-kataku masih sama, kalau kamu berani bersama dengan Taylor Shen, aku akan menunjukkan foto itu padanya. Sudah sampai di Vanke City, cepat turun!”

Tiffany Song gigit-gigit bibir. Ia perlahan tersenyum melihat Kakek Shen yang dari tadi mengancamnya, “Kakek Shen mengancamku seperti ini memangnya tidak takut aku ceritakan kejadian lima tahun lalu pada Taylor Shen? Dengan kedudukannya di Kota Dong, ia pasti akan berhasil mencegah penyebaran foto-foto ini.”

“Lima tahun lalu bukannya kamu sudah mencoba? Masa kamu tidak belajar juga untuk patuh dan tidak melawan?” Kakek Shen sama sekali tidak gentar dengan ancaman Tiffany Song. Ia berani bertaruh wanita itu tidak akan berani bercerita ke Taylor Shen!

Tiffany Song menggertakan gigi sambil menutup pintu mobil keras-keras. Peng! Mobil bahkan sampai bergetar. Dari kaca jendela, Kakek Shen mengamati bayangan tubuh Tiffany Song yang semakin lama semakin jauh. Ia menarik nafas panjang mencoba menenangkan diri, lalu menyuruh supir melajukan mobil.

Sesampainya di pintu lantai bawah apartemen, Tiffany Song berpapasan dengan Stella Han yang keluar dari dalam. Ketika melihatnya, Stella Han sangat terkejut, “Tiffany Song, kamu tadi ke mana? Aku telepon kamu berkali-kali kamu tidak angkat, aku sangat panik.”

Ternyata ia menyelesaikan urusannya dulu di pengadilan selama setengah jam, baru kemudian pergi mencari mereka. Ketika ia tiba, yang ada hanya Karry Lian, Tiffany Song entah sudah ke mana. Dari penuturan Karry Lian, ia kurang lebih tahu paham bagaimana sidang mereka berjalan. Ia sangat mual membayangkan gelagat William Tang.

Stella Han terus berpikir ke mana perginya Tiffany Song. Ketika ditelepon, Tiffany Song tidak jawab juga. Ia khawatir ada sesuatu yang terjadi padanya, jadi ia buru-buru ke Vanke City. Mendapati apartemennya juga kosong, ia jadi luar biasa panik.

Beberapa lama kemudian, begitu melihat Tiffany Song kembali ke gedung apartemen tanpa luka sedikit pun, ia menghembuskan nafas lega.

Melihat sahabat yang siap mendengarkan semua ceritanya, Tiffany Song tiba-tiba ingin menangis lagi. Ia memeluk pinggang Stella Han, lalu berkata dengan suara seperti orang hampir menangis: “Stella Han, peluk aku, katakan padaku bahwa seberapa sulit pun hidup semuanya pasti akan berlalu.”

Stella Han langsung iba. Ia mendekap Tiffany Song erat-erat, “Tiffany Song, kalau mau menangis menangislah. Setelah menangis, kamu harus punya keberanian dan kekuatan untuk memulai hidup yang baru.” Stella Han pikir Tiffany Song bersedih karena William Tang. Ia sama sekali tidak tahu beberapa jam setelah di pengadilan telah terjadi apa.

Tiffany Song membenamkan kepalanya dalam pelukan Stella Han. Ia menangis kencang, dan beberapa saat kemudian bajunya sudah basah karena air mata. Melihat Tiffany Song menangis seheboh ini, Stella Han jadi semakin kesal dengan William Tang. William Tang, kamu sudah begitu banyak melakukan hal-hal yang menyakiti hati sahabatku, mengapa kamu tidak mati tersambar petir saja sih?

Tiffany Song sayang, berapa banyak lagi penderitaan yang harus kamu hadapi?

Tiffany Song kemudian mengelap air matanya. Wanita itu menatap Stella Han sambil berusaha tersenyum: “Stella Han, aku sudah tidak apa-apa kok. Kamu tenang saja, aku berani dan kuat untuk memulai hidupku yang baru kok.”

Stella Han merasa sangat kasihan dengannya: “Kalau tidak bisa ditahan, jangan ditahan, menangislah. Ayo jalan, kita pulang ke apartemen.”

Malam ini Stella Han memutuskan tidak pulang ke Halley City. Ia terlalu cemas dengan kondisi Tiffany Song saat ini. Begitu ia memberitahukan Jordan Bo bahwa ia akan menginap di Vanke City satu malam, pria itu langsung mengiyakan tanpa mendebat sedikit pun.

Tiffany Song berulang kali mengatakan ia tidak apa-apa dan menyuruh Stella Han pulang, namun sahabatnya itu tetap bertahan pada keputusannya. Malam harinya, di atas ranjang, Stella Han terus bergerak-gerak mengganti posisi tidur. Ini membuat Tiffany Song jadi ikut tidak bisa tidur. Ia memutuskan bertanya, “Stella Han, kamu tidak bisa tidur? Telepon Jordan Bo sana, minta dijemput.”

Stella Han menjawab, “Aku tidak kangen dengannya.”

“Aku benar-benar tidak apa-apa. Aku sudah begini selama lima tahun, kalau aku ingin runtuh, aku sudah runtuh dari dulu kali. Pulanglah, kamu gerak-gerak begini juga membuat tidurku jadi tidak nyenyak,” ujar Tiffany Song.

Stella Han mengubah posisinya jadi duduk. Ketika tengah merapikan rambut, layar ponselnya, yang ia taruh di kayu ranjang, menyala. Ia melihatnya sekilas, ternyata ada telepon dari Jordan Bo. Ia bangkit berdiri dengan canggung dan keluar dari kamar, “Sudah malam begini masih ada keperluan?”

“Turun,” perintah Jordan Bo dingin.

Dari jendela ruang tamu, Stella Han bisa melihat Jordan Bo tengah berdiri di sisi jalan. Ia berbohong: “Aku sudah tidur.”

“Sudah tidur masih bisa berdiri di ruang tamu?” Jordan Bo tidak bodoh, ia sadar Stella Han barusan mengamatinya dari atas.

“……” Stella Han mematikan telepon, mengabari Tiffany Song sejenak, lalu mengenakan jaketnya dan turun.

Sekarang sudah pukul sebelas malam. Bagi Jordan Bo yang sering tidur awal-awal, bisa berada di Vanke City pukul segini adalah kejadian langka. Ia berdiri di depan pintu gedung apartemen seperti sebatang pohon di tengah kegelapan malam.

Begitu membuka pintu gedung, Stella Han langsung kaget melihat Jordan Bo telah berdiri di hadapannya. Ia bertanya sambil tersipu malu, “Mengapa kamu datang? Bukankah aku sudah meneleponmu dan mengabari aku mala mini tidak pulang?”

Jordan Bo menatapnya lekat-lekat. Melihat Stella Han tersipu malu, ia bertanya: “Kamu pikir aku kangen kamu?”

Jantung Stella Han langsung berdebar kencang. Mendatanginya semalam ini, bukankah itu karena kangen dia? Sepertinya yang tidak bisa tidur malam ini bukan hanya dirinya, Jordan Bo juga. Ketika tidak ada dirinya di sebelah, pria itu sepertinya jadi tidak bisa tidur deh?

“Aku memang kangen kamu kok.” Kata-kata Jordan Bo ini membuat Stella Han jadi sangat canggung. Ia gigit-gigit bibir dan berbalik badan, “Sudahlah, aku mau tidur.”

Baru berjalan satu langkah, Jordan Bo langsung menahan bahunya. Pria itu mengecangkan tenaganya dan mendekapnya erat-erat. Aroma tubuh Stella Han yang baru habis mandi langsung membuatnya ingin macam-macam. Ia meredam pikiran ini dengan bertanya: “Tiffany Song sudah bilang sesuatu padamu?”

“Bilang apa?” Nafas Stella Han penuh aroma parfum Jordan Bo. Aromanya sangat enak hingga jiwanya seolah terbang ke awan sana.

Jordan Bo mengernyitkan dahi, “Dia tidak bilang apa-apa? Hari ini Taylor Shen menggila, ia hampir saja menghancurkan bar. Ini pertama kalinya aku melihat dia kehilangan pengendalian diri, sepertinya ia dan Tiffany Song sudah memutuskan berpisah. Tiffany Song benar-benar tidak bilang apa-apa padamu?”

Stella Han agak tidak senang. Jadi pria ini datang mencarinya malam-malam begini hanya untuk membela teman baiknya? “Aku dari awal tidak pernah berpikir hubungan Tiffany Song dan Taylor Shen akan bisa berjalan. Kedudukan keluarga Shen sangat tinggi, Tiffany Song tidak akan kuat. Kalau gagal bagus juga, itu berarti Kakak Senior Karry jadi punya kesempatan.”

“……” Jordan Bo menatap Stella Han, “Masih memikirkan Kakak Senior Karry-mu?”

Stella Han gugup melihat tatapannya. Teringat hukumannya malam itu, ia buru-buru mengklarifikasi: “Tidak kok. Aku hanya merasa Tiffany Song cocok dengan Kakak Senior Karry, mereka pasti akan hidup bahagia bersama.”

“Stella Han, urusan Tiffany Song ini kamu jangan ikut campur, Taylor Shen tidak akan melepaskan dia begitu saja. Dia bukannya sudah bercerai dengan William Tang? Mengapa dia tidak menerima Taylor Shen?” tanya Jordan Bo.

“Kamu tanya aku, aku sendiri mana tahu? Mungkin ia berpikir keluarga Shen semuanya tidak bisa ia percayai? Ah, aku ngantuk sekali, aku balik ya mau tidur. Kamu juga cepatlah istirahat.” Stella Han melepaskan dekapannya dan berjalan ke gedung apartemen. Jordan Bo mengikutinya masuk gedung apartemen.

Mendengar langkah kaki di belakangnya, Stella Han menengok bingung, dan ia pun langsung dihimpit di tembok oleh Jordan Bo. Bibir pria itu dengan ganas menutupi bibirnya, bahkan hingga ia kesulitan bernafas.

……

Keesokan paginya, begitu terbangun, Tiffany Song merasa tatapannya sangat kabur. Ia memakai kacamata, namun masih saja kurang jelas. Begitu berkaca di cermin, ia baru sadar kelopak matanya bengkak hingga hanya menyisakan sedikit ruang untuk melihat saja. Ini pasti karena menangis kemarin.

Ia mendesah kesal, lalu bangkit dari kasur dan keluar kamar. Kemarin Stella Han sekalinya keluar tidak balik-balik hingga ia jadi ketiduran. Ia berpikir mungkin Jordan Bo sudah menjemputnya pulang, jadi ia tidak mencoba menelepon sahabatnya itu sama sekali.

Ketika sampai di ruang tamu, ia melihat seorang pria berkaki panjang terduduk di sofa. Kemeja warna gelapnya membuatnya terlihat semakin gagah. Tiffany Song kaget setengah mati. Menyadari ia hanya pakai piyama tidur, ia langsung lari masuk ke kamar.

Jordan Bo hanya mengamatinya tanpa berkata sepatah kata pun. Stella Han, yang semalam dibuatnya kelelahan, masih tertidur di ranjang kamarnya sendiri. Jordan Bo, yang puas dengan “atraksi”-nya semalam, bangun pagi dengan suasana hati ceria.

Ketika keluar kamar setelah mengganti baju, Tiffany Song melihat Jordan Bo masih ada di ruang tamu. Ia tidak menyangka Jordan Bo bisa menginap di sini. Ia bertanya, “Tuan Bo, Stella Han mana?”

“Masih tidur. Nona Song, mumpung kamu sudah bangun, mari kita berbicara sebentar.” Jordan Bo langsung menyinggung bahasan utamanya tanpa basa-basi, “Kamu masih mau menggantung Taylor Shen sampai kapan?”

Suasana hati Tiffany Song saat ini belum pulih juga. Mendengar pertanyaan itu, suasana hatinya lantas jadi semakin muram. Ia menjawab: “Tuan Bo, Taylor Shen sangat mendengarkan kata-katamu. Mohon kamu bujuk dia untuk melupakanku, aku dan dia tidak punya masa depan bersama.”

“Kamu pikir ia bakal dengar kata-kataku? Kalau ia dengar kata-kataku, ia tidak mungkin terjerembab dalam jurang yang sangat dalam sampai tidak bisa keluar lagi seperti sekarang,” ujar Jordan Bo dingin. Jordan Bo pada dasarnya memang lebih tua dari Taylor Shen. Setiap kali berbicara dengannya, orang dengan mudah akan merasa terintimidasi.

Seperti anak kecil yang berbuat salah, Tiffany Song hanya bisa menunduk.

Melihat Tiffany Song seperti itu, Jordan Bo melembutkan suaranya, “Kamu ada masalah ya? Kalau ada masalah, kamu bisa cerita padaku. Tidak peduli apa masalahnya, asalkan aku mampu, aku pasti akan membantumu mengatasinya.”

Tiffany Song menggeleng, “Tuan Bo, terima kasih atas niat baikmu. Aku tidak punya kesulitan apa pun.”

Jordan Bo terdiam sejenak, lalu mengalihkan topik: “Dengar-dengar kamu difitnah melakukan penjiplakan dan sudah keluar dari Winner Group ya? Selanjutnya kamu berencana kerja apa?”

“Aku belum memikirkannya.”

“Kalau kamu tidak keberatan, kamu bisa masuk perusahaanku, kami baru saja membuka Departemen Desain. Tawaran gajinya kamu boleh sebut duluan,” ujar pria itu.

Tiffany Song menggeleng lagi: “Dengan segala hormat, aku tidak bisa menerima tawaranmu. Aku baru pemula, aku ingin bisa belajar lebih dalam dulu.”

Jordan Bo memilih berhenti membujuknya.

Tiffany Song bangkit berdiri. Ini jelas-jelas rumahnya, tapi ia malah merasa terhakimi oleh Jordan Bo di rumah ini. Tiba-tiba dari kamar terdengar dering ponselnya. Ia buru-buru ke kamar, dan di layar ponselnya terpampang sebuah nomor. Tiffany Song ragu-ragu sejenak, lalu akhirnya memutuskan mengangkat telepon itu.

“Surat persetujuan perceraian sudah aku tandatangani. Aku tunggu kamu di tempat kita berkencan pertama kali pukul dua sore. Aku janji akan menceraikanmu.”

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu