You Are My Soft Spot - Bab 64 Bagian Mana Yang Masih Belum Pernah Aku Lihat? (1)

Taylor Shen kembali ke ruang gawat darurat, dokter wanita sudah membereskan dengan baik luka Tiffany Song, panasnya belum turun, dokter menyarankan rawat di rumah sakit untuk mengamati keadaaannya. Dia tidak banyak bicara, langsung menyuruh orang membuka kartu tinggal rumah sakit, lalu mengantar Tiffany Song kembali ke kamar pasien, perawat memberikannya demam antipiretik.

Taylor Shen berdiri di samping kasur, di bawah sinar lampu Tiffany Song dengan tenang terbaring di kasur pasien yang diselimuti kain putih, baju putih yang menusuk mata membuat wajah kecilnya merah mengejutkan. Saat perawat menusukkan kepala jarum ke pembuluh darahnya, dia sedikit mengerutkan kening, bibir merahnya sedikit dibuka dengan pelan menjerit.

Taylor Shen membungkukkan badan mendekatkan telinga di samping bibirnya, mendengar dia berkata “sakit” hatinya seketika menjadi sakit. Pandangan yang tajam melihat kesana sekilas membuat perawat ketakutan dan tangannya sedikit bergetar hampir menusuk pecah pembuluh darah Tiffany Song, “Tidak mendengar dia memanggil kesakitan? Pelan sedikit!”

Punggung perawat muncul sedikit keringat dingin, pandangan orang ini sangat menakutkan, dia sama sekali tidak mencurigai, kalau pasien yang berbaring di atas kasur kembali menjerit kesakitan, dia akan dengan tanpa keraguan mengusirnya keluar.

Taylor Shen menyimpan kembali pandangan, raut wajahnya selanjutnya menjadi lembut. Dia dengan lembut menenangkan orang di atas kasur pasien, “Tiffany baik, kamu sedang sakit, selesai disuntik cairan maka akan sembuh.”

Menunggu perawat selesai mengantung infus, Taylor Shen tiba-tiba melihat ke arahnya, perawat masih mengira dirinya telah berbuat salah dimana, tadi pandangannya memelototinya itu sangat mengerikan, tapi saat melihat wanita di atas kasur, pandangannya lembut hampir mengeluarkan air mata, dia belum pernah melihat orang sebegitu ekstrem, dipikirkan dia pasti sangat mencintai wanita ini.

“Stasiun perawat ada tidak kantong air panas?”

Di telinga datang suara pria dewasa yang berat. Perawat kembali tersadar, dengan panik berkata: “Ada, Stasiun perawat ada kantong air panas.”

“Tolong kamu ambilkan untukku.” Taylor Shen selesai mengatakan kembali menundukkan kepala melihat Tiffany Song, pandangannya sejak awal sampai akhir tidak berhenti sedetik lebih lama di diri perawat.

Perawat termengun, walaupun nada bicara pria masih dengan gaya memerintah, tapi jelas sedikit memiliki rasa sungkan.

Taylor Shen melihatnya berdiri disana tidak bergerak, mengangkat kepala melihatnya, “Masih ada masalah?”

“Tidak, tidak ada, aku langsung pergi mengambilnya.” Perawat dengan terburu-buru membawa baki keluar, beberapa menit kemudian dia kembali membawa kantong air panas yang sangat panas memberikannya kepada Taylor Shen. Taylor Shen menerimanya lalu meletakkan kantong air panas menekan di atas selang infus, dengan begitu cairan yang masuk ke dalam tubuh Tiffany Song akan hangat, tidak akan membuatnya kesakitan.

Perawat terkejut tercengang, tidak menduga dia begitu teliti, wanita yang terbaring di atas kasur benar sangat beruntung. Selesai menghela, dia diam-diam pergi tidak menunggu disini untuk diusir orang.

Di dalam kamar pasien menjadi tenang, Taylor Shen menarik sebuah kursi kemari lalu duduk di samping kasur. Di kening Tiffany Song ditempelkan tempelan penurun panas, kelihatan satu wajah menjadi lebih kecil masih belum sebesar tangannya.

Rongga matanya sedikit memerah bengkak, ujung hidungnya mengikuti nafasnya sedikit bergetar, bibir yang lembut karena panas tinggi kering menjadi terkelupas. Taylor Shen memajukan tubuhnya, bibir tipisnya menahan bibir Tiffany Song sampai bibirnya kembali menjadi basah, dia baru terengah-engah berhenti.

Hanya sebuah ciuman hampir akan membuatnya kehilangan kendali, daya tarik Tiffany Song padanya, dia kelihatannya sudah meremehkannya.

Dia kembali duduk di atas kursi memikirkan kembali kehancurannya sebelumnya, dia sedikit menyipitkan sepasang matanya, ada beberapa hal dia tidak bisa kembali menunggu lagi.

Saat Tiffany Song kembali tersadar, dalam nafasnya dipenuhi oleh aroma air disinfeksi yang kuat, dia membuka mata, yang masuk ke dalam matanya adalah langit-langit putih yang menusuk mata. Dia tercengang, pandangannya beralih ke samping, di atas rak mengantung botol cairan sisa setengah sedang setetes-setetes menetes ke selang infus.

Dia merasakan tangannya seperti digenggam masuk ke sebuah tangan besar yang kuat, dia menundukkan mata lalu melihat Taylor Shen yang bersandar di atas kursi pura-pura menutupkan mata, sedangkan tangannya benar berada dalam tangan Taylor Shen.

Dia tiba-tiba teringat kejadian yang terjadi semalam, teringat William Tang dan Lindsey Song bercinta di atas kasur, teringat Lindsey Song membawa senyuman kemenangan, dia lalu merasa sakit sulit bernafas.

Bukankah sudah dikatakan tidak pedulikan? Kenapa masih saja terluka?

Dalam hatinya sekalipun William Tang sejahat apapun juga tidak akan jahat sampai ke tahap yang tidak bisa diampuni oleh orang, tapi saat itu dia menerobos masuk ke dalam kamar, saat melihat mereka ternyata dalam kediaman keluarga Shen dengan begitu berani melakukan itu, dia benar-benar kecewa.

William Tang bukan lagi delapan tahun lalu pria lembut yang menolongnya dari dalam tanah longsor itu, bayangan tubuhnya seiring waktu yang tidak berperasaan, di dalam benaknya perlahan menjadi tidak jelas, sedangkan dalam ingatannya hanya bersisa pria gila yang bercinta dengan Lindsey Song itu.

“Sudah bangun?” sebuah wajah tampan dengan sudut wajah yang terlihat jelas dengan tidak jelas masuk dalam pandangannya, Tiffany Song mengedipkan mata, dalam matanya masih ada rasa sedih dan terkejut yang belum sempat ditutupi.

Dia mengalihkan pandangannya takut dia dengan mudah menebak pikirannya, dia berusaha duduk, sepasang tangan besar dengan tepat waktu menekan pundaknya, telapak tangannya yang panas melewati baju yang tipis datang, dia seketika menjadi kaku tidak berani bergerak, pandangannya bercahaya, “Aku, bagaimana aku di rumah sakit?”

“Kamu sedang demam, lukamu infeksi, dokter mengatakan dibiarkan sesaat lagi, setengah punggungmu ini akan tidak berguna lagi.” Taylor Shen pura-pura tidak melihat kekecewaan dan kesedihan di dalam matanya, sekalipun sedang menusuk hatinya.

“Oh.” Tiffany Song menjawab sesaat.

Taylor Shen melihat sikapnya kepada tubuhnya yang begitu tidak peduli, amarah yang sedikit demi sedikit langsung menembus tenggorokan, keningnya dikerutkan, nada bicaranya lebih dingin, “Kamu sudah terluka kenapa tidak mengatakannya padaku? Tiffany Song, kamu begitu ingin memutuskan hubungan denganku?”

Dia dengan tidak ada tanda-tanda lalu emosi, Tiffany Song terkejut menarik lehernya, dengan ketakutan memandanginya, senang dan amarah Taylor Shen tidak menentu, dia pernah merasakannya, kali ini wajah tampannya menjadi suram benar-benar sangat menakutkan.

Melihat tampilannya yang ketakutan, Taylor Shen dengan tidak berdaya mengusap wajah, menyimpan sedikit amarahnya, “Tiffany, tubuh adalah milikmu sendiri, kamu tidak mengasihinya, tidak ada orang akan mengasihinya, kamu mengertikah?”

“Aku bukan ingin memutuskan hubungan denganmu,” Tiffany Song tiba-tiba menjawab yang tidak dipertanyakan, dia berkata: “Waktu itu lukamu sangat parah, aku mengkhawatirkanmu, kemudian terus sibuk lalu menjadi lupa, menunggu saat aku mengetahui aku terluka sudah terlambat, aku tidak ingin kamu khawatir, jadi baru tidak memberitahumu.”

Hati Taylor Shen yang sedang menderita karena rasa cemburu dan amarah dengan begitu saja dilunakkan oleh suaranya yang lembut, dia dengan tenang menatapnya seperti ingin melihat jejak kebohongannya, tapi tidak ada, wajah kecilnya bertuliskan penuh kejujuran.

“Benarkah?” baru saja dia melihat luka di punggungnya tidak ringan, luka yang begitu panjang dia karena mengkhawatirkannya malah melupakan rasa sakit, ini mengartikan apa? Dia sudah boleh berharapkah?

Tiffany Song dengan serius menganggukkan kepala lalu melihat keningnya yang dikerutkan dilepaskan, dalam matanya mengalir senyuman yang menyenangkan hati, dalam hati Tiffany Song menghela. Perasaan orang ini berubah sangat cepat, marah dengan tidak jelas, senang juga dengan tidak jelas.

Taylor Shen duduk di samping kasur, tangannya diletakkan di atas kening Tiffany Song, melihat raut wajahnya sudah kembali normal, dia diam-diam menjadi lega, sebelumnya saat mengendongnya, seluruh tubuhnya panas seperti kompor, sekarang demam tingginya sudah turun, dia sudah tenang, “Ada tidak merasa tidak nyaman dimana?”

Tiffany Song mengelengkan kepala tiba-tiba teringat sesuatu, dia berkata: “Boleh merepotkanmu bantu aku menuangkan segelas airkah, aku sedikit kehausan.”

Taylor Shen mendengar dia begitu sungkan padanya, raut wajahnya kembali menjadi suram, dia tidak berkata apa-apa berjalan ke samping meja kecil, mengangkat botol air panas menuangkan segelas air, lalu kembali ke samping kasur pasien, berkata: “Airnya sedikit panas, dinginkan terlebih dahulu.”

Sambil mengatakan dia sendiri meniupinya.

Tiffany Song dengan tenang memandanginya, dia dengan perhatian meniupi air di dalam gelas kelihatan sangat lembut penuh perhatian. Dia benar tidak terpikirkan, otak Lindsey Song benar tidak telah dihimpit oleh pintu, ada Taylor Shen seorang suami yang begitu baik tidak menginginkannya, ingin bersama dengan William Tang menjadi berantakan.

Apa benar yang dipelihara dirumah benar tidak seindah dari mencurinya?

Teringat kejadian semalam dia tidak tahan kembali sakit hati. Dia berpikir, hal ini dirinya pasti akan mengingatnya seumur hidup, sekalipun bercerai dengan William tang, kelak kembali mencari pria lain dan menikah, hal ini akan menjadi bayangan gelap dalam hidupnya seumur hidup, selamanya tidak akan hilang.

“Empat……” Tiffany Song hampir mengeluarkan kata “Paman keempat kakak ipar” empat kata, tiba-tiba teringat hukumannya waktu itu, dengan terburu-buru mengubahnya, “Itu, kenapa kamu ingin menikahi Lindsey Song?”

Taylor Shen meliriknya sekilas, nada bicaranya datar: “Senang melihatnya.”

“Waktu itu kamu tidak mengatakannya seperti ini.” Tiffany Song merasa dia sedang menutupinya, mana ada orang menikah karena senang melihat?

“Kalau begitu waktu itu aku bagaimana mengatakannya?” Taylor Shen mengangkat alisnya.

“Kamu…….” Tiffany Song sedikit tidak bisa berkata-kata, dia waktu itu sepertinya tidak menjawab pertanyaannya ini secara langsung, orang ini benar licik! Dia dengan tidak puas mengerang sesaaat, tatapan kepadanya melihat orang sangat merendahkan, “Lalu kamu waktu itu pasti tidak mengusap bersih matamu.”

Taylor Shen merasa lucu melihatnya, seperti dengan begitu terserah menanyakan: “Kamu dengan kakakmu pernah memiliki masalah?”

“Tidak ada, siapa yang memiliki masalah dengannya, kehilangan fans” Tiffany Song mengerutkan bibirnya, tidak ingin mengatakan topik pembicaraan yang tidak menyenangkan ini, Taylor Shen juga tidak menanyakan lebih lanjut, dia dengan pelan meniupi air dalam gelas, setelah sesaat dia mengantarkan gelas ke bibir merasakan suhunya, dia berkata: “Suhu airnya sudah pas, minumlah.”

Tiffany Song dipapah duduk olehnya dengan lembut, dia menundukkan kepala melihat gelas yang diberikan di hadapannya, teringat air yang baru saja dia menggunakan bibir menyentuhnya, pipinya sedikit menjadi panas. Mereka seperti ini temasuk ciuman tidak langsung? Berpikir seperti ini dia tidak bisa meminumnya lagi, dia dengan canggung berkata: “Itu, aku sekarang tidak haus lagi.”

“Aku tidak dipanggil itu, dan juga kalau kamu keberatan kepada air yang sudah aku sentuh, maka tidak perlu, kita bahkan air liur satu sama lain sudah pernah makan.” Pikirannya yang kecil itu dengan mudah dilihat oleh Taylor Shen, dia dengan datar berkata: “Kalau kamu tidak minum, aku tidak keberatan untuk menyuapimu minum.”

Selesai mengatakan dia seolah bertindak mendekatkan gelas ke bibirnya sendiri, Tiffany Song sudah menebak dia ingin berbuat apa, dia dengan terburu-buru merampas gelas, meminumnya dengan sekali teguk menghabiskan air dengan tak bersisa.

Taylor Shen seperti tersenyum dan tidak menatapnya, dia mengambil kembali gelas kosong, bertanya padanya: “Masih mau minumkah?”

Tiffany Song mengelengkan kepala dengan sangat kuat, sekali lagi dia takut dirinya akan mati karena ketakutan.

Taylor Shen meletakkan kembali gelas ke atas meja menuangkan setengah gelas air dingin, untuk menghindari saat Tiffany Song sesaat lagi ingin minum, tidak bisa langsung meminumnya. Dia duduk di atas kursi melihat wajah kecilnya yang kembali memerah berkata: “Berbaring sebentar lagi, masih belum pagi.”

Tiffany Song mengikuti pandangannya melihat keluar jendela, di luar langit masih gelap tapi dia sudah tidak ada rasa kantuk, “Aku tidak ingin tidur, kamu sudah menjagaku semalaman, kamu masih terluka bagaimana kalau kamu pulang terlebih dahulu istirahat, aku sendiri disini tidak apa-apa.”

Taylor Shen tidak mengatakan apapun dengan tenang melihatnya. Saat dia dengan wajah seperti ini melihatnya, Tiffany Song selalu merasa dirinya sama seperti anak bayi yang tidak memakai baju saja, pikiran dalam hatinya tidak memiliki tempat untuk disembunyikan.

Taylor Shen mengalihkan pandangan melihat sesaat infus sudah hampir habis berdiri menekan bel perawat, perawat dengan cepat datang melihat infus sudah akan habis, dia melepaskan jarum di punggung tangan Tiffany Song lalu mengambil kapas menekan, dengan lembut menjelaskan berkata: “Nona Song, kamu menekannya, setelah tidak keluar darah lagi sudah bisa dilepaskan.”

“Terima kasih.” Tiffany Song dengan sungkan berterima kasih, perawat mengangguk berbalik pergi.

Di dalam kamar pasien kembali tersisa mereka dua orang, Tiffany Song sedikit merasa canggung, perkataan mengusirnya tidak dapat dikeluarkan lagi, tapi pria dan wanita begini bersama dalam satu ruangan, pastinya akan tidak baik, lagian dirinya dan dia adalah orang yang sudah berumah tangga.

Dia mengaruk kepala dengan tidak berperasaan berencana mengusir orang, tapi malah melihat Taylor Shen membungkukkan badan melepas sepatu, dia terkejut tercengang juga tidak terpikirkan untuk sungkan lagi, “Taylor Shen, kamu……”

Taylor Shen menendang sepatunya berdiri duduk di samping kasur, tindakannya seperti ingin berbaring di atas kasur. Tiffany Song terkejut menjadi gagap, telapak tangannya menahan di atas dadanya yang kekar, kapas di atas punggung tangannya perlahan jatuh ke lantai, dia juga tidak memerhatikan, dengan panik berkata: “Kamu ingin berbuat apa?”

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu