You Are My Soft Spot - Bab 206 Sungguh Ingin Merobek Bajumu (3)

Diganggu Taylor Shen untuk kedua kalinya, Freddy Bi jadi makin canggung. Ia menoleh sekilas ke Taylor Shen yang diam saja. Pria itu lalu menunduk dan ngoceh sendiri: “Penampilannya sama persis, kalau bukan Kakak Ipar Keempat terus dia siapa?”

Stella Han menghampiri Vero He. Ia menggandeng lengannya ramah, “Vero He, untung kamu datang, aku sudah bosan sekali di sini. Yuk duduk.”

Stella Han mengajak si tamu baru untuk duduk di sebelah kursinya. Jordan Bo agak kesal karena ruang kosong antara dirinya dan Stella Han jadi diisi Vero He. Ia menatap istrinya sekilas, namun tidak bisa mengetahui apa yang tengah dipikirkannya.

Kalau Jordan Bo tidak bilang malam ini Vero He akan datang, Stella Han kemungkinan besar tidak akan ikut acara makan-makan mereka. Si pria bangkit berdiri dan mempersilahkan Taylor Shen duduk di kursinya. Pria itu lalu memutari meja dan duduk di sebelah kiri Stella Han. Mereka jadinya bersebelahan lagi.

“Freddy Bi, suruh pelayan hidangkan makanan,” perintah Jordan Bo pada Freddy Bi. Yang diperintah langsung minder dengan usianya yang paling muda. Ia pun menekan tombol bel dan memanggil pelayan.

Sekarang, Jordan Bo duduk di sebelah kiri Stella Han dan Taylor Shen duduk di sebelah kanan Vero He. Mendengar kedua wanita di tengah-tengah membicarakan soal fashion, kedua pria tidak ikut berbincang. Urusan beginian hanya wanita yang mengerti……

Makanan dengan segera disajikan. Pria punya obrolan pria sendiri, wanita punya obrolan wanita sendiri. Ada dua orang pria yang daritadi canggung. Satu, Alex Yue yang ketampanannya kalah jauh dari Taylor Shen dan Jordan Bo. Dua, Ned Guo yang memang biasanya selalu diam. Yang kedua sesekali melirik tatapan Stella Han yang teduh. Vero He secara tidak sengaja menangkap basah pria itu. Ia menoleh ke Stella Han, lalu menoleh ke Jordan Bo. Dalam hati, ia membuang nafas panjang.

Waktu itu, di tempat ini juga, Jordan Bo pernah bertanya pada Stella Han apakah dia mencintainya. Ini pertanyaan yang tidak akan dijawab si wanita sekali pun mabuk. Waktu itu, ia khawatir menyakiti perasaan Ned Guo.

“Kakak Keempat, mari, aku ingin bersulang untuk kamu dan Kakak Ipar Keempat. Semoga kalian bisa kembali berkumpul sesegera mungkin,” kata Freddy Bi sambil mengangkat gelas bir. Ia belakangan merasa acara makan-makan mereka makin formal. Dulu, mereka semua sangat terbuka satu sama lain. Sekarang, tiap-tiap orang jadi makin tertutup.

Ucapan Freddy Bi menarik perhatian Vero He. Ia mengernyitkan alis, namun tidak menggerakkan bagian tubuh lainnya. Taylor Shen bangkit berdiri dan menarik Vero He untuk ikut. Ia tertawa: “Freddy Bi ini yang paling lengkap di antara kami. Istri dia punya, anak pun punya. Vero He, ayo bersulang dengan dia biar dia senang.”

Vero He ingin menolak dan bilang apa hubungan urusan ini dengan dirinya, tetapi ia sudah ditarik Taylor Shen duluan. Kalau ia duduk, ia akan dainggap sombong. Wanita itu pun ikut mengangkat gelas bir dan berujar pada Freddy Bi, “Tuan Bi, semoga urusan keluarga dan urusan pekerjaanmu dua-duanya lancar.”

Melihat Vero He tidak mempermasalahkan diri diikutsertakan dalam sulangan tentang Kakak Ipar Keempat, Taylor Shen membuang nafas lega. Mereka bertiga pun menyulangkan gelas, menegak bir, lalu balik duduk. Freddy Bi memenuhkan kembali gelas keduanya. Ia kemudian cari sasaran baru, siapa lagi kalau bukan Jordan Bo dan Stella Han. Ia berujar: “Kakak Tertua, Kakak Ipar Tertua, aku juga mau bersulang untuk kalian nih. Kapan kalian mau memberikan Evelyn keluarga yang komplit?”

Jordan Bo melirik Stella Han seolah menunggu jawabannya. Yang dilirik membuang muka, namun malah bertemu tatapan Ned Guo tanpa sengaja. Ia membuang muka ke arah lain: “Freddy Bi, kapan kamu mau ajak istrimu makan bareng kita-kita? Biar temanku dan Vero He nambah satu nih, kan jadinya tidak bosan.”

“Akan kubawa pasti nanti, jamin deh,” janji Freddy Bi. Mereka bertiga bersulang dan kembali duduk.

Suasana sungguh akrab dan riuh.

Di tengah acara, ponsel Vero He berdering. Wanita itu bangkit berdiri, keluar, dan mengangkat telepon yang datang dari James He. Kakaknya itu kebetulan juga lagi di Swiss Sea Club dan tahu ia lagi di sini. James He bertanya kapan bisa pulang, biar mereka sekalian pulang bareng.

Vero He mengecek jam tangan dan menjawab, “Segera.”

James He bilang ia menunggu di lobi, lalu mematikan telepon.

Vero He kembali ke ruang makan privat. Freddy Bi lagi asyik berbincang, sementara Stella Han sedang pamit karena harus mengurus Evelyn. Satu orang yang pamit lagi adalah Jordan Bo, alasannya karena masih ada urusan lain. Vero He mengambil tas dan jadi orang ketiga yang pamit: “Maaf, aku harus jalan karena masih ada urusan.”

“Aku antar kamu ke lobi.” Taylor Shen bangkit berdiri dan mengambil jas yang digantung.

Vero He ingin menolak, namun kata-katanya tertahan di tenggorokan. Alex Yue dan Ned Guo tidak mungkin bersedia tetap tinggal karena malas dipaksa mendengarkan cerita Freddy Bi. Sementara itu, yang daritadi bercerita juga sudah lelah dan malas karena ditanggapi seadanya. Semua orang jadinya pun pulang.

Ketika sampai lobi, perhatian mereka semua tertarik pada seorang pria tinggi besar yang berdiri di tengah lobi. Tempat ini dalam sekejap berubah jadi “arena tarung” Taylor Shen dan sosok itu, yakni James He.

James He menghampiri mereka dan bertanya lembut pada Vero He: “Sudah selesai makan-makannya?”

“Sudah,” jawab yang ditanya sambil merangkul lengan kakaknya dengan natural.

Gerakan Vero He ini terasa bagai duri yang menusuk mata Taylor Shen. Barusan, ketika membalas ajaknya bergandengan tangan, wanita itu agak canggung. Sekarang, ketika merangkul pria lain, Vero He bisa melakukannya dengan sangat santai.

Tatapan Taylor Shen terfokus pada lengan keduanya yang bertempelan. Ia sungguh ingin berlari ke tengah-tengah mereka dan melepaskannya, tetapi itu jelas ide konyol. Taylor Shen menahan kemarahannya yang mulai mendidih dan mengajak bicara James He: “CEO He, selama ini baik-baik saja kan kabarmu!”

Yang diajak bicara mengulurkan tangan. Keduanya bersalaman erat beberapa detik. Gaya salaman mereka tidak terlihat seperti salaman persahabatan, melainkan seperti pertarungan kekuatan. Kakak Vero He merespon: “CEO Shen, kamu keluar lebih cepat dari yang kubayangkan.”

Taylor Shen tidak menyangka disindir begitu. Ia tersenyum tipis: “Maaf sekali, CEO He pasti sangat kecewa.”

James He menggeleng dan melepaskan salaman. Tangannya terasa lebih dingin. Ia berpamitan: “Langit sudah gelap. Semuanya, terima kasih sudah menemani Vero He melewati malam dengan senang. Sampai ketemu lagi!”

Pria itu lalu merangkul bahu Vero He dan keduanya berjalan menjauh.

Badan Taylor Shen bergetar geram melihat bayangan tubuh keduanya. Stella Han melirik sekilas dan terlihat agak senang. Ia menyindir: “Bisa punya kakak yang sangat memanjai, Vero He sungguh bernasib baik!”

Entah karena minum kebanyakan bir atau apa, Freddy Bi berseloroh: “Tidak terlihat seperti seorang kakak. Ia lebih mirip seorang pria yang memanjakan pacarnya.”

“……” Semua orang menatap Freddy Bi. Ini orang memang tidak jelas ya, pikir mereka. Semua dalam hati kan sudah tahu Vero He dan James He tidak punya hubungan darah, buat apa diungkit-ungkit lagi? Mau cari masalah dengan Taylor Shen memang?

Jelas, wajah orang yang mereka khawatirkan memuram hingga menyerupai pantat panci.

James He membukakan pintu mobil untuk Angela He, lalu baru masuk dan menutupnya. Sebelum menutup pintu, ia menoleh sekilas ke Taylor Shen yang menatapi mereka dari kejauhan. Matanya berkilatan sesudah masuk mobil.

Ia sudah keluar dari penjara, waktunya bikin perhitungan dan balas dendam!

……

Kota Jiangning, rumah kediaman keluarga Li.

Jennifer Li menderita hingga berkeringat dingin saat menidurkan Adam Song. Mengalami hantaman mental besar di rumah sakit, air susunya otomatis berhenti keluar. Adam Song, yang sudah terbiasa minum ASI, langsung menangis kencang tiap kelaparan dan tidak diberi ASI. Anak itu tidak suka susu bubuk, namun bagaimana lagi?

Jennifer Li dijemput balik ke rumah keluarga setelah kelar mengajukan cerai. Rumah kediaman keluarga Li punya asisten rumah dan babysitter, jadi pekerjaannya sebagai ibu baru harusnya bisa lebih ringan. Sungguh tidak disangka, Adam Song tetap saja rewel. Ia tidak mau susu bubuk, juga tidak suka ASI orang lain.

Si wanita seringkali berpikir, anak ini pasti senang ya melihat ia menderita.

Setiap kali melihat kulit putih dan jari-jari kecil anaknya, Jennifer Li sering mengingatkan diri sendiri untuk tidak stres dan tertekan. Ia tidak boleh gagal merawat anak ini, jadi ia harus bertahan dan yakin semua masalah berlalu.

Tidak boleh seperti empat tahun lalu, empat tahun lalu……

Teringat kejadian empat tahun lalu, hati wanita itu terasa gatal seperti digigit-gigit serang. Empat tahun lalu, ia menderita depresi. Ketika pergi ke rumah sakit untuk menjalani pengecekan, ia melihat si “dia”. Si “dia”, yang mengenakan topi abu-abu dengan bagian depan topi diturunkan ke bawah, keluar dari ruang pengecekan kehamilan.

Ia melihat perut kecilnya yang membesar. Saat itu, si “dia” pura-pura tidak lihat dirinya dan buru-buru pergi. Sejak hari itu, penyakit depresi Jennifer Li jadi makin parah.

Hari itu juga, ketika ia melihat wajah cantik si “dia”, ia langsung tahu nasib pernikahannya kelar, kelar sekelar-kelarnya. Ia tidak bisa melanjutkan pernikahan ini lagi. Jennifer Li sudah pernah egois untuk satu kali. Waktu itu, kalau saja ia berani mengajak bicara Patrick Song, kehadiran si “dia” tidak akan menjadi hantu dalam hidupnya, Adam Song juga tidak akan lahir ke dunia ini.

Adam Song…… Ia tidak menyesal melahirkan anak ini. Jennifer Li yang sekarang sudah jauh lebih tegar dari yang empat tahun lalu, jadi kali ini pasti semua bisa ia lewati.

Ketika keluar kamar, Jennifer Li melihat Wayne Shen duduk di sofa. Ia refleks bertanya, “Mengapa kamu belum pergi juga?”

Yang ditanya tengah baca buku parenting yang Jennifer Li taruh di atas meja teh. Jennifer Li sungguh-sungguh membaca buku ini, bahkan sampai menuliskan beberapa catatan dan pemikiran di kertas tambahan. Mata Wayne Shen berkaca-kaca melihat ini. Wanita yang ada di hadapannya sekarang bukan lagi gadis lajang, melainkan sudah jadi ibu.

Wayne Shen mengembalikan buku ke atas meja, lalu menoleh, “Aku tidak mau pergi. Aku mau tinggal di sini untuk merawat kamu dan anakmu.”

Jennifer Li paham maksud implisit kata-kata si lawan bicara. Ia menggeleng acuh, “Tidak, aku dan Adam Song tidak butuh dirawat kamu. Cepat pergi, aku tidak butuh simpati dan perhatianmu.”

Wayne Shen bangkit berdiri. Di bawah cahaya lampu terang, bayangan tubuh dirinya mengarah ke tubuh Jennifer Li. Ia menghampiri wanita itu dan berujar sungguh-sungguh: “Adam Song suka denganku. Jennifer Li, aku ingin tinggal di sini. Aku ingin menemani kamu dan menemani dia.”

“Aku sudah bilang tidak!” kukuh si wanita. Ia sudah lelah dengan urusan cinta-cintaan. Yang ia inginkan sekarang hanya hidup berdua dengan Adam Song dan membesarkannya sebaik mungkin.

Wayne Shen paham Jennifer Li tidak mungkin memikirkan cinta-cintaan ketika baru mengajukan cerai begini. Ia tidak memaksa, namun di saat wanita ini paling membutuhkan pendampingan orang lain, ia sungguh tidak mau pergi. Ia mengulurkan tangan dan mengenggam tangan Jennifer Li lembut.

Yang digenggam terhenyak dan buru-buru menarik tangan. Sayang, ia kalah cepat dengan Wayne Shen yang jauh lebih kuat. Cincin permata di jari manis kirinya sudah hilang sekarang, yang tersisa hanya bekas bulatannya saja. Wayne Shen pikir, bekas itu pasti juga sudah terpatri di hatinya dan tidak akan bisa diobati lagi.

Memang brengsek si Patrick Song peselingkuh!

“Jennifer Li, mohon izinkan aku. Aku tidak mau apa-apa lagi selain menemanimu. Adam Song sangat suka denganku. Aku akan menemaninya main, menemaninya minum susu, dan lain-lain. Sebenarnya, sebenarnya bukan aku yang menemani kalian, tetapi kalian yang menemani aku. Aku butuh kalian untuk memulihkan semangat hidup.” Hati Wayne Shen sudah mati tujuh tahun. Ia sekarang ingin menghidupkannya lagi.

Novel Terkait

Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu