You Are My Soft Spot - Bab 203 Jaga Mulutmu

Taylor Shen tiba-tiba mendongak menatapnya, “Van hitam? Coba beri ciri-ciri yang lebih khusus.”

“Betul. Karena waktu itu di lembaga kepolisian beredar kabar otak ledakan adalah sebuah geng gelap, si pemilik toko tidak berani macam-macam. Ia tidak berani menceritakan kejadian yang ia lihat malam itu. Meski begitu, ledakan waktu itu sangat membekas di hatinya jadi ingatannya masih sangat tajam seperti ledakan baru terjadi. Awalnya ia tidak mau cerita, tetapi setelah aku bujuk dengan agak memaksa, ia akhirnya mau,” cerita Christian puas.

Taylor Shen tidak suka basa-basi, “Poin utama.”

“Oh, aku menyuruh dia mendeskripsikan ciri-ciri wanita yang ia lihat. Pria itu bilang si wanita sangat jauh darinya, apalagi orang-orang yang membawanya menyeramkan, jadi ia tidak berani lihat lama-lama karena takut ketahuan. Ia hanya tahu wanita itu mengenakan gaun merah. Rambut wanita itu agak berantakan, tetapi ia yakin benar rambutnya pendek. Aku rasa orang yang dibawa pergi itu memang benar-benar Nyonya Shen,” lanjut Christian sambil menatap bosnya lekat-lekat.

“Bawa aku menemui dia. Ajak juga empat pengawal pribadi yang penampilannya paling seram.” Taylor Shen merasa kejadian dibawa perginya Tiffany Song waktu itu bukan sebuah kebetulan. Di sini pasti ada rahasia yang belum ia ketahui.

Siapa yang bawa pergi dia, di bawa pergi ke mana dia, mengapa dia tidak menghubunginya sama sekali? Satu lagi, dari mana asalnya tatapan asing Tiffany Song padanya?

Jawaban pertanyaan-pertanyaan ini sangat penting untuk segera Taylor Shen cari tahu. Sampai titik ini, tidak ada siapa pun yang bisa menjawabnya.

Christian segera menelepon empat pengawal pribadi dan menyuruh mereka berjaga di gang belakang kantor polisi. Setibanya di sana, mobil pengawal pribadi sudah sampai duluan. Rolls-Royce milk Taylor Shen berhenti di depan sebuah toko kecil. Christian turun dari mobil dan membukakan pintu belakang, lalu si bos menampilkan diri.

Para pengawal pribadi segera menghampiri mobil dan membentuk dua barisan di belaakng Taylor Shen. Si bos menyalakan rokok dan berjalan masuk toko kecil sambil menghembuskan asapnya.

Pemilik toko kecil tidak pernah melihat hal-hal macam ini. Ketika menyadari betapa tinggi besarnya empat pengawal pribadi yang berjalan di belakang si pembesar, ia ketakutan sampai kakinya lemas.

Ini sungguh mirip dengan adegan di film-film action!

Ketika pemilik toko ingin berlari kabur, salah satu pengawal pribadi Taylor Shen dengan mudah menarik bajunya. Ia dibawa ke hadapan si bos. Taylor Shen menghirup rokok, menunduk, dan menghembuskannya persis di hadapan si pemilik toko. Orang itu langsung terbatuk-batuk tanpa henti. Dia lalu memohon, “Bos, lepaskan aku. Aku masih harus mengurus ayah ibu dan anak-anakku. Mohon lepaskan aku, tolong.”

Taylor Shen melihat ruangan dalam toko yang ada di depannya. Ia berujar pelan: “Bawa dia ke dalam.”

Sesampainya di ruangan dalam, Taylor Shen mengambil kursi dan duduk. Sambil menyilangkan kedua kaki, si bos menatap pemilik toko yang menunduk-nunduk di hadapannya. Pria itu sepertinya berusia sekitar empat puluh tahun. Yang punya kepentingan memulai pembicaraan: “Malam terjadinya ledakan di kantor polisi enam tahun lalu, ceritakan sekali lagi semua yang kamu lihat.”

Christian berdiri di sebelah bosnya. Melihat raut ketakutan pada tatapan si pemilik toko, ia baru sadar paksaannya waktu itu tidak se-efektif intimidasi Taylor Shen. Intimidasi bosnya berhasil membuat pria itu langsung ketakutan bahkan sebelum bosnya bicara apa-apa. Dengan intimidasi macam itu, ia harusnya sih tidak berani berbohong.

“Cerita yang jujur. Kalau sampai kamu berani berbohong sedikit pun dan bosku marah, kamu bisa ia jadikan makanan anjing,” ancam Christian untuk menekankan bahwa ia harus jujur.

Lutut pemilik toko lemas lagi hingga sekujur tubuhnya jatuh ke lantai. Ia tidak kenal siapa orang-orang di hadapannya, juga sepenuhnya tidak tahu apa kesalahan yang ia perbuat sampai mereka datang ke tempatnya begini. Dengan ketakutan, ia berkata: “Tuan Yan, waktu itu aku kan sudah cerita. Kalau aku ada berbohong sedikit pun, aku rela mati tersambar petir.”

“Ya ceritakan sekali lagi!”

Pemilik toko kecil bercerita ia lihat ini dan lihat itu. Ceritanya pada akhirnya kurang lebih sama dengan cerita yang ia sampaikan waktu dengan Christian. Taylor Shen melipat dahi, “Apa ada lihat nomor plat mobilnya?”

“Malam itu lampu jalan rusak dan aku jauh dari mereka, jadi aku tidak bisa mengamati dengan jelas. Van hitam berhenti di depan sekitar lima belas menit dan gordennya ditutup. Aku merasa ada yang tidak beres jadi keluar dan mengecek dua kali. Sayang, aku tidak memerhatikan plat nomor van,” tutur pemilik toko kecil jujur.

Taylor Shen meremas batang rokoknya dengan kedua jari yang menjepit batang itu. Ia mendongak menatap Chrisitan dan memerintah: “Sana keluar cek di sekitar sini ada kamera CCTV atau tidak.”

“Ada. Aku sempat cek, tetapi pada malam itu semua kamera CCTV di sekitar sini rusak, jadi kejadian itu tidak terekam. Sesudah kejadian, polisi sempat mengutak-atik kamera CCTV tapi tidak menemukan petunjuk apa pun,” jawab Christian sigap.

Taylor Shen makin curiga, “Rusak? Rusaknya hanya pada malam itu?”

Kalau sampai napi bisa dibawa pergi keluar oleh orang lain, di kantor polisi pasti ada pengkhianat. Kamera CCTV di sekitar sini malam itu pun rusak, berarti di Departemen Dinas Lalu Lintas ada pengkhianat juga.

Hanya demi bisa membawa pergi Tiffany Song, si pelaku sungguh menghabiskan banyak energi. Rencananya dibuat sedemikian rupa sampai tidak ada celah sedikit pun.

“Betul. Selain pada malam itu, semua kamera CCTV bekerja normal,” balas Christian.

Taylor Shen kembali menghisap rokok. Ia menunduk menatap mata pemilik toko yang tersungkur di lantai dan tidak berani bangkit berdiri. Mendapat tatapan yang kelihatannya sangat membahayakan, si pria itu jadi makin takut dan membuang muka. Si bos bicara lagi, “Kamu masih tahu apa lagi, cepat katakan sekalian.”

“Sudah, sudah semua,” jawab pemilik toko kecil masih dengan menghindari tatap wajah. Saking gugupnya, pria itu menarik-narik bajunya sendiri.

“Benar-benar sudah semua? Sini semua kemari, tarik dia keluar.” Perintah Taylor Shen ini diucapkan dengan datar, tetapi tetap menimbulkan kepanikan bagi si pria paruh bahaya.

Dengan tubuh gemetar, si pemilik toko kecil berlutut di depan Taylor Shen. Ia mengaku salah: “Bos, aku tahu aku salah. Aku masih menyembunyikan satu hal. Waktu mobil pergi, aku lihat dari mobil ada sebuah mantel jatuh. Begitu mobil sudah jatuh, aku berlari mengeceknya. Mantel itu bahannya sangat enak dan masih sangat baru, jadi aku mengambilnya. Awalnya aku mau pakai sehari-hari, tetapi teringat itu ada hubungannya dengan insiden ledakan, aku tidak berani pakai. Mantel itu sekarang aku simpah di bagian paling bawah rak baju.”

Taylor Shen melipat dahi, “Mantelnya di mana? Berikan padaku.”

“Biar aku cari sebentar.” Pemilik toko kecil bangkit berdiri dan berlari masuk kamar. Ia membongkar lemari baju dan mengambil mantel yang ada di posisi paling bawah. Ukuran mantel itu sangat besar.

Christian menerimanya dan mengeceknya sekilas. Meski tidak ada tulisan merek, sebagai orang yang paham fashion dan bahkan mengurusi pakaian-pakaian bosnya, Christian tahu ini mantel edisi terbatas produksi salah satu merek terkenal Italia tujuh tahun lalu.

Si asisten menyerahkan mantel itu ke Taylor Shen dan berujar datar: “Ini, CEO Shen.”

Taylor Shen menerima sodorannya dan mengamati mantel dengan seksama. Bagian dalam mantel itu terbuat dari bulu kambing, jadi kemampuan menahan dinginnya tidak perlu diragukan lagi. Itu model mantel yang paling populer pada zamannya. Ia sekilas ingat waktu itu ada orang yang pakai mantel ini, tetapi ia tidak terpikir konkrit siapa orangnya.

Selain modelnya press-body, ukuran mantel ini juga ukuran untuk orang yang tinggi besar. Ia terus berusaha mengingat-ingat siapa yang dulu pakai ini. Ketika ia mengamati bagian tengah, kancing mantel itu ternyata kancing custom. Di atas setiap kancing ada huruf “H”.

Si bos melipat dahi lagi, “Christian, bawa kancing ini dan cek siapa yang waktu itu pesan mantel custom ini.”

“Baik.” Christian menerima kembali mantel dan keluar.

Taylor Shen bangkit berdiri. Ia menunduk menatap si pemilik toko kecil, lalu memberi peringatan: “Ingat, jaga mulutmu. Anggap saja kamu hari ini tidak lihat dan dengar apa-apa, kalau tidak……”

Pemilik toko ketakutan hingga berkeringat dingin. Ia mengangguk, “Aku paham, aku paham, aku pasti akan tutup mulut.”

Si bos berbalik badan dan bergegas pergi. Ketika melewati tong sampah, ia melempar batang rokoknya ke sana, lalu berjalan keluar toko kecil. Melihat si bos sudah kembali, Budi buru-buru membuka pintu belakang dan mempersilahkannya masuk. Mobil tidak lama kemudian mulai melaju.

Para pengawal pribadi menunggu Rolls-Royce pergi, baru kemudian masuk mobil mereka.

Selepas mereka semua pergi, pemilik toko kecil kembali ke toko dengan jidat penuh keringat. Mendengar ada sebuah suara di dalam, ia seolah teringat sesuatu dan kembali masuk.

Di tempat Taylor Shen duduk tadi, ada seorang pria yang duduk dengan posisi membelakangi. Pemilik toko kecil tidak bisa melihat dengan jelas wajah si pria karena melawan cahaya, tetapi ia tetap bisa merasakan aura intimidatifnya. Pemilik toko itu berkata: “Tuan, aku sudah memenuhi semua permintaanmu. Mereka semua sudah pergi, sekarang boleh kan kamu lepaskan aku.”

Si pria menampilkan senyum aneh nan misterius. Dengan suara serak, ia menjawab: “Jelas boleh, aku selalu menaati semua yang aku janjikan.”

“Terima kasih, terima kasih!” ucap pemilik toko kecil dengan penuh rasa terima kasih. Tahun ini ia sungguh sial. Selain pendapatannya lebih sedikit dari tahun-tahun sebelumnya, ia barusan juga harus berhadapan dengan seorang pembesar tanpa tahu apa kesalahan yang ia lakukan. Ia hanya seorang rakyat biasa yang sederhana.

Si pria bangkit berdiri. Pria itu mengenakan jaket kulit dan sepatu boots. Ia berjalan mendekati penjaga toko kecil. Si pria paruh baya sontak menyadari ada yang tidak beres. Ketika ia ingin berlari kabur, tubuhnya sudah ditusuk oleh sebilah pisau. Penjaga toko kecil langsung terjatuh ke lantai. Ia membelalak kesakitan dan menatap si pria berjaket kulit dengan penuh ketidakpercayaan.

Pria misterius tersenyum. Ia mengambil tisu dan melap sidik jarinya dari pisau, lalu melempar tisu itu ke wajah si pemilik toko kecil. Pria itu kemudian keluar dan pergi sembunyi-sembunyi.

……

Christian dengan cepat berhasil mengetahui siapa pemesan kancing custom itu. Ketika diberitahu olehnya bahwa mantel itu milik James He, Taylor Shen sama sekali tidak kaget. Siapa lagi yang bisa membawa pergi Tiffany Song diam-diam dan menyembunyikannya dengan sangat baik selama lima tahun kalau bukan dia?

Taylor Shen bangkit berdiri dan memerintah: “Christian, suruh Budi siapkan mobil. Aku mau pergi ke kantor He’s Corp.”

“Baik.” Christian buru-buru menelepon Budi, sementara Taylor Shen sudah berjalan keluar duluan. Setelah kelar menelepon, Christian buru-buru menyusul.

Rolls-Royce sudah terparkir di lobi ketika Taylor Shen sampai. Budi membukakan pintu dan mempersilahkan bosnya masuk. Baru masuk beberapa detik, dua mobil polisi bergerak mendekati mereka. Satu mobil menghalangi jalan depan, sementara satu mobil lagi menghalangi jalan belakang.

Taylor Shen bingung apa yang terjadi dan keluar dari mobil. Dari mobil polisi keluar beberapa personel kepolisian. Salah satu dari mereka menunjukkan kartu identitas polisinya dan menatap si pria dingin: “Tuan Shen, aku kepala Departemen Investigasi Kriminal, Dickson Zhou. Kami curiga kamu terlibat pembunuhan. Mari ikut kami.”

Novel Terkait

Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu