You Are My Soft Spot - Bab 263 Aku Berterima Kasih Padamu, Namun Tidak Bisa Mencintaimu (3)

Langkah Taylor Shen terhenti di bordes tangga lantai dua. Pria itu menoleh ke James He yang berjalan di sebelah: “Kamu tidak mencurigaiku?”

“Cintamu pada Vero He tidak bisa menipu siapa pun. Lagipula, kamu juga tidak punya alasan melakukan ini.” James He menepuk-nepuk bahu Taylor Shen. Dilihat dari status hubungan mereka saat ini, gestur ini agak-agaknya terlalu akrab. Si kakak Vero He itu berbicara lagi, “Target kita adalah membuat Vero He bisa kembali normal dan baik. Kita saat ini berada dalam situasi diserang dan dipukuli. Aku rasa ini sudah saatnya untuk kita menyerang balik.”

Taylor Shen menatap James He dengan wajah bingung. Yang ditatap sudah menarik tangannya dan menyuruh, “Pulanglah, biar kamu yang urus Vero He.”

Taylor Shen mengangguk dan turun ke lantai bawah. Felix He bangkit berdiri untuk mengajaknya makan malam, namun ditolak dengan senyum dan kata-kata sungkan. Lain kali saja ya Paman, begitu ujar Taylor Shen. Setelah si tamu sudah keluar, Felix He bertanya pada James He yang masih berdiri di bordes tangga lantai dua: “Apa terjadi sesuatu yang tidak aku ketahui? Raut mukamu sangat tidak bagus!”

James He tersenyum: “Aku mau biarkan Vero He tinggal di tempat kita dua hari, paling dia tidak senang saja.”

“Belum menikah saja sudah berani membuat papa ipar tidak senang, bagaimana nanti kalau sudah menikah?” balas Felix He dengan alis terangkat. Nada bicaranya agak meledek sekaligus agak menyalahkan.

James He menatap ayahnya, yang kini mulai memanfaatkan senioratas usianya untuk menghakimi orang yang lebih muda, tanpa bicara apa pun. Ia tahu Taylor Shen cinta setengah mati pada adiknya, jadi sudahlah tidak perlu memperkeruh situasi. Pria itu lalu kembali ke ruang buku. Vero He sudah keluar dari lamunannya. Melihat Taylor Shen sudah pergi, si wanita rasanya ingin tidur saja karena kelelahan seharian.

Vero He bangkit berdiri dan berkata pada James He yang baru datang barusan: “Kakak, aku balik kamar dulu. Mau istirahat.”

Erin jelas tidak ingin berduaan saja di satu ruangan dengan James He. Ia ikut-ikutan pamit: “Aku juga balik kamar.”

James He menatap Erin dingin dan berujar datar: “Siapa yang bilang kamu sudah boleh pergi?”

“……” Langkah maju Erin terhenti. Kini yang tersisa di ruang buku benar-benar hanya dirinya dan James He saja. Menyadari ini, sekujur tubuhnya terasa tegang. Meski tegang, ia tetap berusaha menghadapi situasi dengan tenang dan profesional, “Tuan Muda masih punya perintah apa lagi?”

“Tidak ada, hanya ingin melihat kamu saja. Sebelum jam dua belas, duduklah di sini. Terserah mau melakukan apa,” kata si pria santai. Pria itu lalu berjalan ke kursi kerja, duduk, dan kembali mengurusi urusan pekerjaan macam berteleponan dan baca berkas.

Gara-gara mereka, ia tadi meninggalkan rapat sebelum kelar. Sebagai akibatnya, ia harus mengadakan rapat online sekarang. Akhir tahun pada dasarnya memang sibuk, sekarang malah dibuat makin sibuk lagi karena urusan Erin dan Vero He……

Erin menatap James He kesal. Apaan coba disuruh duduk di sini dan melakukan apa pun, seperti anak kecil yang sedang dititipkan di rumah neneknya saja.

Seperti tahu Erin tengah menatap dirinya, James He berbicara sambil tetap menunduk melihat berkas: “Pasti merasa aku luar biasa tampan ya? Boleh lihat sepanjang malam kok.”

“……” Erin buru-buru mengalihkan tatapan. Tidak bisa lebih tebal lagi ya wajah pria ini?

James He tersenyum dan tidak berbicara lagi. Caranya untuk membuat Erin tetap tinggal memang aneh, tetapi ia inginnya begitu. Walau tidak saling berbincang, berada di dekatnya tetap terasa sangat nyaman.

……

Vero He terbaring di ranjang dengan suasana hati kacau. Matanya sudah melihat sendiri, telinganya sudah mendengar juga, tetapi mengapa ia belum bisa percaya juga dengan Taylor Shen? Disalahpahami begitu, Taylor Shen jadi super marah. Pria itu harusnya tidak mungkin sok baik di depannya, apa selama ini memang dia sendiri yang salah menilainya?

Di telinga Vero He kembali terngiang satu kalimat. Orang yang tidur di sebelahmu tidak kamu percayai, terus sekarang mau percaya siapa lagi?

Orang yang tidur di sebelah, orang yang tidur di sebelah…… Taylor Shen adalah orang terdekat dirinya, tetapi mengapa ia tidak percaya dengan dia dan lebih percaya pada orang asing? Vero He mendudukkan diri, melepas selimut, dan turun dari ranjang. Ia lalu pergi ke ruang pakaian, memakai salah satu jaket yang tergantung, dan mengambil kunci mobil. Entah dia mau ke mana, hanya dia sendiri yang tahu.

Taylor Shen pergi dari rumah kediaman keluarga He dengan suasana hati yang begitu tidak baik. Ia merasa dirinya selalu gagal menaklukkan hati Vero He dengan cara apa pun. Taylor Shen menyetir mobil dengan pelan karena tidak begitu berkonsentrasi, kemudian ponselnya tiba-tiba berdering. Ia mengangkat keras, “Bicara!”’

Shadow bisa merasakan suasana hati Taylor Shen yang kurang baik. Ia pun mencari kata-kata yang paling sederhana biar penjelasannya tidak terllau panjang, “Kamu sudah membuntuti jejak si peretas. Melalui pelacakan alamat IP, dia orang Digital World Corp.”

Kemarahan dalam diri Taylor Shen membara. Ternyata semua ini ulah Silver Eagle! Sepertinya setiap pergerakan mereka sudah diawasi pria itu. Taylor Shen menggeretakkan gigi, “Retas server mereka.”

Shadow terdiam dengan mulut ternganga. Si bos rasanya luar biasa marah sampai ingin balas dendam dengan cara yang kekanak-kanakkan begini. Meski kurang setuju, ia jelas harus tetap patuh, “Baik, aku akan segera perintahkan orang.”

Taylor Shen menatap langit malam di depan. Sepasang bola matanya yang muram sangat cocok dengan langit yang gelap itu. Ia menyuruh, “Shadow, aku beri kamu satu hari untuk kumpulkan semua berita negatif tentang kepala penjaga. Sebelum mempublikasikannya besar-besaran di media, dia tidak boleh mati duluan!”

“Baik.”

“Maksudku, setelah dipublikasikan juga jangan bikin mati. Aku ingin dia kehilangan jabatan dulu. Aku punya banyak kecurigaan yang wajib dia jelaskan.” Taylor Shen sebenarnya sangat ingin membunuhn dia secepatnya, tetapi kemudian teringat soal insiden Tiffany Song dibawa pergi dari penjara tujuh tahun lalu. Mau tidak mau, suka atau tidak, orang ini harus dibiarkan hidup dulu biar insiden itu bisa terang-benderang!

“Baik.”

Taylor Shen mematikan telepon. Nafasnya naik dan turun dengan cepat. Demi bisa melampiaskan kemarahan yang terkandung dalam dirinya, si pria menginjak gas kencang-kencang. Ini satu-satunya cara bagi dia untuk mengeluarkan kemarahan yang tersimpan dalam dada, sebab saat ini dia sendirian. Setibanya di Sunshine City, kecepatan mobil baru diturunkan.

Ponsel Taylor Shen kembali berdering. Ketika diangkat, orang seberang melapor, “CEO Shen, Nona Lian sudah bersedia bicara. Meski begitu, ia ingin kamu segera datang kemari. Kalau kamu tidak datang, dia tidak akan bersedia lagi.”

Si pria mengernyitkan alis. Kalau tidak ada telepon ini, ia barangkali sudah lupa dengan manusia setengah iblis bernama Angelina Lian itu. Ia memutar balik mobil dan keluar lagi dari Sunshine City tanpa memerhatikan sama sekali sebuah Lamborghini yang terparkir di sisi jalan.

Tanpa diragukan lagi, itu mobil Vero He. Wanita itu tiba lebih awal di Sunshine City dibanding prianya. Dia awalnya ragu-ragu harus kemari atau tidak mengingat pertengkaran mereka yang baru terjadi. Pada akhirnya, meski tidak tahu bagaimana harus menghadapi Taylor Shen, ia memutuskan kembali.

Baru turun dari mobil, Vero He melihat Taylor Shen putar balik dan pergi lagi. Ia melipat dahi bingung. Sudah malam begini kok masih keluar lagi? Ke mana perginya itu orang?

Si wanita memutuskan mengikuti si pria. Berhubung jalanan relatif sepi, Vero He tidak berani memacu kendaraannya terlalu dekat dengan kendaraan Taylor Shen karena itu bakal memancing kecurigaan. Taylor Shen sendiri sama sekali tidak menyadari dirinya dibuntuti karena pikirannya penuh.

Dalam waktu kurang lebih empat puluh menit, Rolls-Royce milik Taylor Shen berhenti di depan sebuah kompleks apartemen. Setelah kartu identitasnya dicek, ia melajukan mobil masuk. Vero He hanya menunggu di depan kompleks itu saja. Ia tidak punya kartu identitas yang terdaftar, jadi satpam kompleks pasti tidak akan mengizinkannya masuk.

Tidak jauh di belakang Lamborghini Vero He, ada sebuah Audi hitam yang terus mengawasi keamanan dan keselamatannya.

Taylor Shen naik lift ke lantai yang dituju. Setibanya dia di depan unit apartemen yang mau dimasuki, pengawal pribadi sudah menyambutnya di depan dengan memberi hormat dan membukakan pintu. Lampu yang menyala di dalam apartemen kekuningan, jadi agak remang-remang.

Taylor Shen melangkah masuk dengan bunyi sepatu kulit yang berdecit.

Angelina Lian duduk di sebuah kursi dengan gelisah. Sudah beberapa hari tidak mandi, rambutnya amat lengket. Aroma tubuh wanita itu juga tidak sedap dicium. Mendengar langkah kaki yang mendekat, Angelina Lian mendongakkan kepala dan langsung melihat sosok Taylor Shen. Ia gigit-gigit bibir hingga bibrinya agak berdarah. Nampaknya wanita ini amat ketakutan……

Taylor Shen berdiri di hadapan Angelina Lian dan menatapnya dari atas. Tatapan muram yang dia berikan membuat si wanita agak bergetar. Angelina Lian akhirnya sadar, Taylor Shen bisa-bisa saja menghabisinya hanya untuk Tiffany Song.

Beberapa hari ini, orang-orang Taylor Shen terus memperlakukannya dengan kasar. Ia merasa harga dirinya sungguh diinjak-injak sampai titik terbawah. Wanita itu bersumpah tidak akan menginginkan Taylor Shen lagi!

Si pria mulai buka suara dengan datar, “Sudah bersedia bicara?”

Angelina Lian menatap Taylor Shen dengan tajam, namun nada bicaranya tetap terdengar lembut: “Taylor Shen, di matamu itu apa aku lebih hina dari anjing?”

Taylor Shen diam saja dengan wajah yang mengeras.

Angelina Lian tersenyum tipis. Ia berujar serak, “Aku tahu, waktu aku diperkosa oleh para pria brengsek, kamu langsung jijik padaku. Tetapi, aku bodohnya masih terus berharap kamu bisa mencintaiku. Demi harapan ini, aku terus berjuang tanpa henti. Tidak kusangka, kamu malah jatuh hati ke wanita lain yang merupakan istri keponakanmu sendiri!”

Taylor Shen hanya mengamatinya tanpa membalas kata-katanya. Nada bicara Angelina Lian makin serak, “Aku terus memainkan peran penurut dan baik di hadapanmu. Ketika aku tahu kamu mencintai Tiffany Song, aku tidak berani macam-macam padanya di hadapanmu. Aku hanya berani macam-macam di belakang saja. Yang menyedihkannya, tidak peduli si brengsek itu jadi bagaimana, kamu tetap saja cinta dia. Pernahkah kamu memikirkan sakitnya hatiku melihat semua ini?”

Terus dituduh egois dan tidak memikiran perasaan Angelina Lian, Taylor Shen akhirnya menanggapi, “Kamu pernah berjasa padaku. Aku berterima kasih padamu, namun tidak bisa mencintaimu.”

“Itulah yang buat aku kecewa. Waktu kenyataan bahwa Tiffany Song bukan adik kandungmu terbongkar, aku langsung tahu tidak ada yang bisa menghalangi kebersamaan kalian lagi. Aku awalnya takut kamu cepat atau lambat akan menelantarkanku demi dia, jadi aku membuat skenario bahwa kalian kakak adik. Hanya dengan begini, aku bisa terus bertahan di sisimu.” Tatapan Angelina Lian pada Taylor Shen merupakan campuran dari tatapan cinta dan tatapan benci.

“Tetapi, sekali pun aku bisa bertahan di sisimu, hatimu terus menjadi milik wanita lain. Kamu tahu betapa pedihnya hatiku ini? Setiap saat aku terus berpikir bagaimana caranya memisahkan kalian. Pada akhirnya aku berhasil, kalian benar-benar berpisah.”

Taylor Shen menatap Angelina Lian tajam, “Banyak sekali ya omong kosongmu! Sekarang cepat katakan siapa penyuruhmu!”

“Tidak ada yang menyuruhku. Semua ini aku rancang sendirian untuk membuatmu jomblo seumur hidup.” Angelina Lian membalas dengan tatapan kebencian yang bertambah, “Taylro Shen, kamu tahu apa yang terjadi pada Tiffany Song selama menghilang? Kamu selama ini terus menganggapnya harta karun karena kamu tidak tahu dia sudah pernah naik ke ranjang belasan pria!”

“Tutup mulutmu!” Taylor Shen menendang kursi Angelina Lian dengan sangat kencang. Si wanita jatuh ke lantai dengan posisi kepala duluan. Kepalanya pun jadi terasa agak pusing. Setelah rasa pusing itu menghilang, Angelina Lian tertawa kencang, “Hahaha, kamu marah. Seru sekali, hahaha!”

Sepasang telapak Tangan Taylor Shen mengepal. Ia berjalan maju dan menginjak perut Angelina Lian. Si wanita mengerang sakit dan tidak tertawa-tawa lagi, “Kakak Keempat, bunuhlah aku biar kamu selamanya tidak tahu di mana adik perempuanmu yang asli berada. Bunuhlah aku biar kamu selamanya juga tidak tahu bagaimana masa lalu si wanita jalang.”

Si wanita rasanya belum pernah melihat tatapan Taylor Shen semuram ini. Pria itu mengencangkan lagi injakannya biar dirinya makin kesakitan, “Angelina Lian, aku beri kamu satu kesempatan lagi. Siapa yang menyuruhmu melakukan ini semua?”

Angelina Lian pantang mundur, “Kalian belakangan lagi banyak masalah macam-macam ya? Sekarang baru permulaan, kedepannya akan muncul lebih banyak lagi. Kakak Keempat, aku sumpahi kamu selamanya tidak bakal bahagia!”

Saking marahnya, Taylor Shen sampai kehilangan rasionalitas. Wanita di hadapannya ini sudah membuatnya kehilangan orang dekat, kekasih, dan anak. Kalau tidak bunuh dia, rasanya ada sesuatu yang kurang!

Si pria menarih kerah si wanita dengan kencang. Ia lalu tersenyum dingin: “Angelina Lian, aku akan membuatmu menyesal sudah hidup di dunia ini!”

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu