You Are My Soft Spot - Bab 106 Biarkan Aku Melindungimu Ya (1)

Di dalam aula, Callista melihat Tiffany yang sangat cantik berdiri disana, matanya yang sedih tiba-tiba bersinar, dengan cepat berjalan beberapa langkah ke depan Tiffany, dengan penuh emosional ia menggenggam tangannya. “Tiffany, kamu datang khusus untuk mencari ku kah?”

Tiffany sedikit tidak terbiasa dengan Callista yang seperti ini, dia masih terbiasa dengan ia yang tinggi dan sombong, ia dengan dingin menarik kembali tangannya, menariknya ke sisi badan, ia berkata:“Bukan.”

Callista menundukkan kepala melihat tangannya yang kosong, dalam hati nya terasa kecewa, “Tiffany, kamu sekarang ada waktu tidak? Kita pergi ke toko kopi berbincang ok?”

Tiffany mengangkat pergelangannya melihat jam tangan, waktu masih pagi, ia pun mengangguk-anggukkan kepala, terlebih dahulu berjalan menuju toko kopi, Callista melihat bayangan punggungnya yang jauh, dengan segera ia mengikutinya.

Dalam toko kopi, Callista memesan secangkir moka, Tiffany memesan segelas air lemon. Pelayan itu pergi,Tiffany memiringkan kepala melihat ke luar jendela, diluar matahari bersinar tinggi, cahaya putih bersinar menyinari, bersinar hingga menusuk mata.

Callista mengambil gelas air dan meneguknya, tenggorokannya barulah tidak begitu kering, ia berkata: “Tiffany, maaf, aku terus tidak mengenali mu, sebelumnya aku telah melakukan banyak hal yang membuat mu sedih, kamu bisa memaafkan ibu tidak?”

Tiffany membalikkan kepala melihatnya, Callista didepan dengan hati-hati menatapnya, sama sekali berbeda dengan dia yang arogan dan sombong seperti dulu itu. Tangannya yang berada di lutut dengan erat digenggam bersama, karena perkataannya, dalam hati nya terasa sedih. “Semua mengatakan ibu dan putrinya mempunyai hati yang terhubung, meskipun 2 orang asing berdiri bersama, juga akan ada telepati, tapi anda malah mengatakan tidak mengenali ku, sungguh sebuah ejekan.”

“Tiffany, maaf, awalnya aku sungguh tidak mengenali mu, wajah mu tidak terlalu mirip dengan ku, juga tidak terlalu mirip dengan ayah mu. Kemudian aku dengar kamu adalah putri dari Benjamin Song, barulah aku mengutus orang menyelidikinya dan barulah tahu, kamu diantar kembali ke Keluarga Song oleh nenek luar mu ketika berumur 4 tahun, lalu mengubah nama menjadi Tiffany.”Callista berkata dengan cemas.

Dalam hati Tiffany sedih tidak bisa diutarakan, ia marah dan berkata: “Kamu tidak pantas mengungkit tentang nenek luar, tahun itu kamu meninggalkan dengan diam-diam, nenek luar mengkhawatirkan mu, setiap kali memikirkan mu pasti menitikkan air mata, lalu baru lah mengidap katarak, kamu lah yang mencelakai nenek luar, aku membenci mu!”

Callista melihat putri di depannya yang wajahnya penuh dengan kebencian. Hati nya sangat menderita, ia berkata: “Tiffany, masalah tahun itu aku tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya pada mu, aku dan ayah mu bercerai, baru menyadari aku mengandung mu. Aku mengandung 10 bulan dan melahirkan mu, kamu masih belum 1 bulan penuh, aku pun menerima surat pemberitahuan bahwa aku diterima yang dikirim dari universitas di Amerika. Itu adalah satu-satunya kesempatan ku untuk berbalik diri, aku tidak bisa melewatkannya lagi, aku mau pergi ke luar negeri untuk belajar, aku ingin kembali dengan bangga, kamu ingin semua orang yang dulu memandang rendah ku itu hormat padaku.”

Tiffany melihatnya. Dalam matanya terlihat hati yang liar dan benci, dia semakin merasa sedih. Ia telah mencampakkannya dan nenek luar, hanya karena dendam, jadi di dalam hatinya, Tiffany itu termasuk apa? Batu penghalang untuk ia mencapai kesuksesan kah? Jadi barulah ia tanpa ragu mencampakknya mereka.

“Aku pergi dengan sembunyi-sembunyi, karena aku takut aku tidak bisa merelakan mu, aku berpikir setelah beberapa tahun, aku akan kembali, pada saat itu kita tidak akan terpisahkan lagi. Namun aku salah, kehidupan di Amerika sama sekali tidak semulus yang aku bayangkan. Orang bule itu memandang rendah kita orang tionghua, aku memohon untuk hidup di situasi yang sulit, dengan tidak mudah barulah bisa berdiri dengan mantap, aku malah tidak berani kembali. Aku masih belum menjadi seseorang yang besar,aku pulang membawakan kebahagiaan apa untuk kalian?” Callista teringat dengan hari-hari di Amerika yang penuh dengan perjuangan, hatinya pun terasa sedih.

Juga pada saat itu lah, dia bertemu dengan Peter, guru dalam hidupnya. Ialah dia yang mengajarinya bagaimana bertahan dalam dunia kerja yang penuh saling membohongi, dan juga bisa dengan cepat menapaki karir yang lebih tinggi.

“Lantas bagaimana jika kamu pulang sebagai seseorang yang besar? Kamu tidak memberikan kebahagiaan untuk kami, nenek luar sudah berubah menjadi segelas tanah, sampai mati pun tidak berjumpa dengan mu, dan karena mu lah aku berubah menjadi sang plagiat memalukan yang menjiplak karya orang lain. Kamu pergi ke Amerika, bukan karena kami, tapi karena kamu sendiri. Perasaan Tiffany menjadi emosional, setiap suaranya terus menerus mencari kesalahan menusuk lubuk hati terdalam Callista.

“Tiffany, maaf, ibu....”

“Jangan lagi mengucapkan 2 kata ini, kamu tidak pantas!”Mata Tiffany berkaca-kaca, “Baik, meskipun kamu pergi ke Amerika dan tidak kembali untuk 1 waktu, aku tidak menyalahkan mu, jadi kamu pulang kamu melakukan apa lagi? Sejak kamu pulang, aku pun terus menunggu kamu datang mengakui ku, tapi kamu tidak. Setelah kamu pulang, kamu pernah pergi mencari ku kah? Kamu tidak, jadi ketika kamu merencanakan hal jahat pada ku, bahkan mata mu tidak berkedip 1 kali pun. Kamu sekarang berpura-pura kasihan di depan ku, datang mengakui ku, apa maksunya?”

“Tiffany, masalah ini memang aku mengabaikannya, setelah aku pulang ke negara ini begitu banyak urusan yang harus aku selesaikan, aku tidak sempat pergi mencari kalian, jika aku mencari kalian lebih awal, aku tidak bisa membiarkan masalah berkembang hingga ke tahap yang tidak bisa berbalik.” Callista berkata dengan rasa bersalah.

Tiffany menutup matanya, merasa dirinya sangat tidak gagal, di hadapan seorang wanita yang mencapakkannya, kenapa ia harus menangis?

“Kamu jangan menjelaskan lagi, kamu mengatakan 1 kali sama dengan menyakiti ku 1 kali.”Tiffany mengambil ats, bangkit dan meninggalkan tempat itu. Dia berjalan terlalu tergesa-gesa, sama sekali tidak melihat pelayan yang berjalan ke arahnya, hingga cairan dingin tumpah di badannya, barulah ia sadar.

Pelayan itu dengan segera meminta maaf: “Tamu, maaf, aku akan membawakan mu tisu.”

Tiffany melambaikan tangan, menundukkan kepala melihat rok bewarna ungu mudanya ternodai dengan kopi yang bewarna gelap, dengan langkah cepat ia berjalan keluar dari toko kopi. Callista tertegun melihat bayangan punggung nya menghilang di balik pintu, dia pun dengan segera mengambil tas dan mengejarnya.

Tiffany berjalan keluar toko kopi, masih ada air menetes dari bawah rok nya, ia sakit hati hingga tidak bisa bernafas. Perkataan Callista membuatnya tahu, kerinduannya kepada Callista beberapa tahun ini, hanya sebuah lelucon, Callista sama sekali tidak pernah menyimpannya dalam hati.

Dari masalah kembali dari Amerika hingga masalah penjiplakkan, ada waktu 2 bulan pas, jika ia sungguh peduli dengannya, bagaimana mungkin tidak bisa menyelidiki bahwa ia adalah putrinya?

Tiffany linglung, berjalan masuk melalui pintu putar kaca, tanpa sadar ia lupa bagaimana keluar, terus ikut berputar di dalamnya.

Taylor tiba di luar hotel, melihat dia berputar di pintu putar kaca, ekspresinya hancur, matanya memerah, seperti menerima kesusahan yang sangat besar. Hati nya cemas, dengan segera ia berjalan masuk, menariknya keluar dari pintu putar, “Kamu bodoh?”

Tiffany mengangkat kepala melihat Taylor, dia berlari dalam pelukan Taylor, sepasang tangannya dengan erat memeluk pinggangnya,”Taylor, kamu pergi kemana? Aku takut aku tidak bisa menemukan mu.”

Taylor berusaha mengabaikan rasa dingin dan lembab yang berasal dari celananya, dia menjulurkan tangan memeluknya, dengan tidak berdaya menghela nafas, “Kamu terus berputar di pintu putar, bagaimana mungkin bisa menemukan mu?”

“........”Tiffany diam, dalam hati nya muncul rasa tersakiti. Pernah, ia berimajinasi situasi ia berkumpul kembali dengan ibunya, ia akan bersemangat memeluknya, lagi dan lagi menceritakan rasa susah dan rindu padanya. Tidak 1 kali pun, yang berakhir seperti ini.

Callista tidak mengenali nya, sungguh sebuah ejekan.

Taylor menundukkan kepala melihatnya, dengan lembut berkata: “Apa yang terjadi?”

Tiffany menggeleng-gelengkan kepala dalam pelukannya, suara hidungnya sangat berat, ia berkata: “Aku tidak apa-apa, ayo kita pergi makan, aku sangat lapar.”

Taylor menjulurkan kepala mengangkat dagunya, dengan teliti melihatnya dari atas ke bawah, matanya terlukis penuh dengan masalah hati, tapi Tiffany bahkan tidak berencana untuk menceritakan padanya, dia tidak bersikeras, menundukkan kepala lalu mencium bibirnya, “Tiffany, kamu ingat, tidak peduli kapanpun itu, ketika kamu membutuhkan ku, aku akan berada di sisi mu.”

Mata Tiffany memanas, sepasang tangannya memeluknya semakin erat, dia juga hanya memiliki Taylor.

“Baik, jangan centil, semua orang melihatnya, ayo kita pergi makan.”Taylor menarik tangannya lalu berjalan menuju lift,Tiffany berdiri tidak bergerak, “Taylor, kamu ini mengarah pulang ke kamar, makan seharusnya berjalan ke arah sana.”

Taylor menurunkan matanya melihat rok Tiffany yang terkena noda kopi, menggodanya berkata: “Apa yang kamu pikirkan, kamu berencana pergi makan dengan memakai baju seperti ini?”

Tiffany mengikuti pandangan Taylor lalu menundukkan kepala melihatnya, ketika melihat roknya yang berantakan, pipinya memerah, dengan segera berjalan ke arah Taylor.

Callista mengejar keluar dari toko kopi, melihat Tiffany dan Taylor berpeluk mesra, ia mengerutkan alis, bukankah Taylor berpacaran dengan Audrey kah? Bagaimana mereka bisa bersama?

Dia melihat mereka berinteraksi dengan mesra, teringat momen ketika pertama kali ia melihat Tiffany dan Taylor bersama, ada sesuatu yang terlintas dalam benaknya. Melihat mereka bergandengan tangan masuk ke dalam lift, dia dengan segera mengambil handphone menelepon Audrey.

Audrey menetap sementara di Kota Tong, setelah berita buruk dipublikasikan, Shine Group menerima gejolak yang besar, belakangan ini beberapa kontrak yang ditanda tangani telah dibatalkan oleh pihak bersangkutan, pihak bersangkutan rela membayar kompensasi uang pelanggaran kontrak dalam jumlah besar, juga enggan nama baik mereka terpengaruh oleh Shine Group.

Dia menggantikan Callista membereskan masalah ini, sibuk hingga sangat kacau. Sekarang barulah ia bisa merasakan penderitaan Callista biasanya.

“Bibi, kerjaan dalam perusahaan semuanya normal, anda jangan khawatir.”Audrey menerima telepon, tidak menunggu Callista bertanya, ia pun dengan inisiatif sendiri melaporkan keadaan.

“Audrey, apa yang terjadi antara kamu dan Taylor?”Callista bertanya.

Audrey menarik lehernya, “Bibi, apa maksudnya apa yang terjadi, kami sedang berpacaran, anda bertanya ini untuk apa?”

“Kamu selalu memberitahuku, kamu dan Taylor benar-benar sedang berpacaran kah?”Callista mengerutkan alisnya, bertanya dengan suara tegang.

“Benar, kami sedang berpacaran, aku juga pergi menjumpai ayahnya, hal ini anda tidak tahu kah? Bibi, apakah anda melihat sesuatu?” Audrey tahu Taylor menyukai seseorang, ia curiga Callista melihat sesuatu, barulah bertanya pada nya.

Callista menutup telepon, sebenarnya apa yang terjadi? Taylor sambil berpacaran dengan Audrey, dan sambil juga bersama dengan Tiffany, apa yang sebenarnya ingin ia lakukan?

……

Tiffany pulang ke kamar mengganti baju, lalu pergi makan bersama dengan Taylor. Taylor mengemudi mobil membawanya ke sebuah rumah makan pribadi yang sangat mempunyai ciri khas, sayur pun dihidangkan 1 per 1.

Tiffany melihat meja yang penuh dengan hidangan yang enak, jari telunjuknya bergerak, Taylor mengambil sumpit dan menjepit sayur untuk nya, berkata: “Tiffany, kamu tadi kenapa?”

Sumpit Tiffany terhenti, tiba-tiba tidak mempunyai selera makan, ia meletakkan sumpitnya, wajahnya penuh dengan kekecewaan, “Taylor, misalnya kamu mempunyai seorang anak, kalian sudah berpisah bertahun-tahun, ketika kamu bertemu lagi dengannya, apakah dengan bertemu 1 kali kamu bisa mengenalinya?”

Taylor juga meletakkan sumpit, wajah nya penuh serius menatapnya, ia berkata: “Kamu tidak senang karena pertanyaan perumpaan ini kah?”

“Ya, kamu bisa menjawab ku tidak.”Tiffany mengangguk-angguk kepala dengan wajah yang tegas, Callista mengatakan ia tidak mirip dengan Benjamin maupun dengan dirinya, oleh karena itu ia tidak mengenalinya, alasan ini terlalu tidak masuk akal.

Sepasang tangan Taylor mengelilingi dada, tanpa sebab terasa lucu karena pertanyaannya yang berbentuk perumpamaan, ia tertawa dan berkata: “Kamu boleh lega,aku tidak akan punya anak yang berpisah dengan ku bertahun-tahun, meskipun ada juga adalah anak dalam perutmu, jadi kamu tidak perlu karena pertanyaan perumpamaan ini lalu khawatir tentang apa yang akan kamu dapat dan hilang.”

Tiffany membesarkan sepasang matanya, melihat pandangannya yang penuh dengan lelucon, mengerutkan dahinya dan bergumam, “Bukan, aku tidak khawatir tentang apa yang akan didapat dan hilang , aku......”

“Aku mengerti, kamu terlalu peduli aku terlalu mengkhawatirkan diriku, barulah berpikir sembarangan. Kamu jangan khawatir, masalah ini tidak ada.”Taylor memiringkan badan menggenggam tangannya, menepuknya memberi ketenangan.

Tiffany sudah tidak mampu berkata apa-apa, cara dia mengungkapkan ada masalah, atau dia terlalu cinta pada diri sendiri, Tiffany sungguh tidak khawatir tentang apa yang akan didapat dan hilang. “Taylor, aku sebenarnya ingin mengungkapkan bahwa aku adalah putri dari Callista, tapi ia memberi tahu ku, dia tidak mengenali ku.”

“Apa yang kamu katakan? Kamu adalah putri dari Callista?”

Tiffany mengangguk-anggukkan kepala,ia berkata: “Benar, dia adalah mantan istri ayah ku, ialah ibu kandung ku.”

“Jadi kenapa kamu terus tidak memberi tahuku?”Taylor sadar akan apa yang terjadi, pantas saja dia terus merasa pandangan Tiffany melihat Callista ada sedikit aneh, ternyata mereka adalah ibu dan anak. Dan karena seperti ini, kenapa Callista tidak mengenalinya dari awal?

“Aku merasa tidak penting maka tidak perlu dibicarakan, dan juga hubungan kita pada kala itu tida bisa membicarakan hingga hal ini.”Tiffany merasa tidak percaya diri pun menundukkan kepala.

Taylor tidak senang dan mengerutkan alis, “Asalkan urusan mu, semua penting untukku, kelak tidak boleh menyembunyikan masalah apapun dari ku lagi, tahu tidak?”

“Ow.”Tiffany menganggukkan kepala, hatinya seperti seorang yang bodoh akan cinta begitu bahagia bagai mekar bunga.

Novel Terkait

Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu