You Are My Soft Spot - Bab 398 Pria yang Plin-Plan (3)

Pernah sekali, Bibi Lan salah bicara pada Erin. Dari keceplosan mamanya itu, Erin baru tahu Vero He adalah putri kandung Felix He yang terlantar di luar, juga merupakan adik kandung James He dari ayah dan ibu yang sama. Dengan statusnya ini, waktu Felix He dan James He mengajak Vero He pindah ke rumah keluarga, Nyonya He marah besar sampai minggat ke Selandia Baru.

Erin gigit-gigit bibir menahan kekesalan. James He masak tidak tahu sesuatu yang dia lakukan sendiri? Di lorong jalan saja tidak sabaran berpelukan dan berciuman, masak James He tidak tidur bareng Jessy Lan setelahnya?

Hati Erin makin lama makin gusar. Ia tidak ingin melihat James He lagi, lebih-lebih melihat bekas lipstik yang menyilaukan mata di kemejanya. Ia mencari alasan untuk pergi darinya: “Nona He sudah bangun. Kamu masuklah tengok dia, aku mau patroli keliling dulu.”

Si wanita berbalik badan dan langsung bergegas pergi. Baru ia melangkah lima langkah, pergelangan tangannya sudah ditahan oleh James He yang menyusul. Ia menoleh dan melihat tatapan dalam si pria. James He bertanya, “Erin, kamu lagi marah?”

“Heh?” Erin tersenyum dingin, “Matamu yang mana yang lihat aku marah? Aku lagi sangat bahagia hari ini.”

Melihat kepura-puraan Erin, James He terpancing emosi dan mengencangkan tahanan tangannya pada Erin. Ia kini memberi tatapan dingin: “Bahagia? Bahagia karena apa? Melihat aku ciuman dengan wanita lain, hatimu merasa sangat senang karena akhirnya bebas. Begitukah?”

James He mencubit Erin pelan seolah memintanya sadar diri dan tidak pura-pura lagi.

Erin menampilkan wajah datar, sementara hatinya sebenarnya terasa sangat terluka. Ia semalam tadi sempat berpikir, apa James He dan Jessy Lan buka kamar?

Sekalinya terpikir mereka buka kamar dan “begituan”, Erin merasa hatinya makin sakit. Ia cemburu, jujur saja ia iri……

Erin mendongak, masih dengan tampang datarnya. Ia berujar rendah: “Tuan Muda ciuman atau naik ranjang dengan siapa pun, aku tidak ada urusan sama sekali. Tolong lepaskan tanganku!”

Hati James He mendingin. Ia melepaskan tangan si wanita perlahan-lahan. Melihat Erin bergegas pergi tanpa keraguan sedikit pun, ia merasa usahanya membuat dia cemburu gagal.

Masih kurang eksplisit kah usahanya? Mengapa hati Erin mati seperti batu keras?

Dengan rongga dada yang naik turun dengan cepat, James He menedang tembok di sebelah sekencang-kencangnya. Ia kemudian memeluk kakinya karena kesakitan. Dari kejauhan, kepala tim pengawal pribadi tidak tahan untuk tidak tertawa melihat tingkahnya itu.

Patroli sepenuhnya hanya alibi Erin untuk menghindari James He. Alasannya, area ini sangat aman dan tidak butuh patrol sedikit pun. Si wanita bersandar pada sebuah tembok sembari mengamati langit yang tidak berujung. Udara dingin yang menusuk-nusuk kepala dan leher membuat tubuhnya sedikit bergidik.

Kalau Erin masih punya pengharapan pada James He, maka adegan kemarin malam benar-benar mematikan pengharapan itu. Sesuka-sukanya si wanita pada si pria, ia tentu tidak rela jadi wanita gelap.

Erin memejamkan mata dan bertanya pada diri sendiri. Erin, kalau tidak mau jadi wanita gelapnya, apa itu berarti kamu mau jadi istrinya? Si wanita menggeleng kencang. Ia hanya anak seorang asisten rumah, mana berhak punya mimpi seagung itu?

Waktu masih kecil dan belum tahu apa-apa, Erin pikir tidak ada yang tidak mungkin. Sekarang, kenyataan sudah menyadarkannya bahwa pernikahan paling baik didirikan oleh orang dengan dua status sosial yang tidak beda jauh. Menikahi Jessy Lan yang dari kalangan menengah saja James He sembunyi-sembunyi, apalagi menikahinya yang dari kalangan bawah?

Kalau dulu sudah menyadari aturan tidak tertulis ini, Erin pasti sudah mengubur dalam-dalam cintanya pada James He. Dengan begitu, ia sekarang tidak bakal merasa sakit dengan cinta yang tidak bisa dia dapatkan begini.

Setelah menata ulang suasana hati, Erin bergegas balik ke vila. Ia kebetulan berpasasan dengan James He yang lagi berjalan keluar dari bangunan itu. Si wanita tidak kabur, melainkan hanya memelankan langkah saja. James He tidak menyadari keberadaannya dan langsung pergi.

Setelah sosok si pria tidak terlihat lagi, si wanita baru masuk ke vila.

Berhubung suasana hati Vero He tidak begitu bagus, Taylor Shen membawanya balik ke Sunshine City. Dengar-dengar, Sunshine City didirikan khusus oleh si pria buat bosnya. Ada satu bangunan utama di sana, lalu ada juga satu bangunan sekunder.

Setelah berkoordinasi dengan para pengawal pribadi, Erin masuk mobil dan meninggalkan vila tepi pantai.

Setibanya di kantor keesokan harinya, Vero He memanggil Erin ke ruang kerja, “Erin, aku ingin pergi ke Kota A. Tolong segera jadwalkan.”

Si asisten menatap bosnya dengan kaget. Ia pernah dengar, James He lima tahun lalu membawa Vero He dari Kota A balik ke Kota Tong. Kota itu seharusnya tempat yang tidak akan bosnya mau kunjungi lagi seumur hidup, eh ternyata dia sekarang malah mau ke sana!

“Baik!”

“Jangan kabarkan pada siapa pun. Sore ini, kita langsung berangkat. Aku sudah bawa dokumen perjalananku,” kata Vero He dengan wajah lelah. Ia perlu pergi ke Kota A untuk memastikan sesuatu.

“Oke!” Erin berbalik badan dan keluar tanpa banyak tanya. Ia memesankan tiket pesawat dan hotel, lalu duduk termenung di kursi kerja. Akan pergi ke Kota A hanya berdua dengan bosnya, Erin agak khawatir bakal kewalahan menjaganya. Kewalahan masih tidak masalah, kalau ternyata sepenuhnya tidak mampu bagaimana?

Erin mengambil ponsel dan mencari sebuah nomor. Ia rag sejenak, namun akhirnya membulatkan hati untuk menghubungi nomor itu. Telepon dengan segera diangkat dan orang di seberang berujar gembira, “Erin, akhirnya kamu meneleponku juga! Aku pikir, kamu seumur hidup tidak bakal mengontakku lagi.”

Si wanita jadi agak canggung. Ini ia menelepon karena ada perlu, kalau tidak mah ia juga tidak akan kepikiran buat telepon. Erin membalas: “Kakak Senior Xu, baik-baik kan kamu selama ini?”

“Baik kok, baik kok. Gila, kamu pasti tidak tahu betapa kangennya aku padamu.” Kakak Senior Xu pria yang bawel. Dia tidak merasa aneh sama sekali berucap begini.

Si kakak senior bernama lengkap Marco Xu. Ia teman Erin di sekolah militer. Waktu Erin baru masuk ke sekolah itu, ia adalah kakak kelas yang memberi pelatihan buat angkatan si wanita. Marco Xu sangat disukai oleh para pelatih. Terkadang, kalau mereka berhalangan untuk hadir membeli pelatihan, ia pasti akan diutus sebagai pengganti.

Pada hari di mana Erin mengalami sebuah tragedi, Kakak Senior Xu adalah lawan tandingnya. Kronologisnya, mungkin karena sudah kelelahan latihan, Erin tidak keburu menghindar dari sebuah tinju yang dihempaskan si pria ke perutnya. Tonjokan Marco Xu sangat kencang, Erin bahkan sampai mundur-mundur dibuatnya.

Selepas ditinju, Erin terbaring lemas di lantai dengan perut yang sangat sakit. Ia tiba-tiba merasakan selangkangannya basah. Ketika ia menunduk untuk mengecek, ia melihat darah segar mengalir keluar dari sana. Si wanita langsung pingsan karena kaget.

Waktu Erin terbangun, ia melihat Kakak Senior Xu lagi mengamatinya dengan gelisah. Ia melihat rasa bersalah pada pandangannya, juga melihat keibaan. Si pria tidak berhenti berucap “maaf”, lalu Erin membalasnya dengan tersenyum: “Saat latihan, siapa pun bebas memukul dan menendang. Aku sama sekali tidak menyalahkanmu!”

Marco Xu ternganga. Melihat senyuman Erin, ia tidak tega memberitahukan sebuah kabar menyedihkan padanya.

Ketika datang untuk melakukan pengecekan rutin, dokter menjelaskan beberapa hal yang harus diperhatikan setelah keguguran. Saat itu, Erin baru tahu dirinya mengalami keguguran. Si wanita ingat betul ia waktu itu tidak menangis, melainkan kebingungan. Ia hamil? Ini anak dari mana?

Setelah berpikir sesaat, Erin teringat sebuah malam yang gila dan seorang pria yang telah mencintainya cukup lama. Anak mereka, saat ia baru tahu keberadaannya, sudah menghilang duluan dengan tragis……

Erin keluar dari lamunannya dan menanggapi, “Kakak Senior Xu, sikap blak-blakanmu ini bikin aku canggung tahu.”

Pria di seberang tertawa renyah, “Erin, aku ingin kamu bilang kamu kangen aku juga. Belakangan ini, oke-oke kan kamu?”

“Iya.” Pembicaraan hening sesaat, lalu Erin mulai masuk ke topik utamanya: “Kakak Senior Xu, aku akan ke Kota A dengan penerbangan nanti sore. Boleh kamu luangkan waktu untuk menemaniku pergi ke suatu tempat?”

“Boleh sekali, dengan senang hati.”

Erin senyum-senyum sendiri setelah telepon berakhir. Alasannnya, ia teringat betapa perhatiannya Marco Xu padanya sehabis keguguran. Di pikiran si pria, ia bertanggungjawab merawat Erin karena sudah membuatnya kehilangan janin.

Selama satu bulan Erin memulihkan diri, sekolah militer tidak juga mengeluarkannya. Ia kemudian baru tahu itu berkat permohonan Kakak Senior Xu tiap harinya pada para petinggi sekolah.

Erin tidak tahu bagaimana proses diskusi Marco Xu dan para petinggi sekolah, yang jelas ia tetap dipertahankan sebagai siswi di sana. Setelahnya, mereka sering berkegiatan sama-sama. Pada malam kelulusannya dari sekolah militer, Kakak Senior Xu mabuk dan menyatakan cinta pada Erin.

Waktu itu Erin kaget dan panik. Ia tidak tahu bagaimana harus membalas cinta pria yang sudah sangat baik padanya itu, sebab hatinya sudah jatuh ke pria yang tidak mungkin bisa bersatu dengannya waktu usia delapan belas tahun……

Erin mengencangkan pegangannya pada ponsel. Ia sebenarnya tidak pantas mengganggu Marco Xu, tetapi di sisi lain ia khawatir tidak bisa menjaga Vero He sendirian.

Tanpa membawa koper, Vero He dan Erin buru-buru datang ke bandara. Ketika pesawat sudah lepas landas, si asisten menoleh menatap wajah bosnya yang kelelahan. Ia merasa sangat lega, akhirnya mereka bisa meninggalkan Kota Tong untuk sementara.

Erin berharap mereka berdua bisa punya semangat baru sepulang nanti. Semogalah!

……

Di dalam ruang rapat He’s Corp, waktu lagi mendengarkan laporan manajer tiap daerah terkait laba caturwulan ini, James He dikagetkan dengan ponselnya yang berdering. Ia mengangkat tangan untuk menghentikan laporan manajer yang lagi bicara. Sembari mengangkat telepon, ia berjalan keluar ruangan.

“CEO He, Nona Erin dan Nona He barusan pergi ke bandara. Melalui pengecekan informasi penerbangan, mereka pergi ke Kota A.”

Mendengar laporan ini, wajah si pria memuram, “Sialan, mereka mau apa di Kota A?”

Orang seberang hening sejenak, lalu menjawab, “Maaf CEO He, aku juga kurang tahu. Awalnya kukira mereka ke bandara untuk jemput orang, tahunya mereka malah mau naik pesawat.”

Tut, tut, tut……

James He tidak tertarik mendengarkan alibi bawahannya. Satu tangannya berkacak pinggang, sementara satu tangannya lagi memegang erat ponsel. Dengan emosi, si pria menelepon ponsel Erin. Operator menyebut telepon yang dihubunginya lagi tidak aktif.

James He marah sampai mengayunkan tangan untuk membanting ponsel. Belum keburu ia membantingnya, ponsel itu kembali berdering karena menerima telepon dari Taylor Shen. Sama seperti dia, sahabatnya itu juga dapat kabar bahwa Vero He pergi ke Kota A.

James He melipat dahi dan berujar: “Aku segera daftar rute, semoga kita bisa ke Kota A hari ini juga.”

Si pria mematikan telepon dan menelepon perusahaan penerbangan. Pesawat privat hari ini sudah pada dipakai semua, paling dini mereka baru bisa berangkat besok pagi. Si pria mencoba menelepon beberapa nomor lain, namun tidak bisa mengubah penjadwalan pesawat. Ia frustrasi sampai menarik nafas dalam-dalam……

Erin yang tidak punya hati itu berani sekali membawa Vero He ke Kota A. Awas saja Erin, jangan sampai kamu tertangkap olehku karena aku bakal maki kamu!

Selain mengkhawatirkan Vero He, James He sebenarnya juga khawatir pada Erin. Markas besar Biro Intelijen terletak di Kota A, memang Erin tidak takut identitasnya terbongkar kalau pergi ke sana?

Brengsek! Sudah ditolong banyak kali dan diselamatkan nyawanya, Erin malah senang membuat dirinya pusing sendiri! Kalau Erin memang bosan hidup, ia bisa mengangkat senjata dan menembaknya daripada terus cari masalah begini!

Kepala James He seketika jadi sangat pening. Di tengah kepeningan, si pria menelepon dan memberi perintah pada lawan bicaranya. Sebelum dirinya tiba di Kota A, si lawan bicara harus mengawasi Erin setiap saat. Meski sudah mengatur ini, hati James He masih tidak bisa tenang sedikit pun. Ketika suatu hal lepas dari kendalinya, ia takut terjadi hal-hal yang fatal.

James He bersumpah sesuatu dalam hati. Kalau sampai dirinya berhasil menangkap Erin, ia akan memberi pelajaran yang pasti membuatnya jera!

Keesokan pagi, James He dan Taylor Shen akhirnya tiba juga di Kota A. Mereka berdua membawa belasan pengawal pribadi di sisi depan, belakang, kiri, dan kanan. Ketika berjalan keluar bandara, beberapa VW hitam dan mobil Jeep sudah bersiap mereka naiki.

Gila sekali mereka, iring-iringan presiden kalah panjang dari iring-iringan mereka!

Sebelum James He masuk mobil, orang yang kemarin diteleponnya melapor bahwa Erin dan Vero He tadi pagi pergi ke Kota Kecil Luoshui. Si pria mengernyitkan alis. Ketika tahu kedua wanita pergi ke Kota A kemarin, ia sebenarnya sudah bisa menebak Vero He bakal berkunjung ke mana. James He duduk di kursi penumpang depan, sementara Taylor Shen duduk di kursi belakang.

Sepanjang jalan, hati James He terus gelisah. Ia semalam tidak bisa tidur sama sekali. Pada setiap menit, bahkan sampai setiap detik, ia terus menghitung waktu untuk menunggu matahari terbit. James He tidak sabar untuk melihat Vero He lagi, tentu dalam keadaan sehat walafiat!

Rombongan kendaraan melaju ke Kota Kecil Luoshui. Berhubung jalanan cukup kotor dengan tumpukan salju, semua mobil hanya bisa melaju pelan. Beruntung, mereka semua bisa tiba di tempat tujuan sebelum hari gelap.

Rombongan berhenti di depan hotel terbesar di Kota Kecil Luoshui. Begitu turun dari mobil, James He disambut dengan adegan sepasang pria dan wanita berpelukan tidak jauh darinya……

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu