You Are My Soft Spot - Bab 398 Pria yang Plin-Plan (1)

James He perlahan melepaskan tangan Erin. Ia tahu wanita di hadapannya ini pasti curiga dengan luka di tubuhnya. Si pria memakai pakaiannya dan memasang setiap kancing, lalu bertutur: “Erin, He’s Corp bisa berdiri kokoh sampai sekarang, salah satu alasannya adalah tidak semua bisnisnya legal. Nyaris semua perusahaan pasti ada bersentuhan dengan bisnis yang abu-abu alias setengah ilegal, paham?”

Erin menggeleng, “Jangan menipuku. Empat tahun lalu, aku pernah menyelidiki soal He’s Corp. Apa perusahaanmu ini punya bidang usaha yang ilegal, hatiku tahu jawabannya.”

Empat tahun lalu, Erin pernah menerima perintah dari tim untuk mendalami He’s Corp diam-diam. Dengan penyelidikan ini pula, ia tahu James He punya pernikahan rahasia.

“Empat tahun hitungannya lama. Selama jangka waktu itu, ada anak usahaku yang ditutup dan ada pula yang baru didirikan. Waktu terus berjalan, segalanya mungkin terjadi,” tutur James He dingin.

“Aku tidak percaya!” Erin menggeleng. Ia paling paham si pria orang macam apa. James He orang yang lurus, mana mungkin melakukan hal begituan coba?

“Erin, orang bisa berubah. Demi bertahan hidup, orang terkadang rela melakukan segalanya. Kamu masak sudah berkecimpung di dunia intel begitu lama tidak tahu soal ini?” balas si pria. Demi membuat Erin percaya, James He tidak segan mengejek dirinya sendiri.

Kalau bisa menipu untuk sesaat, ya sudah tipulah……

“Aku……” Erin menatap James He canggung. Bagaiamana pun juga, ia sama sekali tidak percaya James He bisa melakukan sesuatu yang menyimpang hukum. Nama besar He’s Corp dan keluarga He sudah dikukuhkan sejak masa leluhur berkuasa, mana berani James He menghancurkannya?

“Tidak percaya ya? Aku awalnya juga tidak percaya aku bakal melakukan sesuatu yang bertentangan dengan moral, namun aku akhirnya melakukannya karena terhimpit. Erin, apa kamu sangat kecewa padaku?” tanya James He sambil bersandar di sisi meja.

Si wanita menggeleng, “Aku tidak tahu, suasana hatiku sangat kacau. Aku, aku pergi dulu.”

Erin kabur dari kamar James He seperti kelinci yang ketakutan karena didekati mangsa. Ia tidak berani memercayai kata-kata James He. Dirinya adalah seorang intel yang bertugas membela kepentingan negara dan bangsa, salah satu wujudnya adalah menghentikan semua hal yang melanggar hukum.

Sekarang, pria yang paling dekat dengannya ternyata berada di posisi yang berseberangan degan dirinya. Bagaimana bisa Erin menerima kenyataan ini?

Melihat sosok Erin lenyap di balik pintu, wajah James He memuram. Ia kemudian merasakan rasa sakit di pinggangnya. Si pria buru-buru mengambil obat pereda sakit, bergegas ke kamar mandi, dan mengoleskan obat itu ke pinggang.

Wanita bodoh barusan pada akhirnya percaya dengan kata-katanya…… James He tersenyum kecut, ia tidak tahu dirinya harus senang atau sedih. Setelah ini, menjauhlah dariku Erin!

“Erin?”

Erin mendongak dan melihat Vero He berdiri di depan meja kerjanya. Ia mengernyitkan alis dan bertanya: “Nona He, ada urusan apa?”

“Ada apa denganmu beberapa hari ini, kok terlihat sulit berkonsentrasi? Kamu sakit? Perlu kuberi istirahat dua hari tidak?” Vero He melihat tatapan Erin sangat kosong. Si asisten belakangan menghabiskan waktunya dengan termenung, lalu sekarang salah mengisi berkas.

Erin yang dulu tidak pernah melakukan kesalahan rendahan macam ini. Jangan-jangan, Erin punya pacar baru dan lagi ribut lagi?

“Aku tidak apa-apa.”

“Kamu lihat laporanmu nih, nyaris semua bagian isinya salah. Kamu cek nih…… Ah, sudahlah, kamu lanjut dengan pikiranmu saja. Aku bisa minta orang lain.” Si bos berbalik badan dan melangkah keluar sambil menenteng laporan.

Erin refleks bangkit berdiri dan memanggil-manggil Vero He, namun pada akhirnya gagal menghentikannya. Ia pun terduduk dengan frustrasi di kursi kerja. Sejak malam itu, Erin terus menghindar dari James He. Sekali pun namanya sekarang sudah dicoret dari Biro Inteligen, ia tetap menganggap dirinya masih merupakan bagian dari institusi itu.

Dulu, pernah ada di masa di mana James He dianggap Erin sebagai pemandu jalan hidup dan penerang masa depan. Sekali pun ia benci dengannya, ia tetap menjadikan sosok James He sebagai panutan. Erin ingin jadi anggota paling unggul di pasukan khusus seperti si pria. Ia sungguh bersemangat melindungi negara dan memberantas segala bentuk pelanggaran hukum.

Barusan, James He yang merupakan pria yang paling Erin hormati dengan santai bilang dia terpaksa melakukan sesuatu yang menentang hukum akibat terpaksa. Erin tidak bisa menerima kenyataan pahit ini……

Erin menggigit bibir dan tiba-tiba bangkit berdiri. Setelah itu, si wanita mengambil kunci mobil dan keluar dengan secepat mungkin dari ruang kerjanya. Erin melajukan kendaraan ke depan gedung He’s Corp. Dari parkirannya, ia mendongak dan menatap gedung tinggi yang ada di hadapan. Gedung itu terlihat bak pedang yang menusuk langit.

Erin mengepalkan tangan, melangkah ke lobi utama, dan naik ke lantai atas dengan ruang kerja CEO sebagai tujuan akhir. Sekarang, persis di depan ruangan yang ditujunya, ia tiba-tiba malah meraa gugup. Keberanian Erin yang daritadi membara seketika lenyap ditiup angin ketika mau bertemu dengan James He. Aduh, ia jadi ingin kabur saja……

Tetapi, Erin langsung sadar bahwa ia tidak boleh mundur dalam menghadapi pelanggaran hukum. Ia ingin membujuk James He untuk segera berhenti melakukan ini semua. Ia benar-benar tidak ingin melihat si pria meringkuk di balik jeruji besi.

Ketika keringat dalam kepalan tangan Erin sudah mau menetes, pintu ruang kerja CEO tiba-tiba dibuka dari dalam oleh Thomas Ji. Di depan pintu, air muka si pria seketika berubah ketika melihat sosok Erin. Ia segera berujar pada bosnya yang lagi duduk: “CEO He, Nona Erin datang.”

James He terhenyak. Ia tahu Erin tidak bisa menerima kata-katanya malam itu, makanya dia bersembunyi darinya berhari-hari. Si pria mengernyitkan alis dan memikirkan sesuatu. Kurang lebih sudah bisa menebak maksud kedatangan Erin, ia memerintah dingin: “Aku tidak ingin bertemu dengannya, suruh dia pergi.”

“Tetapi dia sudah masuk……” Suara Thomas Ji makin lama makin pelan. Ia berujar begini sambil melihat Erin melewati dirinya dan melangkah masuk ke ruang kerja James He dengan langkah cepat. Si asisten mengangguk pada bosnya, lalu buru-buru berjalan keluar dan menutup pintu tanpa mesti disuruh.

Erin berjalan ke sisi meja kerja James He. Pria di hadapannya itu mengenakan kemeja hitam dengan ditutupi jas hitam. Satu-satunya warna yang sedikit lebih terang dalam pakaiannya adalah jas yang berwarna ungu tua.

Si wanita buka suara: “Tuan Muda, berhentilah sesegera mungkin. Aku tidak ingin suatu hari nanti harus menjengukmu di penjara.”

James He tersenyum tipis, mengambil kotak rokok yang ada di meja, dan mengeluarkan sebatang rokok. Pria itu menyalakannya dan menghembuskannya, lalu menanggapi datar: “Satu, aku tidak melukai langit dan bumi. Dua, tidak ada yang tahu soal ini. Aku harus takut apa?”

Melihat perawakan James He yang tidak menunjukkan rasa penyesalan sama sekali, kepala Erin seketika pening. Ia berkata dengan penuh penekanan: “Jangan keras kepala kamu. Tunggu Badan Pengawasan menginvestigasimu, segalanya sudah terlambat.”

“Kamu mau melaporkan aku?” James He mengernyitkan alis dan kembali menghisap rokok. Sudah berpikir beberapa hari, jadi ini kesimpulan yang Erin hasilkan? Gila, foto wanita ini memang layak dipasang di mata uang saking setianya pada negara!

“Mau, kalau kamu masih terus bertindak seenaknya.”

James He tertawa dengan mata yang menyiratkan sikap merendahkan. Ia lalu bangkit berdiri dan mendekatkan diri pada Erin. Di hadapan si wanita, si pria menghembuskan asap rokok yang tersimpan dalam mulutnya sampai Erin berbatuk. Sembari mengibas-ibaskan tangan untuk mengusir asap rokok di depan wajahnya, sendiri, Erin mendengar James He bertanya dingin: “Erin, aku ini terlalu memanjakanmu ya?”

James He sudah mempertaruhkan nyawanya berulang kali buat Erin, sekarang balasan yang ingin diberikan ternyata adalah sebuah laporan ke pihak berwenang! Di dunia ini, apa ada wanita lain yang lebih tidak tahu balas budi dibanding wanita yang ada di depannya ini?

Erin terhenyak. Ia tidak menyangka topik pembicaraan mereka kini bergeser. Si wanita mendongak menatap sepasang mata si pria yang menyiratkan berbagai perasaan. Erin tidak paham emosi apa saja yang ada di sana. Ia hanya bisa membaca emosi kekecewaan dan kedukaan, dua itu saja.

“Aku sudah membantumu dalam banyak hal. Kupikir, semua kebaikanku ini bakal kamu balas dengan kebaikan juga. Sekarang, kalau kamu mau melaporkan aku, sana lapor. Kita lihat saja nanti apa aparatmu itu bisa macam-macam denganku,” kata James He sinis. Jelas-jelas paham Erin sangat cinta dengan negara, ia tetap tidak bisa memendam rasa kecewanya.

Sekali pun pelanggaran hukum ini hanya bualannya belaka, melihat sikap Erin yang begini rupa, James He sungguh merasa tidak nyaman.

“James He, kamu……” kata Erin sembari mengernyitkan alis. Ia barusan hanya mengancam saja. Ia harap si pria gentar dengan ancamannya dan berhenti melakukan pelanggaran hukum. Sungguh, ia tidak mau melihat sebuah perusahaan yang sudah diwariskan antar generasi hancur seketika. Mau ditaruh di mana muka semua leluhur James He?

James He berjalan kembali ke meja kerja. Ia duduk di kursi kerja dan menyuruh tegas: “Keluarlah.”

“James He, jangan keras kepala begini. Semua bujukanku ini ditujukan buat kebaikanmu……”

Si pria memotong perkataan si wanita, “Kamu siapa aku? Atas dasar apa kamu harus memikirkan kebaikanku?”

Erin terdiam menatap wajah garang James He, wajahnya juga memucat. Yang dikatakan James He barusan benar, ia bukan siapa-siapanya si pria. Sekarang, kok ia malah ikut-ikutan urusan pribadinya sih? Erin, apa kamu lupa kamu sudah membulatkan tekad untuk menjauh dari James He? Lihat dirimu saat ini, mengapa kamu dekat-dekat lagi dengan dia?

Hanya karena khawatir dengannya, Erin niat datang kemari untuk direndahkan dan diusir. Satu kata yang pantas buat dirinya sendiri: idiot!

“Aku bukan siapa-siapamu. Tuan Muda, aku sudah lancang,” tutup Erin dengan diikuti balikan badan dan langkah ke pintu.

James He menatap bayangan tubuh Erin dengan emosi membara. Pria itu tiba-tiba menyapukan dua tangan ke meja kerja sampai semua barang yang ada di sana jatuh. Ia lalu berteriak kencang seperti orang kesetanan: “Dasar wanita yang tidak punya hati nurani!”

Erin mengendarai mobil di jalanan tanpa tujuan sama sekali. Pandangannya tiba-tiba agak blur, matanya juga agak gatal. Ketika ia mengusap matanya itu, ia baru sadar dirinya mulai menangis. Si wanita tahu seberapa berat beban yang James He emban sebagai kepala perusahaan besar, namun haruskah dia mengambil jalur ilegal sebagai sebuah solusi? Terus, sudah diingatkan susah-payah, James He tidak menunjukkan penyesalan sama sekali.

Kalau James He nanti kena masalah hukum, He’s Corp harus bagaimana? Kemudian, keluarga He juga harus apa? Terakhir, dirinya sendiri juga bisa apa?

Semakin memusingkan ini, Erin jadi makin sedih. Ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan mengusap air mata. Ketika ia menoleh ke bangunan di sisi kanan mobil, ia baru sadar ia sekarang berada di depan gedung kejaksaan. Air mata Erin kembali mengalir, bahkan dengan lebih deras. Kalau orang yang dihadapinya adalah orang lain, Erin pasti sekarang sudah mengumpulkan bukti untuk segera melaporkan orang itu. Tetapi, berhubung yang dihadapinya sekarang adalah James He, Erin tidak berani memulai penyelidikan. Ia takut tahu lebih banyak soal tindakan ilegalnya, lebih-lebih takut pihak berkepentingan tahu He’s Corp lagi diselidiki dan memanfaatkan situasi itu.

Sekarang, dirinya harus bagaimana?

Pada momen ini, James He menerima panggilan dari pengawal pribadi yang ia tugaskan mengikuti Erin. Pengawal itu melapor, “CEO He, Nona Erin sekarang di depan gedung kejaksaan. Perlukah kami menghentikan rencananya?”

James He mencengkeram ponsel dengan penuh kemarahan, tiap tarikan nafasnya juga memberat. Pria itu menggeretakkan gigi: “Tidak perlu, aku ingin lihat dia setega apa!”

Prak! James He melempar ponselnya ke lantai sampai layarnya pecah berkeping-keping. Dengan tangan gemetar, ia mengibaskan dasinya sendiri sekencang-kencangnya. Tidak lama kemudian, si pria bangkit berdiri dan berkacak pinggang sambil menggeleng.

Wanita sialan! Kalau tahu kebaikannya akan dibalas seperti ini, James He pasti sudah membiarkan Erin mati dua tahun lalu. Sinting, bagaimana bisa dia tertarik pada wanita macam ini?

Setelah suasana hatinya lebih tenang, Erin baru melajukan mobil ke tengah jalanan lagi. Pengawal pribadi James He, yang barusan menelepon bosnya, langsung membuang nafas lega. Saat ia mau mengabarkan bahwa Erin batal masuk gedung kejaksaan, ponsel James He sudah tidak aktif.

……

Novel Terkait

Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu